Menkominfo : Indonesia Fokus 4G Ketimbang 5G

0
3087

Jakarta, KomIT – ZTE Corporation bersama Masyarakat Telematika (Mastel) menggelar seminar bertajuk Next Generation Broadband-5G Forum di hotel Mandarin Jakarta, Kamis (19/11). Acara yang diinisiasi oleh ZTE ini diselenggarakan untuk membahas pemanfaatan teknologi pita lebar untuk mendorong perekonomian negara, dan bagaimana mempercepat penerapan teknologi komunikasi mobile generasi kelima (5G).

Dibandingkan dengan jaringan 4G, teknologi generasi kelima (5G) dapat memberikan beberapa keuntungan lebih, seperti jumlah koneksi yang lebih besar, kapasitas 1000 kali lebih besar, throughput 10 kali lebih cepat, dan latency yang lebih rendah. Dalam sambutannya, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menghargai penyelenggaraan seminar mengenai teknologi 5G dan Next Broadband yang diprakarsai oleh ZTE dan Mastel ini. Menurut hemat saya, ini mencerminkan tingginya kepedulian masyarakat maupun pelaku bisnis teknologi untuk bersama-sama membangun TIK Indonesia yang lebih baik,” ujarnya..

Dipaparkan, pada rencana Pita Lebar Indonesia dijelaskan, pembangunan pita lebar di Indonesia pada tahun 2014-2019 difokuskan untuk mencapai 3 tujuan, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing bangsa, mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia Indonesia, dan menjaga kedaulatan bangsa. Untuk memenuhi target pembangunan pita lebar ini, Indonesia memiliki beberapa tantangan, seperti meratakan penyebaran infrastruktur ke seluruh wilayah Indonesia, menyiapkan pendanaan dalam jumlah besar, serta menciptakan ekosistem yang siap untuk perkembangan TIK.

Menurut Chief RA, begitu akrab disapa, sebaiknya Indonesia berfokus untuk perkembangan dan pemerataan jaringan 4G terlebih dahulu. Terlebih, tahap tata ulang (refarming) jaringan generasi keempat itu baru saja rampung di 1.800 MHz. Oleh karena itu, Indonesia sebaiknya tidak terlalu tergesa-gesa mengadopsi jaringan 5G. Ia menjelaskan, terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan sebelum menerapkan 5G di Indonesia, salah satunya adalah model bisnis. “Teknologi 5G ini merupakan teknologi di masa depan. Ini memang ini tidak bisa dihindari. Tetapi, saat berbicara mengenai implementasi, harus melihat dari sisi yang lain ke masyarakat nantinya seperti apa, berapa harga perangkatnya, dan yang terpenting adalah model bisnisnya seperti apa,” tuturnya.

Bahkan, di Jepang sendiri 5G baru akan diterapkan pada 2020, tepat pada momen Olimpiade. “Ya, itu (5G) baru akan diperlihatkan `isi kulitnya` pada saat Olimpiade. Sama seperti adopsi 3G pertama kali di ajang Olimpiade Beijing dulu. Pada akhirnya, baru beberapa tahun setelah itu penerapannya baru bisa dimulai, itu juga dilihat dari business model-nya,” ujarnya seraya menambahkan, Sampai saat ini, pihaknya mengaku belum bisa bicara banyak soal penerapan 5G. Semua akan kembali lagi ke model bisnis yang akan didesain para operator.

Pada kesempatan yang sama, ZTE juga memberi solusi bagaimana memaksimalkan teknologi pita lebar yang sudah ada. Mei Zhonghua selaku President Director ZTE Indonesia mengataka, “Kami menciptakan sebuah perangkat yang dapat meningkatkan level akses kapasitas jaringan secara menyeluruh dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada, yaitu Massive MIMO. Massive MIMO ini memungkinkan operator untuk memenuhi tuntutan layanan data yang sangat besar dengan situs dan spektrum yang ada.”. Sebagai salah satu teknologi 5G inti yang potensial, Massive MIMO milik ZTE dirancang dengan memperhatikan ukuran, berat, biaya, rancang-bangun, dan instalasi yang tepat untuk penggunaan komersial. (red)