Jakarta, KomiT – Cerberus Works didirikan oleh tiga sekawan dengan passion di bidang art & design dan 3 latar- belakang: (1) Illustrasi & Graphic Design (2) Perfilman, TVC & Photography (3) Multimedia & Web Design, kemudian pendiri bertambah dengan seorang ahli IT Consulting, menjadikan Cerberus sebuah studio design mengkombinasikan Art & Design dan Teknologi digital.
Meskipun di pasar sudah banyak agency, graphic dan software house, namun keunikan Cerberus dapat menggabungkan Art dengan Teknologi digital dan multimedia. Jasa Cerberus Works dapat memenuhi kebutuhan komunikasi visual, marketing, bahkan komunikasi internal perusahaan kliennya; seperti halnya Branding (Logo kop surat, design stand toko, menu restauran, dll) dan mendukung marketing seperti company profile, online store, microsite, digital campaign, line stickers, mobile apps dll.
Ryan Sanjoto, Cofounder, lulusan Multimedia Design, Curtin University di Perth, Australia mengawali karir sebagai web designer di Perth, kemudian 2010 kembali ke Jakarta mengerjakan proyek website antara lain: Golfnesia; Pegipegi.com; kfcku.com; Mandiri kartu kredit & fiesta poin.
Industri digital saat ini sangat bergantung dengan infrastruktur broadband, dimana 90% populasi sudah memiliki smartphone dan online ke internet. Indonesia yang luas menjadi kecil di dunia Web dan Cyberspace. Toko-toko tidak lagi membutuhkan toko fisik dan cukup diversifikasi ke toko online mengikuti disrupsi teknologi ecommerce dikarenakan perubahan behavior customer, khususnya generasi Millenial yang semakin banyak lari ke online. Apalagi startup seperti Lazada, mataharimall, BliBli, pegipegi, traveloka mendapatkan gelontoran investasi dari konglomerat dan venture capital (VC) potensi jadi toko online kelas unicorn raksasa.
Kebutuhan digital marketing pun tumbuh seiring trend go digital, fenomena ‘time bottle’ yang sudah terjadi 10 tahun di Silicon Valley Amerika merambat cepat ke Asia dan Indonesia berlomba dengan waktu kuasai & monetizing emarketplace di Indonesia. Pasar ecommerce masih dalam tahap transisi migrasi antara offline ke online. Jika infrastruktur broadband dan Internet semakin kuat dalam 5 tahun mendatang, masalah distribusi/logistik dan pembayaran dari pasar ecommerce akan teratasi dan mendisrupsi toko serta mall serta meng-global.
Saat ini Cerberus mengerjakan ‘eksperimen’ client-based projects untuk mengikuti fenomena e-commerce dan Cerberus sedang merancang platform ecommerce yang lebih effisien dan terjangkau untuk banyak emarketplace, seperti dengan portal media KomITe.id dan Toko Online B2B ShopIte.id dll.
Tantangan Cerberus: (1). Bagaimana meningkatkan modal kapital dengan kemampuan sendiri, karena Cerberus masih belum memanfaatkan dana dari Venture capital (VC), meskipun trend nya banyak VC yang berani investasi ke start up lokal;(2). Mendapatkan talenta-talenta yang tepat dan berpengalaman untuk menjalankan start up dengan modal dan teknologi yang terbatas; (3). Tertinggalnya hukum akibat disrupsi teknologi, infrastruktur sehingga dinamika hukum dan teknologi berlomba sangat cepat dan dinamis terkadang tantangan bagi startup. (red)