Jakarta, KomIT – Layanan navigasi penerbangan diseluruh ruang udara Indonesia oleh AirNav Indonesia diamanatkan oleh UU Nomor 1 tahun 2009 dan PP Nomor 77 tahun 2012. Dimulai dengan pengalihan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan pada 25 unit pelayanan yang semula dilaksanakan oleh PT Angkasa Pura I dan II, diikuti dengan pengalihan ratusan unit Pelaksana Teknis Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementrian Perhubungan (Kemhub). Kini, pada tahun 2016, Kantor Pelayanan Navigasi Penerbangan oleh AirNav Indonesia berkembang menjadi 296 Kantor pelayanan di seluruh Indonesia.
FIR JAKARTA & MAKASSAR.
Secara teknis, AirNav Indonesia mengelolah seluruh ruang udara Indonesia yang dibagi menjadi dua flight information region (FIR) atau pengelolah wilayah informasi penerbangan. Pertama, Jakarta FIR dilengkapi radar meliputi wilayah dari Bandara Aceh, Medan Kualanamu; Medan Padang Bulan; Pekanbaru; Palembang; Tanjung Pinang; Pontianak; Jakarta I; Jakarta II; Natuna; Yogyakarta dan Semarang, dan Ujung Pandang.
Kedua, FIR dilengkapi pusat control radar wilayah Timur yang didukung fasilitas radar meliputi wilayah Makassar; Kendari; Palu; Manado; Banjarmasin, Balikpapan; Surabaya; Bali, Ambon, Sentani; Sorong; Biak;
Merauke; Waingapu; Yogyakarta; Semarang dan Kupang.
Kedua FIR tersebut mencakup beberapa wilayah Negara tetangga (Australia dan Cocos Island). Adapun luas FIR Indonesia mencapai 2,219,629 Km persegi dengan luas cakupan radar 1,476,049 Km persegi, sedangkan jumlah lalu lintas penerbangan mencapai 9,887 movement perhari.
TOP SKY
Penggunaan infrastruktur Telematika sangat masif. Sistem TOP SKY sudah digunakan MATSC sejak 21 Desember 2015 dan hasilnya positif. Sistem sebelumnya, Eurocat-X digunakan MATSC sejak tahun 2005 dan diupgrade pada tahun 2009 sehingga bisa melayani ADSB. Pada 2015 sistem ini kembali diupgrade dari Eurocat menjadi TOP SKY untuk meningkatkan layanan kepada pengguna jasa navigasi penerbangan.
Sistem ini mendukung format Flight Plan baru yang sesuai dengan standart ICAO, dilengkapi fitur-fitur baru yang lebih optimal dengan penambahan perhitungan separasi untuk prosedural maupun surveillance secara longitudinal dan lateral. Untuk analisis data, kemampuan TOP SKY sama dengan Eurocat, namun semua fitur dalam TOP SKY berbasis web sehingga dapat diakses dari manapun melalui infrastruktur broadband Internet (IP protocol) AirNav menggantikan koneksi X-25. Sistem TOP SKY yang digunakan MATSC sama dengan yang digunakan negera-negara tetangga kita, seperti Singapura, Australia, India, Thailand, Brunei Darussalam dan Filipina. AirNav juga mengupgrade simulator dengan TOP SKY. Sehingga untuk ATC yang akan melakukan recruitment, dapat menggunakan sistem simulator.
VISI DAN MISI TELEMATIKA AIRNAV
Dalam kajian Master Plan TIK AirNav memiliki Visi menjadi Partner dalam mewujudkan The Best Air Navigation Service Provider in South East Asia melalui ICT-SAFE. ICT-SAFE mendukung pelaksanaan pelayanan yang mengutamakan keselamatan dan keamanan penerbangan nasional melalui Telematika.
Misi TIK AirNav Indonesia adalah menyediakan layanan TI yang senantiasa:
1. Mewujudkan seamless integration sistem pelayanan navigasi baik internal AirNav Indonesia maupun eksterna dan menjamin terjadinya interoperabilitas (I-Integration).
2. Berperan sebagai media kolaborasi dan komunikasi internal/eksternal dimana pun dan kapan pun (C-Collaborative).
3. Menjamin transparansi dalam rangka akuntabilitas (T-Transparant).
4. Memastikan integritas, ketersediaan dan kerahasiaan informasi dalam rangka keselamatan penerbangan (S-Secure).
5. Menjamin akurasi data meliputi data navigasi penerbangan dan data korporasi (A-Accurate).
6. Senantiasa mengakomodir perubahan kebutuhan bisnis secara responsive (F-Flexible).
7. Meningkatkan kemudahan akses data dan berbagai informasi (E-Easy to access).
Untuk meningkatan kinerja dan daya saing perusahaan, ada 4 kegiatan sasaran kerja yang dilakukan Sub Direktorat TIK AirNav:
Pertama, Pengembangan dasar-dasar tata kelola TI dengan kegiatan jasa konsultan TI Governance mencakup tata kelola, tata layanan dan panduan keamanan TIK. Kedua, penguatan infrastruktur TIK dilaksanakan melalui 2 kegiatan yaitu Implementasi Virtual Private Network, peningkatan kapasitas internet kantor pusat dan program revitalisasi infrastruktur TI.
Ketiga, Implementasi teknologi yang menunjang efisiensi, seperti pengembangan dan implementasi aplikasi e-office serta teleconference. E-office digunakan untuk memperlancar dan mempercepat proses pengiriman dokumen baik antar direktorat maupun antara Kantor Pusat dan Cabang. Sedangkan, implementasi teleconference bertujuan untuk meningkatkan dan mempermudah komunikasi dan koordinasi management, dapat berdiskusi setiap saat tanpa harus bertemu langsung. Hal ini dapat mengurangi dan mempersingkat tugas dan biaya yang membutuhkan perjalanan dinas.
Keempat, pengembangan awal data warehousing pergerakan penerbangan, kegiatan navigasi dan surveillance, pengaturan slot time penerbangan, data-data personil dan sistem pelaporan operasional menuju era Big Data. Beberapa kegiatan pengembangan awal data warehousing yang sudah selesai dilaksanakan di Triwulan IV adalah pengembangan aplikasi ADSB Data Capture and Analysis Tools dan Web-based Situational Awareness. Aplikasi ini digunakan untuk mengcapture pengolahan dan penyimpanan pergerakan pesawat berbasis pada data ADSB. Untuk meminimalisir penggunaan strip berbasis kertas dan mempercepat penyimpanan data-data layanan di datawarehouse, AirNav melakukan pengembangan Prototype, Safety
Assesment dan Operation Trial E-Strip.
Fokus Pengembangan 2015-2016 membangun fondasi pemanfaatan TIK yang terintegrasi, aman dan handal. Tahun 2017-2018 adalah meningkatkan kualitas layanan TIK secara berkesinambungan melalui pemantapan penerapan tata kelola TI dan peningkatan fasilitas. Selanjutnya diharapkan layanan TI mampu mendukung pengembangan bisnis secara efektif.
Trafik dunia penerbangan nasional mengalami peningkatan pesat dari 2012 sampai 2015. Tahun 2012 total sebanyak 1.240.345 movement, tahun 2013 sebanyak 1.332.121 movement, tahun 2014 sebanyak 1.429.738 movement dan tahun 2015 sebanyak 1.434.292 movement.
Untuk Soekarno-Hatta Cengkareng pada tahun 2012 tercatat 380.287 movement , tahun 2013 naik 1,79% menjadi 387.111 movement, kemudian pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 1,84% menjadi 379.970 movement dan pada tahun 2015 sebanyak 370.647 movement.
Untuk wilayah Jawa terdapat 2 cabang, yaitu JATSC dan Surabaya dan 5 distrik, yaitu Semarang, Yogyakarta, Solo, Bandung dan Bandara Halim Perdanakusuma. Selain Cengkareng, bandara yang memiliki trafik penerbangan tinggi adalah Bandara Juanda, Surabaya. Pada tahun 2012 trafik penerbangan sebanyak 136.170 movement, 137.022 movement pada tahun 2013, 131.984 movement pada tahun 2014 dan 135.364 pada tahun 2015. (*)