Antara Nilai Transaksi E-dagang, Regulasi “Light Touch” & Peran UKM

0
3083

Jakarta, KomIT- Presiden Joko Widodo meminta agar semua komponen bangsa termasuk semua jajaran Kementrian teknisnya bergerak cepat, tanggap, karena Indonesia diperkirakan sudah jauh tertinggal, hal tersebut terlihat dari dari hasil lawatannya ke Silicon Valley beberapa waktu lalu. Namun Jokowi juga minta agar para Startup generasi muda, serta Kementerian teknis agar berhati hati dan memperhitungkan aspek resiko, business model yang teruji serta angka target yang jelas, dalam melakukan investasi, bukan hanya sekedar berani maju cepat dan mengejar target saja.

​Rudiantara, Menkominfo melaporkan bahwa pada tahun ini angka nilai bisnis ritel ecommerce RI dapat menembus angka US$ 30 miliar (2016) atau setara dengan Rp 390 triliun suatu angka yang fantastis jauh diatas angka nilai bisnis ritel ecommerce RI sebesar US$ 5.29 miliar (2016) atau setara dengan Rp 70 triliun dari situs: http://www.statista.com/statistics/534012/retail-e-commerce-sales-in-indonesia/. Sedangkan data nilai transaksi Ecommerce nasional Indonesia menurut Koran Tempo 4.89 miliar (2016) dan jumlah pembelanja 8.7 juta (28Apr0216).

Benchmarking dengan data nilai bisnis ritel ecommerce India hanya sebesar US$ 24.6 miliar (2016), maka apakah nilai transaksi ecommerce RI lebih besar dari India dari www.statista.com, padahal jumlah penduduk India, Internet user 462 juta (2016) dan Ecommerce user 41 juta (2016) jauh lebih besar dari pada Indonesia sebesar 93,4 juta online (2015) dan 8.7 juta orang (2016) belanja online. Tentu untuk nilai angka US$ 30 miliar, Rudiantara mempunyai justifikasi tersendiri terhadap angka US$ 30 miliar (2016) ini dengan mempertimbangkan omset perusahaan penerbangan, seperti Garuda yang proses supply chain tiketnya tentu sudah online, omset beberapa online store seperti Blibli.com; Tokopedia; Mataharimall.com, serta Gojek yang memiliki 200,000 pengemudi ojek dan omset setara Rp 7 Triliun pertahun.

Disisi lain, ​Andy Syarif selaku founder SITTI & Nurbaya Institute mengaku tidak ingin terjebak dalam polemik angka nilai transaksi ecommerce diatas, namun mengajak hadirin membayangkan jika UKM dapat di berdayakan dengan ecommerce, maka dampaknya akan sebesar 2% dari GDP RI Rp 11.400 triliun (BPS: 2015) atau potensi Rp 570 Triliun suatu angka yang fantastis. UKM memang andalan RI dan dapat bertahan serta menunjang ekonomi RI disaat krisis 1998 dan 2008, serta UKM Indonesia menyumbang lebih dari 50% dari GDP Indonesia, itulah sebabnya hampir semua stakeholder ecommerce melirik potensi pasar UKM yang teramat sangat besar ini kontribusinya.

​Lebih jauh Rudiantara, mengaku sedang menyiapkan program desa broadband di 500 desa (2016) pedalaman, pesisir dan perbatasan menggunakan VSAT-IP dan dalam beberapa tahun ini sedang berlangsung proyek Palapa Ring II jaringan serat optik baik laut dan darat menjangkau 34 propinsi dan 440 kabupaten/kota dengan kecepatan Internet hingga 10Mbps throughput (download) dimana rata rata Nasional sekitar 5.4 Mbps dan di beberapa daerah terluar seperti Papua masih 300 Kbps menggambarkan kesenjangan digital antara kota dan perdesaan (rural).

Kalau memperhatikan proyek proyek lama Internet Perdesaan seperti PLIK (Pusat Layanan Internet Kecamatan) dan MPLIK (Mobile PLIK yang sempat terhenti karena di moratorium oleh DPR pada Pemilu yang terakhir dan saat ini masih dalam proses arbitrase di BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) yang diharapkan dapat cepat tuntas 2016, karena semestinya Indonesia sudah selesai menjangkau Internet ditingkat kecamatan seluruh Indonesia dengan program PLIK dan MPLIK dan proyek Data Center NIX di beberapa ibukota propinsi di Tanah Air dua tahun yang lalu. Pembangunan Internet Kecamatan ini sesuai komitmen dan goal 2015 WSIS (World Summit on Information Society) yang merupakan kepanjangan dari MDG (Millenium Development Goal) 2015 dan sekarang sudah dilanjutkan dengan SDG (Sustainable Development Goal) 2025.

Dikatakam Tom Lembong, Menteri Perdagangan mengutip pernyataan Presiden bahwa pembangunan di Indonesia masih terpetak dalam silo dan ego sentris menurutnya, ketika disatu sisi 500 desa broadband diatas dibangun, namun di proyek infrastruktur yang lama seperti PLIK, MPLIK dan NIX lama masih terkendala oleh berbagai masalah legal yang tidak efisien dan melelahkan. Tom Lembong lebih percaya pada bottom up inisiatif dan mengajak pemain ecommerce agar bersikap prudent, penuh kehati-hatian dan lebih pragmatis serta memperhatikan faktor resikonya ketimbang hanya melihat prospek dan angka revenuenya. Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai e-Dagang sudah di Kementrian Hukum dan HAM untuk harmonisasi dan dibuat dengan pola ‘Light Touch’ dan menggunakan konsep Safe Harbour bagi pemain emarketplace. ​Dalam hal Startup, maka Rudiantara sudah mencanangkan program 1,000 Technopreneur (2020) artinya harus dihasilkan 200 Technopreneur (2016) melalui program 8,000 Techtalks, 4,000 Workshop, Hackaton dan Inkubasi bersama beberapa stakeholder Modal Ventura lainnya. ​Semoga dengan semangat JKW, Presiden RI yang ingin agar semua komponen bangsa agar bekerja cepat dan efisien karena memang kita sudah tertinggal jauh dan tidak dapat terlena serta tertinggal oleh tetangga kita (rrusdiah@yahoo.com)