Keberuntungan Brexit,Tax Amnesti & Idul Fitri di Wisma Nusantara, London

0
3233

Jakarta, KomIT – Lebih dari 1,000 jamaah majoritas WNI (Warga Negara Indonesia) ikut menghadiri Sholat Ied bersama H.E Duta Besar RI untuk Ingris Raya, Dr Rizal Sukma beserta istri Hana Satriyo pada Rabu (6/7/2016). Diperkirakan ada 3,000 WNI dari 5 juta Warga Negara Asing yang tinggal di Ingris Raya. Komite.ID berkesempatan wawancara dengan HE Rizal Sukma disela acara Halal bi Halal di lapangan belakang Wisma Nusantara, kediaman resmi Dubes RI di London, Ingris Raya. Usai bersalaman, masyarakat Indonesia yang hadir melebur santai menikmati aneka hidangan yang disiapkan dalam rangka merayakan Idul Fitri. Hadir pembalap Formula-1, Rio Haryanto yang akan tampil di sirkuit Siverstone, perwakilan Bank Indonesia Endi Dwi Tjahjono beserta istri, pejabat dan staf KBRI London serta ratusan mahasiswa, karyawan swasta, perwakilan dari BBC dan tamu undangan dari Negara Sahabat seperti Brunei.

Cuaca beberapa hari cukup bersahabat di London sejuk dan tidak turun hujan seperti biasanya di Ingris dan bisnis as usual di London, karena bukan hari libur, sehingga perjalanan dengan Subway dari station Victoria, pusat kota cukup nyaman, meski padat seperti hari hari biasa. Suasana santai dan hingar bingar seperti pesta hari Raya di Tanah Air, melupakan sejenak kondisi politik, referendum Ingris (23/6/2016) dengan keputusan Brexit atau Ingris keluar dari Uni Eropa (EU) yang mengagetkan kebanyakan pendatang dan imigran dan menyebabkan kepanikan sesaat serta sentimen negatif bagi mata uang Sterling yang anjlok di perdagangan saham dan valuta di dunia. Brexit menyebabkan Ingris dianggap seperti negara non EU dan tidak mendapatkan fasilitas khusus Peraturan dan UU perdagangan, pertukaran tenaga kerja inklusif, seperti ketika Ingris masih dalam lingkungan EU pra referendum (Brexit).

Khusus disektor Telematika fokus Komite.ID, seperti Fintech, Ecommerce dll., kini Pemerintah Ingris harus mereformasi UU Data Proteksi atau Privacy agar perusahaan Ingris tidak mengalami kesulitan ketika melakukan ekspor ke EU, jika Pemerintah EU menganggap UU Data Proteksi Ingris tidak kompatibel dengan UU Data Privacy EU yang sangat ketat dan menjadi entry barier bagi perusahaan Ingris pasca Brexit.

Seperti halnya dengan perusahaan AS yang ingin ekspor ke EU, Pemerintah AS di Washington harus membuat perjanjian khusus (Data Transfer Agreement) selama 2 tahun terakhir ini mengenai Data Proteksi yang dikenal dengan “Safe Harbour” dengan EU di Brussel, karena AS, melalui NSA (National Security Agency), pasca skandal whistleblower Edward Snowden ditenggarai melakukan intersepsi dan penyadapan hak privacy masyarakat Eropa. Ditenggarai kedekatan dinas rahasia Ingris GCHQ (Government Communication Headquarter) dengan NSA, pasca investigasi ‘Chilcot Report’ mengenai kedekatan Bush, Presiden AS dengan PM Tony Blair pra invasi Irak 2003 menyebabkan EU agak alergi dengan kegiatan intelijen Ingris oleh GCHQ.

Dengan adanya Brexit, maka perusahaan Indonesia yang ingin ekspor ke Ingris kini harus juga memikirkan bagaimana agar kompatibel dengan peraturan baru Ingris pasca Brexit dan kemungkinan pemerintah Indonesia dimasa mendatang juga harus segera membuat RUU Data Privacy selain UU Nomor 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan turunannya PP 82/2012 Tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik.

Perundingan bilateral CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) tentang pos tarif dan bea masuk antara Indonesia dan EU pun menjadi tertunda pasca Brexit, Keputusan Ingris menarik diri dari organisasi EU menyebabkan RI harus membuat dua perundingan bilateral baik dengan EU mapun Ingris secara terpisah. Namun anjloknya mata uang Ingris pasca Brexit dan menguatnya mata uang dunia termasuk Rupiah merupakan ‘blessing in disguise’ atau keberuntungan pertama yang tidak terduga, hadiah bagi turis yang berkunjung ke Ingris pada liburan Idul Fitri 1437H.

Dari sisi perdagangan bilateral RI-Ingris dampak Brexit bagi ekonomi RI tidak signifikan karena nilai ekspor non migas RI hanya 1.2 persen dari total ekspor, Investasi langsung Ingris (FDI) hanya 1.7% dan turis Ingris yang datang ke RI hanya 2.6% dari total turis. Produk Indomie dari Indonesia cukup unik dan dapat dijumpai hampir disemua supermarket menengah dan besar di Ingris dan mancanegara dengan harga ritel 30 pence atau sekitar Rp 6.000,- per bungkus.

Khusus bagi masyarakat Indonesia UU Tax Amnesti (TA) atau Pengampunan Pajak yang baru disepakati oleh DPR dan Pemerintah dan rencananya diberlakukan 1 Juli 2016 memberikan euforia, angin segar dan pasar bereaksi positif dan optimis, dengan bukti indikator rupiah yang semakin menguat, merupakan keberuntungan dan hadiah kedua bagi industri dan turis Indonesia ke manca negara pada hari Raya Idul Fitri. Pasar bereaksi positif, karena TA akan menyebabkan meningkatnya : (1) Likuidatas dalam negeri yang berasal dari repatriasi dana milik WNI yang ditempatkan di luar negeri ditenggarai sebanyak Rp 3,147 Trilliun, antara lain di tax haven countries. Likuiditas ini tentu akan meningkatkan konsumsi dalam negeri dan investasi dalam negeri, sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi PDB;(2) Penerimaan negara dari TA diharapkan sekitar Rp 165 Triliun, sehingga akan mengurangi defisit anggaran (APBN) atau shortfall dari total target penerimaan pajak sebesar Rp 1,360 Triliun (APBN 2016). Pemerintah dapat meningkatkan investasi dan expenditure yang akan menggariahkan ekonomi yang lesu awal 2016 ini.
Dua faktor ini akan menyebabkan menguatnya rupiah dan memberikan sentimen positif perekonomian RI berdampak meningkatnya ketahanan (resilience) ekonomi RI diparuh kedua 2016.

Hiruk pikuk disrupsi ekonomi digital tidak banyak berbeda antara RI dan Ingris. Di Ingris startup home delivery, take away food seperti Deliveroo, Eat Easy, UberEats berkembang pesat, meningkat 2.2% menjadi sekitar Rp 0.35 Triliun menggerus pasar restoran, toko tradisional yang turun 7.6 % menjadi 2.5 Triliun pound. Seperti di Indonesia bisnis dengan aplikasi dan online menggerus bisnis tradisional (brick and mortal) menjadi fenomena umum global.Wawancara khusus dengan H.E Dubes Dr Rizal Sukma sekitar Ketahanan Data, Internet dan Ekonomi akan dimuat di edisi cetak khusus HUT RI 17 Agustus 2016 (rrusdiah@yahoo.com).