Jakarta, KomIT – Dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 21 Mei 2017, pemerintah menggelar acara car free day dengan tema panggung #BangkitIndonesia. Dalam kesempatan ini turut menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara. Acara Harkitnas 2017 pada kemeriahan Car Free Day ‘PANGGUNG #BangkitIndonesia diselenggarakan di 4 Kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Pada kegiatan tersebut juga dilengkapi Video Teleconference Jakarta Bandung dan Yogyakarta.
Panggung #BangkitIndonesia di Jakarta juga turut mengundang pelaku bisnis startup seperti Alamanda Shantika, Miftah Sabri dari Selasar, Silvia Sumarlin, Arief Widhiyasa dari agate games, Sunil Tolani dari IDAff dan Rhein Mahatma dari buattokoonline.id. Pemerintah mengharapkan masyarakat dapat memaknai Harkitnas ke-109 dengan terus meningkatkan kompetensi dan terus menjalankan prinsip-prinsip baik dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kominfo turut merangkul para stakeholder untuk mengampanyekan etika berinternet yang baik melalui berbagai media. Para stakeholder tersebut seperti ICT Watch, Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage dan Group Indonesian Hoax Buster dan segenap komunitas lainnya untuk mengampanyekan etika berinternet yang baik melalui media cetak, media sosial, elektronika, dan bahkan melalui media luar ruang seperti partisipasi di car free day beberapa kota.
Dalam menghadapi perkembangan teknologi, Kominfo juga menekankan pentingnya pelatihan dan sertifikasi angkatan kerja muda, fasilitasi lapangan kerja dan peningkatan keterampilan tenaga kerja di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi penyandang disabilitas, penciptaan entrepreneur baru yang akan menjadi awal untuk menciptakan masa depan ekonomi digital Indonesia dan peningkatan literasi digital Indonesia berbasiskan komunitas.
Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kompetensi masyarakat untuk menekan bias dari pembangunan infrastruktur. Sebabnya, jumlah SDM Indonesia yang memiliki kombinasi yang imbang antara pengetahuan, keterampilan praktis, kemampuan untuk bermawas diri dan kemampuan untuk menghargai sesame perlu dielevasi. Padahal, tingkat kompetensi yang rendah memberi ruang bagi ’infrastructure bias’ untuk terus bertumbuh.
Dalam kata lain, pertumbuhan bias infrastruktur mengakibatkan kerugian riil dan non-riil dari penyalahgunaan teknologi. Penipuan, kejahatan seksual, ujaran kebencian, penyebaran informasi bodong dan lainnya ialah wujud dari pertumbuhan bias infrastruktur yang telah terjadi di Indonesia. Agar bias dair pembangunan infrastruktur tidak bertumbuh (lagi), bangsa ini perlu meningkatkan kompetensi dan kedewasaan dirinya dalam menghadapi perkembangan teknologi. (red)