BPPT Revitalisasi Fasilitas Lab Balai Teknologi Hidrodinamika

0
2631

Jakarta, Itech- Dalam rangka menunjang pengujian model kontruksi dan struktur serta sarana transportasi laut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan merevitalisasi fasilitas laboratorium uji Balai Teknologi Hidrodinamika  yang terbesar di Asia Tenggara.

Balai Teknologi Hidrodinamika memiliki fasilitas pengujian yaitu kolam uji tarik (towing tank), kolam manuevering dan kanal kavitasi. Tak hanya itu, Balai ini juga dilengkapi lima fasilitas pendukung yakni ruang gambar, bengkel produksi model, mekanik, elektrik, ruang editing foto dan video.

“Dengan merevitalisasi sejumlah peralatan yang konvensional dan terglong usang ini yakni sejak tahun 1995, diharapkan permintaan layanan teknis bagi industry dalam negeri maupun luar negeri  dapat terpenuhi secara baik,” kata Sekretaris Utama BPPT Soni Solistia Wirawan di Surabaya, Selasa (17/10). Revitalisasi ini sudah menjadi kebutuhan yang mendesak, karena  selain untuk menghindari biaya yang semakin besar juga untuk mendukung pembangunan tiga pilar pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan (Hankam), maritim dan energi.

Menurut Sony, sebenarnya perbaikkan fasilitas uji Lab  ini membutuhkan dana  ratusan miliar rupiah, pihaknya mengaku  sudah lama mengajukan ke pemerintah  untuk di revitalisasi, dan akhirnya  baru dua tahun terakhir ini BPPT sudah  mendapat tambahan anggaran,

“BPPT menggunakan anggaran Rp110 miliar dari Rp260 miliar tambahan dana yang diperoleh dari APBN-P 2016 untuk merevitalisasi fasilitas laboratorium uji di BTH Surabaya. Sedangkan Rp150 miliar lainnya dipecah untuk revitalisasi berbagai fasilitas laboratorium uji lainnya yang secara total sebenarnya membutuhkan Rp1,8 triliun,” tambahnya.

?

Lebih lanjut dikatakan, jumlah anggaran Rp 110 miliar ini baru sebagian perbaikan belum semuanya. Tahun ini kalau kita berhasil, lab ini akan meningkatkan layanan. Sudah banyak perusahaan antre minta uji coba kapal. Optimalisasi fasilitas Balai Teknologi Hidrodinamika ini diharapkan juga mendukung program poros maritim pemerintah.

“Selama ini banyak layanan yang tidak bisa diberikan selama beberapa tahun terakhir karena sejumlah fasilitas laboratorium yang mulai menua. Layanan balai ini, sangat dibutuhkan industri minyak dan gas serta industri pertahanan.,” tuturnya.

Hal senada juga dikatakan Kepala Balai Teknologi Hidrodinamika BPPT Taufiq Arif Setyanto.  Dari anggaran Rp 110 miliar itu, Rp 90 miliar di antaranya untuk merevitalisasi pembangkit gelombang di kolam manuver seluas 35×70 meter dan simulasi berbagai gelombang laut. Selain itu, revitalisasi juga dilakukan pada alat ukur, mesin pembuat baling-baling, desain propeller dan pengukuran poros propeller.

Taufiq menambahkan,  perbaikan fasilitas uji Balai Teknologi Hidrodinamika  memang tidak sebanding dengan pendapatan bruto yang dihasilkan  balai ini. namun fasilitas perbaikan lab ini memiliki  tujuan  utama adalah untuk kemandirian bangsa. Fasilitas ini  mempunyai tugas melaksanakan pelayanan jasa pengujian bidang hidrodinamika untuk kapal dan bangunan apung lainnya.

Menurut dia, pendapatan  balai   tahun lalu mencapai Rp8,2 miliar dari  hasil  pengujian  desain dan pengujian bangunan apung seperti kapal dari lembaga-lembaga dan perusahaan swasta yang jumlahnya mencapai  40-an desain termasuk  pengujian bangunan apung.  “Pendapatan yang didapat balai ini   sangat besar pada tahun 2000-an.  Tahun 2005, waktu marak  eksplorasi minyak dan gas, balai ini berjaya, namun sejak lima tahun belakangan kita banyak menolak  order uji lab,” tutupnya.

Seperti diketahui,  balai  ini memang difokuskan untuk mendukung sektor kemaritiman. Dengan fasilitas uji terlengkap se-Asia Tenggara, BPPT melalui balai ini  melaksanakan pelayanan jasa teknologi melalui program pengkajian dan pengujian perkapalan dan telah menguji serta mendesain berbagai jenis kapal mulai dari kapal niaga, kapal ikan, bahkan kapal cepat rudal, serta melakukan pengujian berbagai jenis kapal untuk sektor migas yaitu jenis FPSO, FSO dan Tanker.  Mewujudkan cita Indonesia menjadi poros maritim dunia,  tentu harus didukung infrastruktur yang kuat pada sektor industri transportasi laut, jasa maritim dan pelabuhan. (red/)