Jakarta, KomITe- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bekerja sama dengan World Nuclear Association (WNA) menggelar seminar World Nuclear Spotlight yang bertujuan untuk mempertemukan para pimpinan komunitas nuklir global dengan perwakilan pemerintah, lembaga penelitian, BUMN, industri Nasional, dan Universitas untuk mendukung program nuklir di Indonesia.
Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, WNA merupakan organisasi internasional, dan anggotanya kebanyakan swasta, dari buat reaktor, bahan bakar, suplai uranium, dan lain sebagainya. “Salah satu kelebihan menjadi anggota WNA itu dapat akses apa saja termasuk data, mereka mempunyai program promosi, apa itu PLTN, terus bagaimana success story di seluruh dunia dan audience bisa melihat success story yang didapat di banyak negara, termasuk di Uni Emirat Arab yang sudah selesai pembangunan PLTN,”kata Djarot di sela Seminar World Nuclear Spotlight di Jakarta, Rabu (7/2).
Berdasarkan data Badan Tenaga Atom Internasional/International Atomic Energy Agency (IAEA) tahun 2018, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbesar di dunia yakni 99 unit, diikuti Perancis di uruatan kedua dengan total unit PLTN mencapai 58 unit. Penggunaan energi nuklir untuk pembangkitan listrik masih diominasi negara-negara Eropa, Amerika Utara, dan beberapa negara maju di Asia seperti Cina, Jepang, India dan Korea Selatan. Namun demikian, perkembangan penggunaan energi nuklir bergerak cukup dinamis dengan dibangunnya unit-unit PLTN baru di 15 negara.
Rencana pembangunan PLTN di Indonesia sendiri telah dimulai sejak lama. Berbagai persiapan, baik yang terkait dengan pemilihan lokasi PLTN, penyiapan SDM yang andal, perhitungan keekonomian sampai dengan evaluasi infrastruktur PLTN telah dilakukan. Berdasarkan studi tersebut, dua lokasi di Pulau Bangka telah dinyatakan layak. Studi kelayakan PLTN di Pulau Bangka ini merupakan studi kelayakan PLTN termutakhir dan tapak Bangka menjadi tapak yang paling siap sebagai lokasi pembangunan PLTN.
Pada tahun 2013, berdasarkan MoU antara BATAN dengan PLN, muncul ide membangun small-modular reactor komersial di Indonesia. Ide tersebut didasarkan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sehingga kebutuhan listrik di pulau-pulau dengan kapasitas jaringan listrik yang kecil dapat terpenuhi.
“Sebagai tindaklanjut, BATAN sebagai lembaga yang berwenang untuk membangun reaktor nuklir non-komersial mempunyai gagasan untuk membangun PLTN mini yang bersifat non-komersial atau dikenal sebagai Reaktor Daya Eksperimental (RDE). RDE diharapkan menjadi kunci dan jembatan menuju penguasaan teknologi industri energi nuklir di Indonesia,” tandasnya.