Media Tradisional fokus Kebenaran di era Tsunami Informasi Post Truth SosMed

0
2401

Jakarta, KomITe- Presiden Joko Widodo menyakinkan masyarakat bahwa ditengah banjir dan tsunami informasi, eksistensi Pers semakin strategis dan nyata  untuk bersama Pemerintah menyampaikan kebenaran, fakta, berita yang membangun NKRI dan memberdayakan masyarakat serta beretika.

Sosial media dipicu oleh peer to peer aliran informasi melahirkan citizen journalisme, karena barang siapapun kini dapat menjebarkan berita dengan mudah di sosial media. Seperti halnya dahulu, seorang journalis menulis beritanya di media tradisional cetak atau elektronik. Salah satu fenomena dari evolusi Internet ke tiga ini adalah kemampuan Peer to Peer (P2P) networking diberbagai sektor:  Pertama adalah lahirnya Internet dan fokus pertumbuhan dan akses Internet, disusul tahap Kedua dengan online present muncul banyak halaman web dan dotcom termasuk ecommerce 1.0 bertumbuhan hingga bankrut.

Fenomena P2 dan Citizen Journalist

Kemudian pada tahap ketiga Sosial Media juga ecommerce 2.0  dengan kemampuan ekstra Peer to Peer (P2P) networking, distribusi informasi kini dapat dilakukan oleh individu manusia, empowering (memberdayakan) individu manusia, dimana sebelumnya informasi tersentralisasi dan hanya dimiliki oleh enterprise. Terjadi disrupsi dimana mana, di sektor Fintech muncul peer to peer lending vs bank investasi tradisional. Di sektor perhotelan muncul Airbnb peer to peer penginapan vs Hotel Chain terkenal. Disektor Transportasi Gojek, Uber peer to peer taxi vs Enterprise Taxi meter. Demikian pula di media informasi peer to peer journalisme melahirkan citizen journalisme yang difasilitasi platform sosmed yang serba instant vs  media tradisional melalui media check and recheck dan dikelolah oleh institusi, terkadang konglomerasi perusahaan media tradisional cetak dan elektronik.

Fenomena P2P ini mendisrupsi banyak sektor, dengan adanya teknologi disruptif Block Chain maka bukan saja P2P komunikasi informasi saja, namun yang ekstreem bahkan komunikasi Ledger dan Databasenya pun ter distribusikan P2P tanpa perlu otoritas, termasuk Data record individu, jika dibutuhkan berkompetisi dan mendisrupsi mata uang negara didunia(fiat) dengan crypto currency. Lihat saja di Komite.id edisi Feb-Mar 2018, fenomena negara Ekuador dan Venezuela yang baru saja meluncurkan Petro Crypto nya agar bisa keluar dari krisis keuangan berkepanjangan.

Selamat datang diera Jurnalisme Zaman Now dan selamat merayakan Hari Pers Nasional Jumat (9/2) di Padang, Sumatra Barat bersama Jokowi, Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo, Gubernur Sumatra Barat, Irwan Prayitno dan Menteri Kominfo Rudiantara.

Pers adalah pilar ke empat demokrasi, jadi pers harus dapat menyebarkan berita kebenaran (truth), berdasarkan fakta dan membantu pembangunan oleh institusi yang jelas, bersaing dengan berita bohong (hoax), palsu (fake news), fitnah, post truth (paska kebenenaran) yang populis dan penyebaran ujaran kebencian (hate Speech) serta penghinaan yang sangat cepat menyebar peer to peer diproduksi oleh individu perorangan bahkan produksi pabrikan hoax (ie: saracen) yang komersial.

Dampak Fatal Berita Pos truth Populis Global

Berita Post truth, opini seseorang, jika kemudian beraliran populis dapat di goreng untuk memenangkan satu pihak yang sebetulnya minoritas (inferior), malah pernah terjadi di Pemilu negara adidaya demokrasi tertua didunia, AS sekalipun. Dampak sosmed bisa sedemikian destruktifnya pada era Arab Spring, sosmed digunakan untuk menggalang demo, simpati bahkan dapat menggulingkan kepemimpinan incumbent sekalipun memanfaatkan cyberspace, seperti Mohamed Bouazizi presiden Tunisia yang berkuasa 24 tahun tumbang 2011, atau Hosni mubarak yang sudah berkuasa 30 tahun di Mesir, mungkin saja krisis dan reformasi 1998 juga cikal bakalnya di Indonesia.

Meski selalu terdengar sisi positif, berikut adalah sisi negatif dan potret buram dari media internet dan medsos oleh netcitizen yang semakin tidak rasional dan pola hidup instant posting dan forwards, tanpa lagi cek dan recheck. Pers dan media mainstream tradisional diharapkan oleh Presiden Jokowi agar kedepan dapat mengimbangi medsos dan new media dengan menampilkan berita yang berdasarkan kebenaran dan fakta serta memberdayakan ekonomi, masyarakat dan bangsa Indonesia kedepan, karena pers sangat dibutuhkan dan memberikan harapan, melindungi dan meningkatkan kualitas hidup, pikiran serta budaya bangsa Indonesia.

Menurut Yosep, saat ini terdapat 47,000 media tradisional dan baru, terdiri dari 2,000 media cetak, 674 radio, 523 station TV namun yang maju pesat adalah media daring sebanyak 43,000 situs.

Trend Teknologi AI & BotNet

Trend Teknologi ABCD 2018 majalah Komite.id di era AI (Artificial Intelijen) akan riuh bukan dengan manusia (Internet of Human), namun IOE (Internet of Everything), termasuk M2M (Machine to machine) otonomous robotics,  era botnet (Robot Internet), Robot Jurnalist  yang sangat cepat, viral dan instant memproduksi dan mengirim berita yang baik maupun yang rekayasa.  Tantangan bagi Pers kedepan dan Komite.id, yang menerbitkan majalah cetak dan situs berita online siap mendukung Pemerintah dan mengharapkan agar Pemerintah memfasilitas keterbukaan dan insan pers dapat lebih mudah melakukan wawancara dengan para pejabat Pemerintah serta mendapatkan berita fakta langsung dari Pemerintah, sehingga dapat lebih cepat dan instant bersaing di era globalisasi dan era ubiquitous cyberspace 3.0. Dirgahayu HPN (Hari Pers Nasional) 2018 (rrusdiah@yahoo.com).