Jakarta, KomiTE– Total belanja teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Indonesia diproyeksikan mencapai Rp 1.369 triliun selama tiga tahun ke depan (2018-2020). Setiap tahun, rata-rata belanja TIK di Tanah Air tumbuh 5% seiring kian banyaknya lembaga pemerintah dan swasta yang membelanjakan dana untuk mendigitalisasi hampir semua aspek kegiatan. Sekitar 70% belanja dialokasikan untuk pembelian perangkat keras.
Managing Director IDC Asean Sudev Bangah mengatakan, intensitas untuk berinovasi di Indonesia semakin meningkat, sehingga akan lebih banyak perusahaan/organisasi menempatkan transformasi digital sebagai strategi inti untuk meningkatkan bisnisnya. “Pemimpin bisnis harus mengadopsi teknologi, sehingga perusahaan mereka tidak kehilangan peluang besar di tengah bangkitnya ekonomi transformasi digital yang baru,” kata Sudev di Jakarta, pekan lalu.
Mevira Munindra, head of consulting International Data Corporation (IDC) Indonesia memperkirakan, nilai belanja TIK Indonesia mencapai Rp 443 triliun pada 2018, Rp 457 triliun pada 2019, dan Rp 469 triliun pada 2020. Dengan demikian, total nilai belanja TIK mencapai Rp 1.369 triliun. “Pendorongnya adalah transformasi digital yang mulai diprioritaskan oleh perusahaan-perusahaaan di Indonesia, terutama di industri perbankan, layanan keuangan. Beberapa industri seperti manufacturing, transportasi, dan logistik juga sudah mulai terlihat untuk membenahi dan mulai merencanakan roadmap digital untuk perusahaannya,” ujar Mevira.
Dia menjelaskan, kompetisi bisnis yang semakin ketat, efisiensi untuk menekan biaya, dan perubahan perilaku konsumen yang pada dasarnya sudah menerima serba digital (digital native) juga mendorong perusahaan- perusahaan untuk lebih mau beradaptasi dan tangkas (agile) guna menjalankan inisiatif digital.
Perusahaan pun didorong menjadi organisasi yang berorientasi kepada konsumen dengan mengutilisasi teknologi dalam implementasinya.“Hanya ada 8 persen perusahaan lokal yang melakukan perjalanan transformasi digital dan mendapatkan keuntungan penuh dari transforamsi digital. Enterprise di indonesia masih dalam tahap mengeksplorasi potensi teknologi dan model bisnis. Enterprise harus memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang dan cepat mengintegrasikannya ke dalam strategi organisasi mereka saat mereka berevolusi,” pungkasnya
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi juga optimistis, dalam tiga tahun ke depan hingga 2020, total belanja TIK Indonesia tembus Rp 1.000 triliun. Hal terjadi seiring dengan meluasnya keterjangkauan internet ke 514 ibukota kabupaten/kota di Tanah Air, beroperasinya kabel serat optik Palapa Ring pada awal 2019, penyiapan teknologi seluler generasi kelima (5G), dan terus berkembangnya ekonomi berbasis digital (ekonomi digital), termasuk di dalamnya perdagangan secara elektronik (e-commerce).
Menurut dia, pertumbuhan belanja TIK sangat ditopang oleh keterjangkauan internet. Jumlah pemakai internet saat ini mencapai 150-160 juta orang dan akan terus bertambah. Semakin banyak orang yang memiliki ponsel pintar (smartphone) yang terhubung dengan internet. “Karena itu, pemerintah, perusahaan, dan pelaku bisnis akhirnya dituntut mendigitalisasi sebagian besar aktivitasnya. Dari semula memakai layanan manual dan tatap muka, sekarang dan beberapa tahun ke depan, tuntutannya akan terjadi digitalisasi layanan dan menggunakan aplikasi,” tambah Heru. (red)