Karir dan Keluarga Sama-Sama Penting.

0
2913

Nilawati Djuanda, Direktur Keuangan PT INTI (Persero).

Bagi kaum wanita, meraih sukses dalam berkarir perlu perjuangan keras, bahkan harus lebih gigih dari usaha yang dilakukan kaum pria. Meski demikian, Nilawati Djuanda bisa membuktikan dalam dunia karir, yang kini dipercaya menduduki posisi penting sebagai Direktur Keuangan di perusahaan milik negara – PT Industri Telekomunikasi Indonesia atau INTI (Persero).

Seiring perkembangan zaman di era emansipasi wanita, kini kaum perempuan di Tanah Air, sudah bisa mensejajarkan diri dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai dari karir di dunia usaha, politik, sosial dan lainya. Termasuk menduduki posisi-posisi penting di ranah birokrasi kepemerintahan.
Ia menilai, Kartini bukan sekadar tokoh pendobrak lahirnya emansipasi kaum perempuan di Tanah Air, namun juga menjadi tokoh yang mewariskan banyak nilai yang perlu diteladani.

Berkat perjuangannya, wanita yang dulu banyak terkekang selama berabad-abad, akhirnya bisa bersekolah tinggi, berdiri hebat memimpin sebuah perusahaan, memimpin ratusan pegawai, menyuarakan ide-ide brilian, dan berbagai kebebasan lain, termasuk mengatakan ‘tidak’, saat muncul sebuah perintah yang tidak sesuai dengan hati nurani.

Meski demikian, diakui kiprahnya yang semakin luas dalam karir dewasa ini, membuat wanita kian mempunyai multiperan besar dan tak mudah. Selain fokus pada pekerjaan, dia juga dituntut mampu membagi waktu dan perhatian untuk keluarga. Karenanya, untuk bisa meraih posisi leader, wanita perlu effort (upaya) dan perjuangan lebih keras ketimbang laki-laki.

“Secara harfiah, emansipasi tidak menetapkan definisi bahwa pria dan wanita harus mendapat posisi hak yang sama rata pada semua hal. Bukan sama persis. Di satu sisi, wanita pun tidak boleh menjadikan emansipasi sebagai tameng untuk melepaskan kewajiban sesuai kodratnya sebagai soerang wanita. Itulah makanya, wanita perlu bekerja lebih keras, termasuk untuk membuktikan bahwa wanita bisa meraih kedudukan sama dengan pria dalam hal pekerjaan,” papar wanita yang pernah mengikuti Investment Analysis Course yang diadakan oleh PT Price Waterhouse Sutanto pada Maret 1997 serta Purchasing and Procurement Matching Atlanta (American Software) pada 1993 ini.

Karir wanita asal Bandung di dunia telekomunikasi sudah dilaluinya lebih dari tiga dasa warsa (30) tahun lamanya. Meski merajut karir dari bawah, namun dia bisa meraih dan pernah dipercaya memegang berbagai jabatan strategis yang tak kalah dengan kaum pria. Di antaranya pernah menjabat sebagai Senior General Manager Maintenance Service Center PT Telkom (Persero) Tbk, Komisaris PT Pasifik Satelit Nusantara, dan Direktur Finance and Administration PT Indonusa Telemedia, serta Senior Advisor PT Multi Media Nusantara. Berbekal pengalaman tersebut, Nilawati Djuanda yang mulai dipercaya sebagai Direktur Keuangan PT INTI (Persero) sejak 18 Maret 2014, kini terus berupaya keras membawa perusahaannya menjadi yang terdepan di bidangnya.

Sebagai Direktur Keuangan, dia bertanggung jawab untuk mengelola dan mengatur terkait semua keuangan korporasi. Bukan sekadar membuat laporan ke atasan, namun juga peran yang lebih kompleks, termasuk membuat analisa seputar rencana pengelolaan keuangan perusahaan, investasi, penguatan struktur permodalan. “Saya pun harus bisa menempatkan diri untuk siap menghadapi persoalan yang jauh lebih komplek terkait portofolio perusahaan ataupun kemitraan strategis,” ujarnya.

Karena itu, sesuai peran sebagai Direktur Keuangan, dia juga membuat banyak terobosan lebih jauh, dengan berupaya mengarahkan semua karyawan PT INTI untuk membuat perencanaan yang baik pada semua hal yang berdampak pada biaya dengan memperhatikan optimalisasi biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan yang optimal. Pola itu ia diterapkan agar semua dapat dipertanggungjawabkan, tetap berpegang teguh pada prinsip integritas, serta tidak memicu potensi pelanggaran etika bisnis, aturan perusahaan, Good Corporate Governance (GCG), dan aturan lainnya yang mengarah pada kerugian perusahaan, baik secara materi dan nonmateri. Selain itu, dia juga berupaya mendorong setiap karyawan kreatif, agar bisa menghasilkan terciptanya ide-ide bisnis baru yang akan berdampak pada peningkatan performa keuangan perusahaan.

“Sejalan dengan masifnya pesatnya perkembangan di industri, peran yang saya jalani pun kian berkembang. Saya harus bisa menjadikan bidang keuangan selain sebagai business goal, juga sebagai business enabler. Sehingga proses pemasaran, penjualan, serta perencanaan dalam perusahaan berjalan lancar. Dengan demikian kinerja perusahaan bisa makin baik dan tingkat pertumbuhannya bisa terus ditingkatkan (sustainable growth). Secara pribadi, saya ingin terus mengabdi di posisi apapun saya ditempatkan. Setelah mengabdi lama di PT Telkom, sekarang saya pun terus berupaya keras mengabdi di PT INTI agar bisa jaya kembali,” paparnya.

Prospek INTI Makin Menjanjikan

Menurutnya, sesuai perkembangan dan kemajuan ICT yang kian pesat di kalangan masyarakat, INTI juga memiliki prospek bisnis yang makin besar. Dengan tekad pemerintah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara pada tahun 2020 pun, hal ini akan membuat pertumbuhan pangsa pasar ICT juga makin besar. ICT juga akan menjadi pendorong transformasi digital di semua bidang, seperti munculnya smart government, smart city, smart transportation, smart buildings, Smart Energy, smart farming, smart health, dan lainnya. Karenanya, Indonesia menjadikan ICT bukan sekadar sebagai support atau enabler, tetapi lebih dari itu, sektor ICT yang harus bisa menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi.

“Inilah celah yang justru akan mengungkit kekuatan PT INTI untuk tumbuh dan berkembang lebih pesat. Di sisi lain, technology life cycle semakin pendek, sehingga perusahaan harus benar-benar cermat dalam memutuskan inovasinya untuk memastikan perusahaan dapat mengikuti turbelensi bisnis teknologi ini dengan baik. Di sinilah peranan saya sebagai Direktur Keuangan dituntut dapat menyediakan dukungan permodalan yang paling efisien dan efektif, dengan penentuan skala prioritas pembelanjaan, baik Opex maupun Capex secara optimal,” ujarnya.

Sesuai dengan strategi bisnis lima tahun ke depan, INTI juga memetakan tiga portofolio yaitu Broadband, Defense and Digital Services, dan Smart Energy dengan berpedoman pada visi ‘Best Smart Digital Devices Provider in the Region’. Tiga portofolio ini sudah dijalankan sejak 2017 dengan target pasar dari sektor Operator, Enterprise, Government, dan Defense. Untuk pengelompokan produk, perusahaan memetakan berdasarkan berdasarkan Devices, Application, dan Network.

Ditambahkan, upaya menjalankan visi tadi pun dilakukan melalui revitalisasi fasilitas produksi seluas 8 hektar yang berlokasi tak jauh dari kantor pusat. Rencananya, fasilitas produksi yang targetnya dapat diresmikan akhir tahun 2018 ini, akan difungsikan menjadi tempat produksi smart devices dan produk-produk lainnya. “Pada prinsipnya, PT INTI sudah on the track pada pengembangan Infrastruktur Digital Indonesia, dan siap melaju dengan cepat menjadi Best Smart Digital Devices Provider in The Region,” jelasnya.

Prospek industri juga akan tumbuh cepat dengan kebijakan pemerintah melalui Nawacita untuk menyediakan infrastruktur, termasuk infrastruktur ICT yang akan mendorong tumbuhnya Industri-industri baru, terutama industri kreatif. Prospek INTI juga sangat besar, karena INTI juga telah melakukan inovasi-inovasi produk baru. Di antaranya seperti, Smart Health yaitu Smart Hospital, Smart Transportation, yaitu ADS-B, merupakan teknologi surveillance untuk mengetahui dan memonitor posisi pesawat dan dapat digunakan sebagai pengganti secondary radar pada ATC. Smart Meeting yaitu I-Perisalah, alat yang membuat risalah rapat secara otomatis berbasis Text-To-Speech khusus berbahasa Indonesia. Selain itu juga masih banyak inovasi smart-smart devices lain untuk berbagai solusi dunia usaha, industri bisnis, institusi, dan lainnya.

Dilalui Dengan Enjoy

Meski kesibukannya cukup menyita waktu, namun semua ia jalani dengan penuh totalitas dan perasaan enjoy. Baginya, baik karir maupun keluarga, dua-duanya sama-sama menduduki level penting. Diakui sebagai seorang direktur, bukan hal yang aneh jika tumpukan tugas pekerjaan terkadang datang berbarengan dengan tugasnya sebagai seorang ibu di tengah keluarganya. Sehingga diperlukan kepiawaian dalam menyiasatinya, agar semua berjalan dengan baik dengan menempatkan sesui skala prioritasnya.

“Adakalanya kita harus pintar menetapkan skala prioritas. Penentuan skala prioritas inilah seninya menjadi wanita karir. Kita harus sebisa mungkin menciptakan harmonisasi dengan banyak pihak, agar semuanya tercapai dengan baik, baik sebagai wanita karir, istri, maupun ibu. Sebab, kita tidak bisa melakukan semuanya bersamaan. Makanya adakalanya saya memprioritaskan pekerjaan, terutama pada momen krusial yang memang membutuhkan saya sebagai pengeksekusi keputusan. Namun, adakalanya pula saya akan meletakkan keluarga sebagai prioritas utama, pada momen yang memang peranan saya sebagai seorang istri dan ibu mengharuskan saya berada di sana,” paparnya.

Menurutnya, cara mengatur skala prioritas adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh wanita karir dalam profesi apa pun. Kemampuan ini bahkan sudah harus dimiliki dari saat masih di level bawah. Dari seorang staf, manajer sampai ke direktur atau pucuk pimpinan sekalipun. Beruntung dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang kian pesat belakangan, tugas dan pekerjaan itu bisa menjadi lebih mudah dan terbantu.

“Era modern dan kecanggihan teknologi membantu saya dalam menjaga keseimbangan itu. Saya tetap bisa rutin berkomunikasi dengan suami dan anak-anak. Saya pun berusaha melibatkan diri dalam hajatan hidup suami dan anak-anak saya, supaya mereka merasa diri saya hadir dalam setiap penyelesaian masalah yang mereka hadapi,” ujarnya. (red)