Jakarta, Komite.id- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan terus mendorong dan memfasilitasi tumbuhkembangnya inovasi daerah di seluruh Indonesia, khususnya inovasi teknologi bidang pangan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani.
Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe mengatakan hal tersebut saat mengunjungi Gelar Bakti Teknologi Untuk Negeri di desa Pulau Tinggi, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Selasa (15/5). Dalam kesempatan itu, Jumain menanam perdana varietas inpari Sidenuk dengan menggunakan sitem tanam padi yang efektif dan efisien.
“Sesuai amanat Presiden Jokowi, kunci daya saing adalah pengembangan kreatifitas dan inovasi serta penanaman jiwa wirausaha atau entrepreneur. Petani harus didorong, tidak hanya menguasai ilmu pengeahuan dan teknologi, namun juga menerapkan sistem agribisnis digital dengan memanfaatkan pemasaran dalam jaringan (online),”tegas Jumain.
Gelar Bakti Teknologi Untuk Negeri merupakan rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke-23 yang akan dipusatkan di Riau pada Agustus mendatang. Selain Jumain, hadir dalam kegiatan tersebut, antara lain Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), Retno Sumekar yang juga Koordinator Bakti Teknologi Untuk Negeri, perwakilan dari Plt. Gubernur Riau, Bupati Kampar, Deputi Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir, Hendig Winarno.
Kemenristekdikti mengujicoba metode penangkaran benih padi dengan teknologi IPAT BO (Intesifikasi Padi Aerob Terkendali-Berbasis Organik) di lahan seluas lima hektare. Teknologi IPAT BO diklaim mampu mengurangi penggunaan air dan pemakaian pupuk anorganik, serta menghemat bibit. IPAT BO juga mampu mendongkrak produktivitas tanaman padi hingga dua kali lipat.
Jumain mengatakan, varietas padi sidenuk selain menambah keragaman varietas padi di provinsi Riau juga untuk meningkatkan minat petani sebagai penangkar benih, khususnya di Kabupaten Kampar, Riau. Saat ini hanya ada sekitar 4 orang penangkar benih padi yang masih aktif.
“Dengan teknologi IPAT BO, potensi produktivitas padi varietas Inpari Sidenuk rata-rata per hektar bisa mencapai 9-11 ton dengan waktu tanam hanya 3 bulan. Teknologi inipun menjadi solusi memenuhi kebutuhan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petan,” katanya.
Sementara itu Deputi Kepala Batan, Hendig Winarno mengatakan, varietas Inpari Sidenuk sudah di tanam secara massif di 24 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan hasil yang cukup menggembirakan. Saat ini, pihaknya juga terus mengembangkan varietas baru yang lebih unggul sebagai upaya mengatasi tantangan ketahanan pangan. Sejak 1982 hingga 2014, Batan telah menghasilkan 22 varietas unggul padi.
Hendig melanjutkan, dalam mendukung swasembada pangan, Batan tidak hanya mengembangkan bibit unggul tanaman pangan, tetapi juga mengembangkan fomula biofertilizer yang bermanfaat bagi penyuburan tanah. “Kami berharap hilirisasi hasil Litbang Iptek bidang nuklir dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dengan harapan mampu meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pemanfaatan iptek nuklir,” katanya
Sementara itu, Yudi Suryata, perwakilan dari PP Kerja selaku produsen/penagkar benih mengatakan, teknologi ini ditemukan oleh Prof. Dr. Tualar Simarmata salah satu dosen Universitas Padjadjaran (Unpad). Metode ini dikembangkan sebagai satu solusi karena adanya permasalahan di lingkungan petani, yang cenderung menanam padi dengan kebutuhan air cukup tinggi.
“Kami merancang satu metode penanaman dengan teknologi hemat air, hemat pupuk anorganik, serta hemat benih. Teknologi ini menitikberatkan pada manajemen kekuatan biologis tanah, tata air, manajemen tanaman dan pemupukan berbasis organik secara terpadu,” papar Yadi.
Ditempat yang sama, Bupati Kampar yang diwakili staf ahli bidang ekonomi dan pembangunan, Aliman Makmur menyampaikan, bahwa potensi pertanian khususnya persawahan di Kabupaten Kampar sangat besar, namun membutuhkan inovasi teknologi serta dukungan peralatan pertanian yang modern. Saat ini, Kabupaten Kampar memiliki lahan persawahan seluas 5149 hektare lebih dengan produksi rata-rata 5-6 ton perhektar.
“Mudah-mudahan, dengan Varietas Sidenuk ini dapat meningkatkan hasil produktifitas petani serta memberikan nilai tambah yang sejalan dengan visi Kabupaten Kampar yakni pengembangan 3I (Infrastruktur, Investasi dan Industri) . Selain dapat membantu peningkatan kesejahteraan petani, juga dapat mewujudkan swasembada pangan tahun 2019 sesuai harapan Bupati Kampar Aziz Zaenal, ujarnya. (red/**)