KTN 2018: BPPT Rekomendasikan Teknologi Dorong Kedaulatan Bangsa

0
2039

Jakarta, KomITE- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2018. Penyelenggaraan KTN kali ketiga ini mengambil tema “Strategi Implementasi Kebijakan Nasional untuk mendukung Kemandirian Teknologi”, yang berlangsung pada 17-19 Juli 2018, di Gedung BPPT.

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan topik KTN 2018 ini difokuskan pada bidang Teknologi Industri Pertahanan, Teknologi Kebencanaan dan Teknologi Material. Hal ini diungkapnya agar sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan guna mendukung akselerasi program prioritas pembangunan pemerintah.

Lebih lanjut Kepala BPPT menyampaikan rekomendasi teknologi, yang merupakan hasil rumusan dari tiga hari pelaksanaan kongres tersebut. “Rekomendasi Teknologi ini ditujukan untuk memperkuat peran dan eksistensi teknologi dalam mendukung pengembangan industri nasional, peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, sesuai dengan program pemerintah yang tertuang dalam Program Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahap II 2020 -2024,” tegas Kepala BPPT.

Dalam bidang Teknologi Pertahanan Dan Keamanan banyak membahas arah kebijakan nasional industri pertahanan, teknologi industri pertahanan, ketahanan nir militer, kebutuhan teknologi keamanan untuk penguatan kedaulatan NKRI pada 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, dan wacana konsorsium dalam pengembangan teknologi industri pertahanan .

“Di bidang teknologi industri Hankam juga telah dilaksanakan penyerahan desain standar Kapal Cepat Rudal (KCR) kepada Kementerian Pertahanan. Diharapkan setelah diserahkan, Desain Standar KCR dimanfaatkan TNI AL dalam membangun armada KCR sebagai pedoman dalam melakukan pembangunan, pemeliharaan & perbaikan KCR agar lebih efisien & efektif oleh galangan kapal nasional di Indonesia,” papar Kepala BPPT.

Rekomendasi dalam Industri Pertahanan disebutkan olehnya antara lain, perlu adanya jaminan keberlangsungan program produksi industri pertahanan sehingga memberikan manfaat yang memadai dibandingkan dengan nilai investasi. Komitmen pengguna memanfaatkan hasil inovasi indhan dengan memperhatikan tahapan inovasi secara memadai. Audit teknologi sebagai bagian dari strategi pembinaan industri pertahanan. Penguasaan 7 teknologi kunci program prioritas industri pertahanan menjadi target utama penguasaan teknologi. Kegiatan litbangyasa harus berjalan seiring dengan pengadaan alat-peralatan-pertahanan (Alpalhan). “Teknologi Keamanan harus mampu beradaptasi dengan tantangan keamanan masa depan, antara lain dengan pemanfaatan wahana tak berawak (drone), antisipasi terhadap ancaman cyber, dan pemanfaatan digital security system untuk pemantauan keamanan,” ujarnya.

Sementara itu di bidang Teknologi Kebencanaan, kongres ini memberikan masukan dalam rekomendasi Kebijakan dalam teknologi kebencanaan meliputi: Pengarusutamaan Teknologi Pengurangan Risiko Bencana (PRB), menuju Disaster Ready Nation dan upaya inovasi Teknologi Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia. Paradigma Supermarket Bencana berubah menjadi Laboratorium Bencana dan menjadi Pusat Industri Teknologi Keselamatan Bencana. “Rekomendasi Teknologi kebencanaan antara lain penguatan teknologi untuk pemutakhiran data, sistem peringatan dini dan monitoring potensi ancaman multi-bencana (Geologi dan Hidrometeorologi), serta peningkatan teknologi informasi melalui penerapan era industri komunikasi 4.0 dan pengkajian teknologi 5.0.,” urainya.

BPPT sangat mampu berperan dalam upaya inovasi Teknologi Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia. Perlu dilaksanakan penguatan teknologi untuk pemutakhiran data potensi ancaman multi-bencana. Selain itu juga perlunya penguatan sistem peringatan dini dan mitigasi multi-bencana yang akurat secara teknologi dan mudah dipahami oleh komunitas yang berkaitan langsung dengan bencana.

“Pembangunan Sistem Monitoring potensi bencana secara nasional dengan resolusi tinggi perlu dibangun melalui peningkatan kerapatan sensor dan kualitas jaringan, sehingga potensi bencana dapat terpetakan dan terukur dengan akurat. Teknologi dan metode teknik prediksi bencana geologi, terutama yang sulit diprediksi (fast-onset) perlu dikembangkan bersama. Dalam KTN 2018 ini bidang teknologi kebencanaan juga meluncurkan buku outlook teknologi kebencanaan yang juga disaksikan oleh Kepala BNPB,” jelasnya.

Terkait bidang Teknologi Material dilakukan pembahasan untuk substitusi impor bahan baku industri dan komponen. Secara konsep, pengembangan teknologi material untuk mendukung industri nasional perlu didasarkan pada alasan-alasan permasalahan di industri, di antaranya seperti ketergantungan impor bahan baku industri dan komponen, minimnya kemampuan pengelolaan SDA dan lemahnya inovasi teknologi material.
Dikatakan Deputi Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM BPPT), Eniya Listiani Dewi bahwa Material adalah kunci produk industri, sehingga pengembangan industri juga harus ditunjang oleh inovasi teknologi material. “Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, kegiatan industri dalam penciptaan nilai tambah ini perlu dipacu dengan pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi material, mendorong kreativitas serta inovasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas,” ungkapnya

Tantangan inovasi bidang Teknologi Material adalah bagaimana mengelola sumber daya alam yang dimiliki Indonesia agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat ditinjau dari aspek ketergantungan impor bahan baku industri yang setiap tahun menyedot 1500-an triliun rupiah, aspek pengelolaan sumber daya lokal sebagai bahan baku industri di 6 sektor industri prioritas, dan aspek minimnya inovasi karena tidak didukung oleh kebijakan yang kuat dan pendanaan yang memadai.

Menutup KTN 2018 ini Kepala BPPT menekankan pentingnya rekomendasi teknologi ini untuk menjadi masukan dan bahan pengambilan keputusan bagi para pemangku kepentingan, khususnya dalam pembangunan bangsa di era Industri 4.0. “Kami harap bahwa rekomendasi yang dihasilkan KTN tidak berhenti di kongres ini berakhir, tetapi tetap bergulir dan menjadi pijakan pengambilan keputusan di kemudian hari. Kiranya upaya ini dapat menjadi tonggak dalam perjuangan menuju kemandirian teknologi guna mencapai kemandirian bangsa,” pungkasnya.

Menurut Unggul, perkembangan pembangunan dunia secara global dipengaruhi oleh empat penggerak, yakni : populasi, teknologi, globalisasi dan perubahan iklim, yang semakin memacu tingkat kerentanan daya dukung kelestarian pembangunan. “Kondisi perekonomian dunia saat ini yang fluktuatif serta adanya berbagai isu geopolitik, maka perkembangan riset dan teknologi harus diarahkan untuk memberikan dampak pada perubahan sosial dan ekonomi,” tuturnya.

Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan “Trend riset di Indonesia saat ini terjadi terlalu berbasis supply, dan akan jauh lebih baik apabila industri lebih berperan mendorong riset kearah demand driven, supaya hilirisasi risbang menjadi lebih mudah,” ujarnya. Menristekdiktu berharap agar riset dan pengembangan (risbang) dapat memberikan rekomendasi teknologi yang diperlukan untuk memperkuat peran dan eksistensi teknologi dalam industri nasional, peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

“Menghasilkan suatu inovasi yang bisa dimanfaatkan oleh industri dan masyarakat adalah tujuan dari sebuah riset. Saya berharap inovasi dapat bermanfaat bagi industri dan masyarakat, serta berperan dalam meningkatkan ekonomi Indonesia ke depannya. Ini sangat penting, karena apabila ekonomi berbasis pada inovasi, maka nilai tambah akan menjadi penting,” ucapnya. (red)