Pindad Raih BPPT Innovation Award 2018

0
1857

Jakarta, KomITe- PT Pindad (Persero) meraih Penghargaan BPPT Innovation Award 2018 dalam ketegori perusahaan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Penghargaan tersebut diberikan kepada seseorang, instansi atau perusahaan, yang telah menghasilkan produk baru hasil inovasi teknologi, yang berdampak signifikan bagi industri.

Selain PT Pindad, penghargaan BPPT Innovation Award 2018 juga diberikan untuk kategori perorangan kepada Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K) untuk karya nyatanya di bidang inovasi teknologi kesehatan. Sementara itu, PT. Pindad telah berhasil mengembangkan di bidang teknologi pertahanan dan keamanan.

Penghargaan diberikan oleh Kepala BPPT Unggul Priyanto kepada Direktur Utama Pindad Abraham Mose dan juga Ismail Hadisoebroto Dilogo di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (2/8). Penganugerahan tersebut sebagai bentuk apresiasi dan motivasi kepada pihak terkait untuk terus berinovasi teknologi dalam mendukung pembangunan nasional. Perusahaan dan individu yang meraih penghargaan dianggap konsisten mengkaji dan menerapkan inovasi sehingga menyumbangkan manfaat bagi kemandirian bangsa.

‘’Terima kasih untuk semua stakeholder yang telah memberikan kepercayaan kepada Pindad,’’ ujar Abraham Mose. Menurut dia, penghargaan ini akan menjadi motivasi bagi seluruh karyawan Pindad untuk lebih berinovasi.

Kepala BPPT menuturkan bahwa Penghargaan BPPT Innovation Award (BIA), ditujukan untuk menjadi pendorong dan pe-motivasi agar inovasi dapat lebih meningkatkan karyanya dan menjadi panutan bagi setiap insan teknologi.

“Penganugerahan BPPT Innovation Award tahun ini merupakan lembaran sejarah baru bagi BPPT, karena diberikan untuk pertama kalinya dan untuk melengkapi dua penghargaan sebelumnya, yaitu Penganugerahan Gelar Perekayasa Utama Kehormatan (PUK) dan Penganugerahan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA).

Setiap tahun BPPT memberikan penghargaan atau Award kepada putera/puteri terbaik Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan bangsa dan negara melalui karya nyata, khususnya di bidang teknologi.” papar Kepala BPPT.

Penghargaan BIA 2018 ini berbeda dengan BJ Habibie Technology Award (BJHTA). BPPT Innovation Award diuraikan oleh Kepala BPPT, diberikan kepada seseorang, instansi atau perusahaan, yang telah menghasilkan produk baru hasil inovasi teknologi, yang berdampak signifikan bagi industri. Sedangkan BJHTA diberikan kepada para ilmuwan yang telah menghasilkan karya nyata teknologi, berupa invensi bahkan inovasi yang berdampak pada kemajuan bidang teknologi.

“Kami ucapkan selamat kepada para penerima penghargaan BPPT Innovation Award Tahun 2018, semoga penghargaan ini dapat semakin memotivasi dan memicu semangat untuk terus mengembangkan diri dalam menghasilkan karya nyata, khususnya di bidang teknologi. Dan semoga dengan pemberian BPPT Innovation Award makin memperbanyak tumbuhnya inovasi anak bangsa lainnya,” tegas Kepala BPPT.

Inovasi dan Layanan Teknologi BPPT

Pada penganugerahan BIA 2018 ini Kepala BPPT juga menyampaikan beberapa program yang tengah dijalankan BPPT. Yakni bidang teknologi pertahanan dan keamanan, reverse enggineering, dan transportasi penerbangan. Juga teknologi elektoronika, teknologi biomaterial, teknologi sumber daya alam, teknologi lingkungan dan teknologi kesehatan.

Pada bidang teknologi pertahanan dan keamanan, BPPT mengembangkan teknologi drone. Khususnya untuk menjawab kebutuhan surveillance dan pemetaan pada jarak sedang dan menengah. Di bidang teknologi sumberdaya alam, khususnya untuk mendukung pertanian, BPPT bersama Badan Pusat Statistik telah menyusun suatu sistem yang disebut Kerangka Sampel dan Sistem Pelaporan. Sistem tersebut digunakan dalam pengumpulan data statistik pertanian yang berbasis android.

“Bidang teknologi elektronika, kami mengembangkan e-verifikasi yang memanfaatkan data sidik jari yang tersimpan dalam KTP-elektronik. Untuk bidang kesehatan kami mengembangkan Kit Diagnostik yang mendeteksi dini infeksi DBD. Dengan menggunakan bahan baku antibodi monoklonal strain lokal Indonesia dengan spesimen dapat berupa darah, plasma dan serum. Sehingga hasil diagnosa dapat diperoleh relatif cepat,” ujarnya. (red/Ju)