Jakarta, KomITE- Merayakan hari jadi ke-40, BPPT meluncurkan buku Lima Windu BPPT Membangun Negeri, Gelombang Tranformasi Teknologi Nasional. Buku ini menyajikan informasi perjalanan sejak awal mula ide berdirinya, dilahirkannya lembaga ini pada tahun 1978, hingga sekarang.
“Buku ini berisi bagaimana perjalanannya menjadi institusi negara yang memiliki peran sangat sentral dalam pembangunan nasional di masa lalu. Bagaimana perannya yang mengalami pasang surut terutama di kala Bangsa Indonesia menghadapi hempasan krisis ekonomi 1997/1998. Serta tantangan baru BPPT setelah peristiwa politik besar berupa gelombang reformasi 1998 hingga sekarang,” kata Kepala BPPT Unggul Priyanto disela Bedah buku yang dihadiri mantan kepala BPPT/Menristek dan Presiden RI ke-3 BJ Habibie di Jakarta, Kamis (23/8).
Lebih lanjut Unggul menambahkan, memasuki usia yang ke 5 windu atau ke-40 tahun ini, BPPT berusaha untuk semakin meningkatkan kontribusinya dalam pembangunan nasional, khususnya dalam peningkatan daya saing dan kemandirian. “Kontribusi tersebut terus diperkuat dengan peran BPPT, yakni Kerekayasaan, audit teknologi, kliring teknologi, intermediasi teknologi, alih teknologi, difusi dan komersialisasi teknologi,” tambahnya.
Sementara itu dalam upaya meningkatkan peranan dan kontribusi dalam pembangunan tersebut dan mengacu pada Tugas Pokok BPPT, maka telah dilakukan penyempurnaan terhadap visi dan misi. Visi BPPT adalah Menjadi lembaga unggulan Teknologi dalam pengkajian dan penerapan teknologi untuk meningkatkan daya saing menuju kemandirian bangsa.
Dalam kesempatan itu, BJ Habibie menekankan pentingnya penguasaan teknologi untuk kedaulatan dan kejayaan Indonesia. Menurutnya, Indonesia tidak bisa membuat sebuah penemuan ulang (riset dasar) sesuatu teknologi yang sudah lama ditemukan bangsa lain. Karenanya pasti akan selalu tertinggal. Sebab, negara maju sudah lama menemukan dan menggeluti teknologi canggih dan semakin canggih dari waktu ke waktu.
Konsep Habibie “Berawal dari akhir berakhir di awal” adalah cara yang efisien, realistis, dan sistematis di dalam alih teknologi industri untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia di bidang Iptek dari bangsa yang telah maju. Peran lain yang mampu dilakukan oleh BPPT menurut Habibie, yaitu mengkaji teknologi, mengaudit teknologi, termasuk juga memberikan solusi teknologi. Seluruh aktivitas kegiatan BPPT tersebut ditujukan untuk memberikan pelayanan teknologi guna mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat dan pembangunan berkeadilan.
Adapun jenis pelayanan teknologi BPPT terdiri dari rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, pengujian, jasa operasi, pilot project, pilot plant, prototipe dan survei. BPPT mengimbangi tugas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Bila Bappenas merancang kebijakan makro, BPPT memastikan kebijakan tersebut terealisasi dengan mengawalnya dengan kajian kebijakan teknologinya dalam tatanan mikro.
Banyak hal dilakukan Habibie sebagai Menristek dengan back up kaji terap bidang teknologi oleh BPPT. Banyak kemajuan dibuat, yang sebagian besar dianggap “mendahului zamannya”. Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Caranya dengan mendorong lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. (red/Ju)