Jakarta, Komite – Rangkaian kegiatan Hari Kebangkitan Tehnologi Nasional (Hakteknas) 2018 yang telah diluncurkan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir 10 Februari lalu yang puncaknya bakal dihelat 10 Agustus di Pekanbaru-Riau, mendapat respons besar dari masyarakat, baik kalangan akademisi, stakeholder lembaga riset, pelaku usaha dan lainnya. Mengusung tema besar “Inovasi untuk Kemandirian Pangan dan Energi”, kegiatan ini diharapkan bisa mendorong roadmap “Making Indonesia 4.0” yang telah diluncurkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk peningkatan daya saing Indonesia menghadapi revolusi “Industri 4.0”.
Sektor pangan dan energi memiliki peran besar untuk menuju daya saing ekonomi di era industri 4.0. Kedua hal ini juga menjadi isu strategis global, tak terkecuali bagi Indonesia, di mana pemerintah juga telah mentapkannya menjadi salah satu sasaran prioritas pembangunan dan pengembangannya. Termasuk di dalamnya pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan inovasi yang pengarustamaannya diarahkan agar bisa memiliki peran besar dalam mengakselerasi pencapaian ketahanan dan daya saing di bidang industri ini.
Terakit ketahanan pangan, bangsa yang besar salah satunya harus bisa memenuhinya dengan baik, mampu mengolah sumber daya yang dimilikinya agar menjadi sumber ketahanan pangan bernilai jual tinggi untuk daya saing ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Food and Agriculture Organization (FAO) yang merupakan organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan ketahanan pangan sebagai ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga atau bangsa dianggap memiliki ketahanan pangan jika penghuninya tidak mengalami kondisi kelaparan.
Selain itu, di era industri yang kian berkembang pesat, masalah ketersediaan energi juga menjadi isu besar yang kini dialami banyak Negara yang perlu diantisiapsi dengan cepat. Sebab seperti diketahui, kebanyakan kegiatan industri dan mesin, dan kendaraan transportasi, saat ini masih mengandalkan energi dari sumber fosil. Seperti minyak bumi dan batu bara yang masih menjadi energi andalan. Padahal disadari atau tidak, minyak bumi dan batu bara merupakan sumber energi tak terbarukan yang suatu saat bisa habis.
“Mengingat pentingnya pangan dan energi untuk kelangsungan masa depan bangsa, pada Hakteknas tahun ini, kita sengaja mengangkat tema besarnya “Inovasi untuk Kemandirian Pangan dan Energi”. Di bidang pangan fokusnya diarahkan untuk menghasilkan inovasi produk pangan yang mempuya nilai tambah dari sisi nutrisi untuk menunjang kesehatan, sehingga punya daya saing nilai ekonomi yang lebih tinggi. Sedangkan energi, fokusnya diarahkan untuk menghasilkan sumber energi baru dan terbarukan, supaya bisa terus berkelanjutan (sustainable). Saya percaya inovasi teknologi bisa membantu mempermudah upaya tersebut, baik untuk ketahanan pangan maupun energi,” ungkap Dirjen Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti Dr. Ir, Jumain Appe, M.Si yang juga sebagai Ketua Umum Hakteknas 2018, dalam sesi wawancara khusus, di kantornya, belum lama ini.
Dijelaskan, peringatan Hakteknas sengaja diselenggarakan sebagai ajang untuk mengapresiasi atas dedikasi, kerja keras dan prestasi membanggakan seluruh komponen bangsa di bidang inovasi dan pengembangkan Iptek yang dilakukan selama 2018 ini. Terutama yang bisa memberikan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan, daya saing dan kemandirian bangsa. Selain itu, juga sebagai upaya mendorong sinergi peran dan fungsi stakeholder inovasi, termasuk lembaga riset, baik yang ada di pemerintah pusat dengan daerah (pemerintah daerah), akademisi, maupun kalangan dunia usaha.
“Saya cukup bangga, karena respons dan minat masyarakat dalam kegiatan ini terus meningkat. Tahun ini untuk inovasi teknologi nasional, sudah ada 100 inovasi teknologi yang masuk yang kini sedang direview untuk menentukan pemenangnya. Targetnya kita akan ada tiga pemenang, yaitu juara 1-3 ditambah 2 pemenang harapan, sehingga total akan dipilih lima pemenang. Ini baru untuk inovasi teknologi, belum lagi beberapa kategori lomba lain yang sengaja kita selenggarakan untuk lebih menyemarakkan Hateknas 2018 ini,” ujarnya.
Ditambahkan, hal yang lebih penting dari kegaitan ini adalah adanya tidaklanjut dari hasil inovasi teknologi, yakni adanya hilirisasi produk riset dan inovasi untuk mendukung kegiatan industri dan dunia usaha. Sehingga bisa memberikan dampak luas di masyarakat dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi nasional. Dalam kaitan ini, Ditjen Penguatan Inovasi juga mulai merintis program cluster inovasi yang berbasis pada kearifan dan potensi suber daya local yang ada di setiap daerah. Sehingga masing-masing diharapkan memiliki produk unggulan. “Jadi kalau misalnya daerah itu punya potensi produk unggulannya kelapa, ya itulah yang akan kita dorong dengan sentuhan inovasi teknologi. Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah dalam upaya menuju daya saing industri nasional di era revolusi industri 4.0,” ujarnya.
Menurutnya, karya inovasi teknologi dapat membantu mempermudah kegiatan manusia menjadi lebih efisien dan efektif. Dalam kaitan ketahanan pangan, inovasi teknologi dapat berperan sebagai alat bantu. Mulai dari proses awal, pengelolaan produksi, hingga pengelolaan hasilnya. Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi dan tren digitalalisasi. Di bidang pertanian, penggunaan mesin traktor untuk mengolah lahan pertanian bisa lebih ditingkatkan misalnya dengan dukungan teknologi robotic dan mesin otomatisasi, sehingga lebih efisien. Begitu juga untuk mesin penggiling padi, bisa dilakukan dengan inovasi mesin otomatis berteknologi digital agar proses maupun hasilnya, bisa lebih cepat dan optimal. Dalam hal ini, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi seperti internet (Internet of Things – IoT), dapat berperan besar.
“Upaya ini sejalan dengan program pemerintah menuju Revolusi Industri 4.0, dimana semua potensi kekuatan ekonomi dan industri, mulai diarahkan ke sana. Beberapa teknologi yang bakal mewarnai era ini, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), internet (IoT), rekayasa inovasi teknologi otomatisasi, dan beberapa teknologi lain berbasis digital. Pak Presiden Jokowi juga telah meminta semua kalangan untuk ikut aktif mendukung upaya pemerintah menuju Revolusi Industri 4.0 ini. Termasuk dari kalangan yang berkecimpung dalam bidang pengembangan Iptek melalui riset untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru, misalnya dibidang rekayasa teknologi industri berbasis digital untuk menghasilkan karya yang lebih tepat guna untuk daya industri nasional. Kalau dari inovasi teknologi ini bisa menghasilkan produk dengan biaya ringan, maka harga jual akan kompetitif dan mampu bersaing dengan produk lain, utamanya dari luar negeri,” ungkap Dr. Ir, Jumain Appe.
Rangkaian Hakteknas selain lomba inovasi teknologi, di antaranya juga ada Lomba Produk Inovasi Industri dengan mengirimkan proposal, Lomba Kreasi Sistem Inovasi Daerah (SIDa) yang fokusnya Pemda, baik tingkat Provinsi, Kota maupun Kabupaten. Harapannya ke depan agar Pemda makin punya visi kuat tentang pentingnya inovasi teknologi, baik untuk sistem layanan masyarakat, maupun dunia usaha. Misalnya dalam hal kemudahan perizinanusaha, investasi dan lainnya berbasis on line services.
Di samping itu, juga ada kegiatan Ilmiah Nasional dan Internasional melalui Diskusi, Seminar dan Talk Show, Bhakti Inovasi Nasional, Lomba Penulisan, Foto dan Video Inovasi Iptek, car free day, aksi penananam tanaman pangan dan buah, dan berbagai kegiatan lain. Pada acara puncak, juga dimeriahkan dengan pameran besar yang menampilkan hasil-hasil inovasi teknologi yang sudah diterapkan di tengah masyarakat, maupun karya inovasi baru untuk meningkatkan daya saing Indonesia.
“Sejauh ini renspos masyarakat sangat tinggi, baik kalangan akademis, pelaku usaha dan semua stakeholder yang ada. Kita juga ada lomba inovasi produk untuk kategori Start up, dan juga pelaku industri. Sesuai spirit Industri 4.0, untuk Start up atau perusahaan pemula, memang diarahkan yang berbasis teknologi informasi dan digital. Nanti para pemenang akan diberikan apresiasi pada Puncak Peringatan Hakteknas ke-23 pada tanggal 10 Agustus 2018 di Pekanbaru, Riau yang akan dihadiri Bapak Presiden Joko Widodo,” ujarnya.
Peringatan Hateknas tahun ini menjadi istimewa dan bernilai sejarah karena untuk pertama kalinya diselenggarakan di Pulau Sumatera. Provinsi Riau dipilih, antara lain termasuk salah satu daerah yang mendapat alokasi pembangunan Science Techno Park (STP) dari Kemenristekdikti. Sebuah kawasan yang dibangun untuk meningkatkan perekonomian di daerah melalui pengembangan kewirausahaan, pusat inkubasi bisnis untuk melahirkan industri baru berbasis teknologi dan Start up berbasis teknologi. Selain itu, Riau juga merupakan salah satu daerah yang menjadi lumbung energi nasional.
Fokus pengembangan STP Riau untuk industri pangan, terutama produk berbasis perikanan, sagu, kelapa dan nenas. Di samping itu, juga terdapat STP Pelalawan yang dikembangkan Pemda bersama BPPT yang fokus kepada pengembangan dan hilirisasi produk kelapa sawit. Pemilihan kota Pekanbaru sebagai tuan rumah Hakteknas ke-23 juga untuk melanjutkan tradisi dalam penyelenggarakan Hakteknas agar tidak Jakarta centris. “Sebelumnya, pada Hakteknas Ke-21 dilaksanakan di kota Solo, kemudian Hakteknas Ke-22 dilaksanakan di kota Makassar. Ke depan bisa kota lain. Jadi tidak lagi harus terpusat di Jakarta, apalagi sebenarnya banyak juga daerah-daerah lain yang berminat dan siap menjadi tuan rumah,” tambahnya.
Diharapkan, kegiatan yang sejalan dengan upaya percepatan inovasi dalam mendukung pencapaian daya saing bangsa ini, dapat mendorongan para pelaku inovasi semakin terpacu mewujudkan ide kreatif dalam penciptaan nilai tambah, baik sebagai individu maupun melalui kemitraan dan kerjasama antar unsur inovator. Selain itu, dari inovasi diharapkan bisa mendorong lahirnya pengusaha pemula berbasis teknologi atau start up digital.
“Besar harapan kami dari kegiatan ini dapat menstimulasi iklim kondusif penelitian dan pengembangan dan penguatan inovasi nasional, hingga pada akhirnya dapat berkontribusi pada penciptaan daya saing dan kemandirian bangsa Indonesia. Mulai saat ini, riset dan inovasi akan banyak didirong dan diarahkan untuk bisa menjadi solusi kebutuhan industri (demand driven), supaya hilirisasi riset dan pengembangan menjadi lebih mudah dan ada hasil nyata yang bisa mendorong ekonomi masyarakat luas,” tandasnya. (red)