4 Tahun Capaian LPNK Ristekdikti

0
1875

Jakarta, KomIte- Dalam masa 4 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dalam koordinasi Kementerian Ristekdikti telah berhasil memberikan sumbangsih besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, riset, teknologi dan inovasi bagi bangsa Indonesia. LPNK dilingkungan Kemenristekdikti yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Penelitian (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN) dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah berkontribusi langsung memberikan solusi bagi berbagai permasalahan bangsa.

Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan prestasi selama 4 tahun terakhir LPNK dapat dikelompokan ke dalam 6 bidang, yaitu bidang pangan, energi, kesehatan, teknologi informasi & komunikasi, transportasi dan mitigasi untuk kebencanaan. LPNK bersinergi dengan satu sama lain dan juga dengan perguruan tinggi, untuk menemukan teknologi dan inovasi dalam upaya menjawab tantangan global yaitu dalam bidang pangan, energi, kesehatan, teknologi informasi & komunikasi, transportasi dan kebencanaan, untuk menjawab Nawa Cita dan Visi Misi Pembangunan 2015-2019.

“Dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang telah di petakan sejak tahun 2015, dan secara resmi dilegalkan pada Maret 2018, ada sepuluh bidang yang menjadi perhatian Pemerintah Indonesia saat ini. Namun untuk program sinergi antar LPNK, enam prioritas program tersebut menjadi perhatian Kemenristekdikti dan tercatat bahwa LPNK dalam koordinasi Kemenristekdikti, telah mencapai target target program yang dicanangkan setiap tahunnya dalam periode 2014-2018. Dimana aplikasi teknologi yang tercapai targetnya tersebut, dapat dirasakan langsung oleh masyarakat ,” ucap Menristekdikti Mohamad Nasir pada acara Jumpa Pers Capaian 4 Tahun LPNK di lingkungan Kemenristekdikti, di Jakarta, Selasa (30/10).

Menteri Nasir mengatakan bahwa selama puluhan tahun Indonesia belum memiliki cetak biru pengembangan riset nasional, namun dalam 4 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kemenristekdikti telah berhasil menetapkan Rencana Induk Riset nasional (RIRN). RIRN menjadi penting untuk menyelaraskan kebutuhan riset jangka panjang Indonesia karena pembangunan nasional membutuhkan perencanaan dari setiap bidang untuk mengintegrasikan langkah-langkah yang terpadu dan terintegrasi, khususnya antar Kementerian/Lembaga untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaannya.

Berikut capaian-capaian penting LPNK, di bidang pangan, BATAN berhasil menciptakan varietas padi yang mampu meningkatkan produksi 35,5% di bandingkan varietas non BATAN. Sedangkan BPPT telah mengembangkan metode Kerangka Sampel Area (KSA) untuk memperbaiki metode pengumpulan data pertanian. LAPAN menciptakan inovasi Remote Sensing untuk melakukan penginderaan lahan pertanian.

LIPI menghasilkan Pupuk Organik Hayati yang mampu meningkatkan produksi pertanian 25-50% dan BSN telah menetapkan 2.458 sertifikasi di bidang pangan. “ Data capaian ini menunjukkan bahwa setiap LPNK memiliki kontribusi penting dan saling melengkapi bagi peningkatan produksi pangan nasional. Kemenristekdikti dan LPNK bekerja di hulu bagi ketahanan pangan nasional,” jelas Menristekdikti.

Lebih lanjut ditambahkan, di bidang energi, LPNK dalam koordinasi Kemenristekdikti juga telah menghasilkan temuan-temuan penting seperti Smart Micro Grid dari LIPI, sebuah inovasi yang mampu mengkoversi sumber energi DC yang bersumber dari surya/aingin/angin/biogas.

Selain itu juga ada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi hasil inovasi dari BPPT dan Reaktor Daya Eksperimental inovasi dari BATAN. “ Untuk memastikan keamanan penggunaan tenaga nuklir, Indonesia memiliki Bapeten, inovasi Reaktor Daya Eksperimental BATAN telah mendapatkan izin keamanan dari Bapeten,” jelas M. Nasir.

Salah satu capaian LPNK yang menjadi fokus Ristekdikti dalam kesempatan ini adalah capaian di bidang Teknologi Mitigasi Kebencanaan. Menristekdikti menyampaikan ungkapan duka mendalam atas berbagai bencana yang menimpa bangsa Indonesia dalam beberapa waktu ini. LPNK dalam koordinasi Kemenristekdikti turut berkontribusi aktif dalam penanganan bencana. Teknologi-teknologi dari LPNK telah digunakan dalam penanganan berbagai bencana seperti teknologi Wiseland (LIPI) yang berfungsi pemantauan tanah longsor.

“ Kapal Survey Baruna Jaya dari BPPT berbasis teknologi yang sangat diandalkan pemerintah dalam penanganan kebencanaan. Kapal ini telah digunakan Basarnas dan KNKT untuk menemukan korban KM. Sinar Bangun pada kedalaman sekitar 450 m di dasar danau Toba menggunakan teknologi remotely operated underwater vehicle (ROV). Selain itu juga membantu pasca bencana alam di Palu dan Kecelakaan Pesawat Lion Air JT-610,” ungkap Menristekdikti. Terkait bencana yang diakibatkan cuaca, LAPAN juga memiliki satelit pemantau cuaca yang berpotensi menjadi bencana seperti hujan deras ataupun angin badai yang dinamakan SADEWA (satellite Disaster Early Warning). Sedangkan BPPT memiliki Teknologi Modifikasi Cuaca yang digunakan untuk pencegahan kebakaran hutan.

Kepala BATAN Djarot Wisnubroto menjelaskan BATAN telah banyak menghasilkan produk-produk yang telah disebarluaskan kepada masyarakat, terutama di bidang pangan dan kesehatan. Diantaranya, BATAN telah menghasilkan tanaman padi, kedelai dan terigu varietas unggul, prototipe radioisotop dan radiofarmaka untuk dagnosis dan terapi, serta perangkat diagnosis fungsi ginjal dan thyroid terpadu.

Kepala Bapeten Jazi Eko Istiyanto menyebutkan, Bapeten sebagai badan pengawsan tenaga nuklir menjamin bahwa segala aktifitas nuklir di Indonesia aman, baik teknologi dalam menghasilkan produk pangan, kesehatan maupun energi. Ia juga menyebutkan, bahwa masyarakat Indonesia perlu diedukasi bahwa nuklir aman digunakan selama ada pengawasan dari badan yang berwenang.

Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengungkapkan LIPI sebagai lembaga riset merupakan hulu dari pengembangan riset yang dilakukan, ia berharap dapat mempererat kerjasama dengan industri untuk memproduksi masal hasil penilitian dan teknologi yang dibuat oleh LIPI sebagai bentuk kontribusi LIPI dalam pembangunan ekonomi nasional. LIPI juga berkerjasama dengan Kementerian Kesehatan dalam pengolahan bahan makanan dari UMKM lokal yang melahirkan industri kecil dan strartup.

Kepala BPPT Wimpie Agoeng Noegroho mengungkapkan pihaknya juga bekerja sama dengan Badan Puat Statistik (BPS) mengembangkan metode Kerangka Sampel Area untuk memperbaiki metode pengumpulan data pertanian (fase tumbuh padi). Metode tersebut mulai digunakan sejak Januari 2018 untuk memperbaiki data produksi padi. Hasilnya, berdasarkan data BPS terkoreksi data pangan, yakni luas baku sawah yang berkurang dari 7,75 juta hektare tahun 2013 menjadi 7,1 juta hektare tahun 2018.

Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan selain dapat mengefisiensikan anggaran, sinergi IPTEK nasional merupakan hal yang penting sebagai solusi bagi tantangan yang dihadapi bangsa. Ia mengungkapkan saat ini LAPAN berkerjasama dengan Kementerian Pertanian dalam memantau pertumbuhan padi menggunakan ‘Remote Sensing Application’ (pengindraan jauh).

Kepala BSN Bambang Prasetya menyebutkan segala hal yang di pasarkan kemasyarakat tentu harus melalui proses standarisasi dari BSN. Ia mengungkapkan standarisasi merupakan kunci daya saing bangsa, karena seiring semakin terbukanya perdagangan global Indonesia harus mampu menguasai pasar global dengan menerapkan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) pada produk-produk karya anak bangsa. Ia menyebutkan dengan menerapkan SNI dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen bahwa produk yang dipilih sesuai dan layak dipakai, juga aman, nyaman, dan berkualitas. SNI menjadi salah satu instrumen penting dalam memenangi persaingan global. (red)