Jakarta, Komite – Ketua Umum Asosiasi Industri Sistem Keamanan Indonesia (AISKINDO) Stefanus Ronald Juanto, mengakui dalam konsep sekuriti, investasi dalam system keamanan bukan berbicara mengenai ROI (Return Of Investment ), tetapi tujuan dari system keamanan adalah membantu mengurangi resiko.
Ronald memberikan contoh di beberapa negara yang disebut negara teraman seperti Singapura, Inggris, dan Jepang, memiliki tingkat criminal yang rendah, namun konsep keamanan mereka merupakan Secured By Desain. “Kota-kota tersebut memberikan ruang yang sempit untuk orang yang bertindak kriminal. Bahkan, Kepala Unit Jakarta Smart City, Setiaji menyebutkan bahwa pada 2018, di Singapura telah memiliki 100.000 CCTV, sedangkan di Jakarta masih jauh tertinggal hanya 7.000 CCTV,” kata Ronald saat ditemui dalam acara Infrasecurity Conference pada Indonesia Infrastructure Week (IIW) 2018 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jumat (2/11).
Menurut Ronald, dari sisi teknologi system keamanan sudah memiliki kemampuan yang mumpuni, mulai dari system kredit social melalui pendeteksi wajah yang kini sedang mulai di terapkan di negara Tiongkok. Walaupun secara teknologi memumpuni, namun perdebatan masalah privasi ini masih merupakan tugas yang masih harus diselesaikan. Dalam pandangannya Ronald kemudian mengutif pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan bahwa setelah pekerjaan infrastruktur selesai, tugas selanjutnya akan lebih memfokuskan pada pekerjaan yang lebih besar lagi yaitu investasi pada Sumber daya Manusia (SDM).
Diketahui, pada saat pembukaan infrastructure WEEK 2018 yang merupakan ajang pameran infrastruktur terbesar dan terlengkap di Indonesia, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur ini dapat membuka keterisolasian, menurunkan biaya logistic, mempercepat ekonomi, dan mempersatukan Indonesia. Dan yang paling terpenting adalah menghadirkan keasdilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Total Anggaran yang dibutuhkan dalam infrastruktur dari 2014-2019 sekitar Rp 4,100 Triliun.
Senada dengan itu, Dewan Penasehat AISKINDO Darwin Lestari Tan menambahkan, konsep tentang system keamanan pada infrastruktur vital adalah konsep yang terpadu dan berwawasan jauh, sehingga pelatihan tentang konsep proteksi infrastruktur vital pada level Top-Management sangatlah penting. Pemikiran konsep proteksi infrastructure vital seharusnya sudah di masukan sejak awal perancangan namun konsep ini merupakan konsep yang dinamis, bisa berubah sesuai dengan keadaan, sehingga perencanaannya terus di tinjau dari waktu ke waktu.
“Selain peran pemerintah, peran masyarakat sangatlah penting untuk menjaga infrastruktur. Salah satu konsep yang saling mengisi dengan proteksi infrastruktur vital adalah ketahanan infrastruktur vital, dimana masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga dan mengawasi objek-objek vital infrastruktur,” kata Darwin.
Lebih lanjut diharapkan seluruh penyedia system keamanan dapat membantu dalam pengamanan terhadap infrastructure vital, dan harus peka terhadap kemajuan teknologi apalagi dunia sekarang berkembang secara cepat. Perkembangan teknologi ini akan ikut berkembang di industry 4.0 , dimana perangkat system keamanan akan bergantung pada AI dan Cloud Platform. “Kami berharap para anggota Aiskindo terus bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah dalam hal memberikan edukasi mengenai proteksi dan ketahanan infrastruktur Vital,” tambah Darwin.
Pada lapis lain, Dewan penasihat AISKINDO, Nicko Christian menyebut tanpa perawatan dan pengawasan yang baik, investasi pada infrastructure yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan malah dapat memberikan efek yang sebaliknya, dengan terbukanya akses ke pelosok- pelosok akan membentuk urbanisasi yang sangat cepat dapat diiringi dengan peningkatan kriminalitas. “Tanpa pengamanan yang memadai, maka kita memberikan ruang kerentanan yang malah justru meningkatkan ancaman,” kata Nicko. (red)