Jakarta Komite – Pameran Pendidikan Tinggi Eropa (EHEF) 2018 yang diselenggarakan untuk ke-10 kalinya di Jakarta, dibuka secara resmi hari ini oleh Bapak Vincent Guérend Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, bersama Bapak Prof. Drs. H. Muhammad Nasir, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (dalam tahap konfirmasi). EHEF merupakan pameran pendidikan terbesar di dunia, yang fokus pada pendidikan tinggi Eropa, yang mana di tahun 2018 ini diikuti oleh 122 lembaga pendidikan tinggi dari 17 negara anggota Uni Eropa.
Selain di Jakarta, EHEF juga diselenggarakan untuk pertama kalinya di Bandung pada tanggal 8 November 2018 lalu dan akan diikuti dengan penyelenggaraan ke-4 di Yogyakarta pada tanggal 13 November 2018 mendatang. Eropa menjadi tujuan yang semakin populer di kalangan pelajar Indonesia untuk melanjutkan pendidikan tingginya, EHEF diselenggarakan menanggapi semakin meningkatnya minat studi di Eropa. Jumlah siswa Indonesia yang berangkat ke Eropa pada akhir 2017 adalah sebanyak 6.300 orang. Secara keseluruhan, lebih dari 11.000 siswa dan akademisi Indonesia saat ini sedang menempuh pendidikan di Eropa.
“EHEF 2018 menawarkan kesempatan bagi para pelajar Indonesia untuk bertemu langsung dengan perwakilan dari universitas-universitas di Eropa dan mendapatkan informasi tentang pendidikan yang mereka tawarkan. Pengunjung juga dapat memperoleh informasi tentang skema beasiswa yang diberikan oleh Uni Eropa dan negara-negara anggotanya, serta beasiswa dari Pemerintah Indonesia. Tiap tahun, kurang lebih sebanyak 1.600 beasiswa Uni Eropa disediakan bagi pelajar Indonesia dan para akademisi melalui program unggulan ’Erasmus+’ dan melalui negara-negara anggota Uni Eropa. Tiap tahun, program Erasmus+ juga mewujudkan kesempatan bagi lebih dari 200 akademisi dan pelajar Eropa untuk datang ke berbagai universitas di Indonesia untuk memberi kuliah, pelatihan dan berpartisipasi dalam pertukaran kredit jangka pendek,” jelas Bapak Guérend.
“Menempuh pendidikan di luar negeri lebih dari sekedar meraih kualifikasi akademis. Pengalaman tersebut menjadi proses untuk membentuk kepribadian, mengembangkan sikap mandiri serta membuka wawasan. Eksposur terhadap budaya baru, terjadinya pertukaran pengetahuan dan keterampilan, tentu akan menginspirasi pelajar Indonesia dan membantu mereka dalam menjalani kehidupan profesional di masa depan,” tambah Bapak Guérend. (red)