Jakarta, KomIT.ID – Menjelang dilangsungkannya Pemilihan Presiden (Pilpres) di Indonesia Juni 2019, penyebaran berita hoaks merupakan salah satu masalah yang cukup rumiti. Sebagai salah satu aplikasi pesan dengan jumlah pengguna terbesar, WhatsApp berupaya untuk mencegah menyebarnya informasi hoaks di platform-nya.
Upaya WhatsApp untuk menahan gelombang informasi hoaks ialah dengan membatasi pengiriman pesan forward atau pesan terusan kepada lima chat saja. Hal ini dilakukan WhatsApp mengingat banyaknya pengguna yang ‘asal’ meneruskan pesan-pesan yang diterima walau kebenarannya masih simpang siur.
Victoria Grand, VP Public Policy & Communications WhatsApp, mengatakan fitur pembatasan pesan forward WhatsApp itu sudah mulai diluncurkan pekan ini di Indonesia. Dengan begitu, pengguna WhatsApp di Indonesia kini hanya bisa meneruskan pesan ke maksimal 5 (lima) chat.
“WhatsApp sekali lagi mengerti fitur forward sangat bermanfaat, namun setelah melakukan penurunan angka batasan (pesan forward yang dikirim), ada juga penurunan perilaku forward pesan sebanyak 20 persen, untuk itu dengan bangga kami umumkan fitur forward untuk Indonesia dan dunia diseragamkan (batasannya) jadi 5 pesan,” ujar Victoria, dalam acara diskusi di Jakarta, Senin (21/1).
Perilaku pengguna WhatsApp yang gemar meneruskan pesan terbilang mengkhawatirkan. Victoria mengungkapkan 10 persen pesan yang ada di WhatsApp merupakan pesan terusan (forwaded) yang tidak tahu dari mana asal usulnya, sementara 90 persen pesan berasal dari kiriman personal. Hal ini membuat informasi hoaks yang tersebar lewat pesan terusan sulit dikendalikan.
Sebelumnya, fitur pembatasan pesan forward ini telah diberlakukan di India, dari awalnya batasnya bisa diteruskan ke 20 chat jadi 5 chat saja.
“Inisiatif ini dilakukan setelah WhatsApp berdiskusi dengan beberapa pihak, salah satunya Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika) Rudiantara,” ungkap Victoria.
WhatsApp menurutnya telah melakukan identifikasi penyalahgunaan aplikasinya dengan melihat perilaku penggunanya. Victoria menuturkan WhatsApp tidak bisa melihat isi pesan yang dikirimkan, tapi mereka melihat perilaku penggunanya seperti berapa banyak pesan forward yang dikirimkan.
Beberapa upaya lain yang dilakukan WhatsApp untuk mencegah penyebaran hoaks di aplikasinya adalah dengan melakukan edukasi dan kampanye literasi digital. Selain itu, WhatsApp juga melakukan perubahan dengan memberi label di pesan terusan sehingga penerima tahu jika itu bukan pesan yang diketik oleh lawan bicaranya.
Aplikasi pesan yang kini jumlah penggunanya telah mencapai angka 1,5 miliar itu juga mengaku sedang bekerja sama dengan beberapa organisasi seperti ICT Watch untuk membangun hotline pengecekan fakta. Apabila fitur hotline ini telah hadir, nantinya saat ada berita palsu akan diarahkan ke organisasi berita, bukan ke WhatsApp. (*/WS)
Sumber, Kumparan.com