Dukungan Teknologi Kebencanaan Perkuat Daya Saing Destinasi Pariwisata

0
1712

Jakarta, Komite.id – Untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia  di tingkat global, dukungan teknologi kebencanaan yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hingga ke destinasi pariwisata yang rawan terkena dampak bencana dinilai sangat dibutuhkan.

“Dukungan teknologi kebencanaan akan membuat wisatawan merasa nyaman karena mendapatkan informasi yang cepat dan akurat tentang bencana,” kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya ketika menjadi keynote speech dalam acara Kongres Teknologi Nasional (KTN) di Auditorium Gedung 2 BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (20/3/2019).

Menpar Arief Yahya menjelaskan, pariwisata Indonesia terus berusaha meningkatkan daya saing di tingkat global yang tahun ini menargetkan berada di ranking ke-30 dunia, dari posisinya pada 2017 berada di ranking 42 dunia berdasarkan TTCI WEF.

“Sebagai pemain global, pariwisata Indonesia menggunakan standar global termasuk dalam mitigation plan menggunakan standar dunia UNWTO,” kata Arief Yahya.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, BPPT terus mendorong percepatan teknologi untuk peringatan dini bencana termasuk untuk destinasi pariwisata yang kerap terdampak oleh bencana geologi maupun hidrometeorologi.

“BPPT telah mengembangkan teknologi kebencanaan sebagai sistem peringatan dan pencegahan dini, baik bencana hidrometeorologi termasuk banjir dan tanah longsor maupun geologi mencakup gempa dan tsunami, untuk mendukung akselerasi program prioritas pembangunan pemerintah di antaranya pariwisata sebagai leading sector,” kata  Hammam Riza.

Hammam Riza menjelaskan, BPPT telah mengembangkan teknologi kebencanaan  antara lain FEWS (Flood Early Warning Sytem) sebagai teknologi peringatan dini untuk bencana banjir dan LEWS (Landslde Early Warning Sytem) untuk gerakan tanah (longsor) serta buoy Merah Putih teknologi mitigasi bencana gempa dan tsunami dan telah dipasang di wilayah rawan bencana.

“Teknologi terpadu deteksi dan peringatan seperti teknologi buoy, kabel, maupun radar yang diintegrasikan dengan sistem peringatan dini yang telah tersedia, dengan didukung oleh sistem komunikasi yang berbasis generasi 4.0, teknologi struktur bangunan yang tahan gempa, teknologi penyediaan kebutuhan pokok seperti air bersih dan pangan darurat bencana, untuk menangani pascakejadian bencana,” kata Hammam Riza.

Menpar Arief Yahya pada kesempatan itu juga menjelaskan program Go Digital menjadi salah satu program strategis Kemenpar dalam upaya menenangkan pasar di era industri 4.0.  Saat ini terjadi perubahan perilaku pasar yang  bergeser ke arah digital atau industri digital era 4.0.

Perubahaan perilaku pasar, kata Arief Yahya,  lebih lanjut diikuti pula dengan berubahnya perilaku konsumen (customer behavior) yang semakin mobile, personal, dan interatif dan ini menjadi sifat dari digital yakni ‘semakin digital, semakin personal’ (The more digital, the more personal).

Perubahaan perilaku konsumen yang mempengaruhi pasar tersebut digerakan oleh kaum milenial. “Milenial itu selalu digital, mobile, interaktif jumlahnya mencapai 50% dari jumlah wisman yang inbound ke Indonesia. Siapa yang menguasai komunitas anak muda, dialah yang berpotensi ‘winning the future market’,” kata Arief Yahya.

“Untuk ini Kemenpar sudah membuat tim Mitigation Plan dengan menggunakan standar dunia dari UNWTO,” kata Arief Yahya. Ia menjelaskan, bencana dampaknya sangat besar bagi dunia pariwisata. Bencana alam erupsi, gempa bumi, dan tsunami yang terjadi dalam dua tahun berturut-turut  belakangan ini telah mengganggu target pariwisata nasional.

Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2019 membahas teknologi kebencanaan sebagai salah satu tema bahasan, selain teknologi transportasi perkeretaapian, teknologi informasi, dan technopreneur. (WS)