Jakarta, Komite.id- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan terus mendorong perguruan tinggi untuk menerapkan proses pembelajaran berbasis daring atau online. Melalui sistem belajar online diharapkan angka partisipasi kasar (APK) masyarakat yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
Menristekdikti Mohamad Nasir mendorong agar perguruan tinggi melakukan terobosan guna meningkatkan APK tersebut. Yaitu, dengan menerapkan sistem pembelajaran online bagi perguruan tinggi. “Revolusi 4.0 yang harus dihadapi adalah sistem pada saat sekarang dilakukan dengan online education, mooc (aplikasi kuliah online), dan cyber university,” ujar Nasir di Depok, Kamis (2/5).
Menteri Nasir melanjutkan, pembelajaran daring (online learning) dan cyber university merupakan terobosan penting yang harus diterapkan perguruan tinggi untuk meningkatkan akses masyarakat ke pendidikan tinggi dengan tetap menjaga kualitas. Perguruan tinggi juga harus menyesuaikan program studi dengan tuntutan perkembangan era Revolusi Industri 4.0
“Online education, Massive Open Online Courses (MOOCs) hingga cyber university merupakan ciri pembelajaran di era digital. Perguruan tinggi telah mulai menyediakan berbagai mata kuliah baru seperti big data, data analytics, dan entrepreneurship,” ujarnya.
Di tengah tantangan Revolusi Industri 4.0, generasi milenial Indonesia semakin dituntut untuk beradaptasi dengan berbagai perkembangan teknologi terbaru di industri. Perguruan tinggi Indonesia juga dituntut untuk ikut berevolusi dan didorong kesanggupannya untuk melakukan upaya transformasi digital dan berkontribusi dalam menyelesaikan masalah sosial ekonomi bangsa ini.
Menristekdikti menjelaskan, pendidikan merupakan kunci kemajuan sebuah bangsa. Untuk menghasilkan SDM yang kompetitif, inovatif dan berkarakter dibutuhkan pendidikan yang berkualitas dan mudah diakses masyarakat dari semua latar belakang.
“Salah satu langkah yang dilakukan di antaranya membangun SDM berkualitas penduduk berusia muda dan dewasa untuk memiliki pengetahuan dan skill yang relevan, termasuk technical and vocational skills,” paparnya.
Sementara itu, Ismunandar, Direktur Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) mengatakan bahwa pada era ini pembelajaran lebih fleksibel dalam mengakses berbagai sumber pengetahuan yang dapat ditemui melalui sarana digital.
Menurutnya, tingginya pengguna internet di Indonesia harus dapat dimanfaatkan oleh perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan. Sehingga, siswa dapat memasuki situasi belajar dengan latar belakang minat, motivasi dan pengalaman yang berbeda di era disrupsi.
“Di era disrupsi ini ruang pembelajaran dapat terjadi di dalam lingkungan masyarakat. Belajar dapat dilakukan di mana saja dengan semakin berkembangnya teknologi,” ujar Ismunandar seusai Talkshow Kewirausahaan dengan nara sumber CEO Bukalapak Fajrin Rasyid. (red)