Jakarta, Komite.id – Kemkominfo mengatakan Indonesia menjadi negara keempat yang memiliki satelit dengan teknologi very high throughput. Teknologi ini akan digunakan proyek satelit Satria yang bakal diluncurkan pada 2022 mendatang.
“Negara pengguna teknologi dengan satelit ini antara lain Luksemburg, Kanada, dan Amerika Serikat. Ini yang gunakan teknologi Very High Throughput Satellite,” kata Rudiantara, saat Rapat Kerja antara Kemkominfo dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Senin (13/5).
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan proyek satelit Satria ini merupakan satelit multifungsi yang menyediakan jaringan internet di lokasi yang tidak terjangkau kabel optik.
“Ini awalnya karena kebutuhan internet di 150 ribu titik yang tidak mungkin dijangkau alat terestrial. Baru lima negara di dunia yang pakai teknologi Very High Throughput Satellite di mana kapasitasnya adalah 150 GB,” ujar Rudiantara
Rudiantara mengatakan proyek Satria akan memakan biaya Rp20,68 triliun dengan masa konsesi 15 tahun. Biaya ini meliputi belanja modal, belanja operasional dan pengembalian investasi yang wajar.
Rudiantara mengatakan Satria akan memulai konstruksi pada akhir 2019 oleh manufaktur asal Prancis Thales Alenia Space. Proses manufaktur akan memakan waktu hingga 2022 dan akan beroperasi pada 2023.
“Satelit menggunakan Prancis. Dan Ini masih pertimbangkan apakah mau pakai roket SpaceX atau Prancis,” kata Rudiantara.
Satelit ini akan mendukung jaringan komunikasi untuk 93.900 sekolah, 47.900 kantor pemerintahan daerah, 3.700 puskesmas, dan 3.900 markas polisi dan TNI yang sulit dijangkau kabel optik. Setidaknya ada 150 ribu titik yang tidak dapat akses internet lantaran tidak terjangkau oleh kabel serat optik. (WS)
Sumber berita: CNN Indonesia