Jakarta, Komite.id- Seiring dengan rentetan bencana gempa bumi di tahun 2018, yang acapkali menimbulkan kerusakan bangunan, yang berujung pada timbulnya korban jiwa.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun melakukan kaji terap teknologi bangunan rumah tahan gempa, yang meliputi Desain, Konstruksi, Material, Pengujian Struktur untuk menghasilkan Bangunan Tahan Gempa, yang dinamakan Bale Kohana.
Dalam waktu dekat, BPPT akan membangun dua rumah permanen tahan gempa Bale Kohana (Komposit Tahan Gempa) di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hasil dari uji kegempaan, Bale Kohana ini memiliki kekuatan tahan gempa hingga 7 SR.
“Risiko bencana gempa bumi, khususnya yang mengakibatkan kerusakan bangunan perlu diantisipasi dengan hunian atau rumah, yang didesain tahan terhadap gempa. Baik secara struktur, konstruksi dan material,” ungkap Kepala BPPT Hammam Riza usai meluncurkan inovasi Rumah Tahan Gempa buatan BPPT di Kawasan Puspiptek, Tangsel, Rabu (22/5).
Dikatakan Hammam, sejumlah negara yang rawan bencana seperti Jepang, memiliki rumah khusus tahan gempa bagi warganya. Indonesia pun sebutnya, harus mempunyai rumah tanggap darurat untuk bencana gempa bumi.
Oleh karena itu BPPT melalui Pusat Teknologi Material (PTM) melakukan Desain dan Pengembangan bangunan rumah komposit dengan konsep cepat bangun sejak tahun 2016.
“Ini merupakan salah satu upaya BPPT dalam memberikan solusi teknologi yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pencegahan, penanganan, dan pemulihan korban akibat bencana gempa bumi” terangnya.
Adapun rumah yang dibangun adalah rumah tipe 36, dengan menggunakan komposit polimer yang tahan api, tahan gempa dan dan cepat dibangunnya. “Untuk satu rumah tipe 36 ini harganya Rp175 juta. Tapi kalau rumah Bale Kohana ini dibangun massal maka harganya bisa turun,” tambahnya.
Hammam kemudian menyebut bahwa BPPT telah didukung oleh mitra industri yakni PT. Bondor Indonesia dan PT. Tata Logam Lestari, dalam penyediaan komponen bangunan prototipe pertama Bale Kohana.
“Ini merupakan upaya BPPT untuk mempercepat terwujudnya inovasi konstruksi bangunan tahan gempa dan tahan api yang cepat bangun, yang mampu secara signifikan memberikan kontribusi dalam penyediaan rumah tahan gempa yang cepat bangun bagi masyarakat,” terangnya.
Lebih lanjut Hammam berharap agar program ini dapat mendukung Program Prioritas dalam RKP 2020 yaitu Penguatan Infrastruktur Kawasan Tertinggal dan Ketahanan Bencana. Dirinya pun meminta dukungan berbagai pemangku kepentingan, supaya inovasi rumah tahan gempa ini, dapat diaplikasikan di berbagai wilayah yang berpotensi bencana gempa bumi.
“Kami harap inovasi ini dapat segera diimplementasikan di berbagai wilayah yang berpotensi terjadinya bencana gempa bumi,” pungkasnya. (red/ju)