BPPT Gandeng Multistakeholder Perangi Pandemik COVID-19

0
1587

Jakarta, Komite.id- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendapat mandat dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek/BRIN) sebagai koordinator percepatan pengembangan produk dalam negeri, guna mengatasi wabah COVID-19 yang menjadi pandemik di Indonesia.

Kepala BPPT Hammam Riza, mengaku pihaknya siap menghela Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19), guna penguatan aspek lokal dalam mengatasi wabah COVID-19 yang terus merebak.

Saat ini, TFRIC19 telah melakukan akselerasi dalam pengembangan Rapid Diagnostic Test (RDT) Kit untuk mendeteksi COVID-19, dan memperkuat Laboratorium Uji dalam kapasitas melakukan analisis gold standard PCR berbasiskan data kondisi virus Indonesia saat ini. Direncanakan Kegiatan TFRIC19 ini juga akan dilengkapi dengan Whole Genome Sequencing untuk keperluan pembuatan vaksin, deteksi dan epidemiologi COVID-19 Indonesia.

Diketahui, TFRIC19 terdiri dari berbagai pemangku kepentingan, sebagai koordinator adalah BPPT, dan mendapatkan dukungan dari perwakilan Institusi Litbang (LIPI, Badan Litbang Kesehatan, Lembaga Biologi Molekular Eijkman), Perguruan Tinggi (ITB, UGM, UNAIR, YARSI, UNHAN, Unika Atma Jaya, UNPAD, UNESA, UNDIP, UNTAG Surabaya, UNISBA), Industri (PT.Biofarma, PT. Hepatika Mataram), Rumah Sakit (FKUI-RSCM, RSUD Tangerang, RSUD Koja) dan Asosiasi Profesi (PB IDI, PAPDI, IAIS, INAPR, APIC, Asosiasi Bioresiko, Asosiasi Biosafety Indonesia, World Bio Haztec, Healtech.id), dan juga start-up Nusantics, Neurabot Lab.

TFRIC19 juga melibatkan pendanaan dari berbagai pemangku kepentingan antara lain melalui East Venture, dan asosiasi seperti Indonesia AI Society, IA-ITB, Kagama, IABIE, IATI, KADIN serta masyarakat luas dalam penggalangan dana. Penggalangan dana ini dibutuhkan untuk kebutuhan scale up production melengkapi dana APBN pemerintah yang bersumber dari Kementerian Ristek/BRIN, Litbangkes, BPPT, Eijkman, dan lainnya.

Non PCR Diagnostic Test yang akan dikembangkan yaitu Rapid Diagnostic Test berbasis antibodi IgG/IgM (late detection) dan Rapid Diagnostic Test berbasis antigen (early detection), keduanya dikembangkan menggunakan virus yang ada di Indonesia. “RDT kit yang dikembangkan secara lokal ini sangat penting ya, karena menggunakan sampel-sampel penderita di dalam negeri. Kami kembangkan kit ini dalam bentuk Dip Stick dan Micro-chip,” papar Hammam.

Terkait penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk penanganan COVID-19 akan dilakukan TFRIC19 melalui Sub-tim Artificial Intelligence.

“Riset dan inovasi penanggulangan COVID-19 dengan mengembangkan sistem deteksi dini dan sistem pendukung pengambilan keputusan memanfaatkan teknologi yang dibangun dengan Artificial Intelligence (AI). Berdasarkan data X-Ray dan CT-Scan dari pasien yang positif dan negatif COVID-19, akan dibangun model AI yang selanjutnya dapat digunakan untuk membantu deteksi dini pasien,” terangnya.

Secara khusus tim ini akan mendayagunakan AI dengan model Machine Learning dan teknik terbaru Deep Learning untuk membangun model deteksinya, dengan validasi dari radiolog dan dokter yang terkait. “Kami harap sistem yang dikembangkan ini akan melengkapi atau bersifat komplemen terhadap pengujian berbasis PCR, maupun whole genome sequencing COVID-19 Indonesia,” ujarnya. (red/ju)