Jakarta, Komite.id- FiberStar sebagai perusahaan penyedia jasa Infrastruktur Fiber Optic di Indonesia terus berupaya memberikan layanan terbaik kepada konsumen juga masyarakat. Dalam menghadapi tantangan dan kompetisi yang semakin ketat, Perusahaan yang berdiri sejak 2014 tersebut menganggap karyawan sebagai aset penting.
“Karyawan menjadi pondasi bagi kami untuk menjawab tantangan dan kompetisi yang ada sekarang ini. Jadi kami di Human Capital Department selalu mengembangkan kemampun karyawan sesuai dengan tuntutan zaman,” Ari Tjahjanto, Information anda Policy Director FiberStar.
Ari mengungkapkan, pihaknya selalu mengadakan pelatihan dan pengembangan bagi karyawan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan produktivitas kerja. Di masa pandemi Covid-19 ini, meskipun dalam kondisi Work from Home (WFH), karyawan FiberStar tetap dibekali dengan training secara online. Karyawan pun bisa mengatur jadwal trainingnya secara online. “FiberStar juga melakukan engagement dengan partner teknologi seperti Huawei, Nokia, Cisco, dan lain-lain, sehingga begitu selesai pandemi ini mereka sudah siap. Kita tidak hanya memberikan training tetapi sampai sertifikasi,” tutur Ari yang menjadi Direktur di FiberStar sejak 2015.
Bentuk pelatihannya berupa hard skill dan soft skill. Untuk hard skill biasanya lebih technical seperti i Network, Sales, dan Finansial. Hard skill terkait dengan apa yang dibutuhkan baik oleh karyawan maupun perusahaan. “Sementara soft skill terkait bagaimana menghadapi situasi pandemi covid-19. Mungkin mereka kaget karena harus bekerja di rumah, mengurus rumah tangga, membuat reporting, dan lain-lain,” lanjutnya seraya menambahkan, semua karyawan FiberStar dilibatkan untuk aktif mengikuti training tersebut.
Karyawan bisa juga mengajukan pelatihan yang diinginkan. Pihaknya juga menerapkan funwork, membuat suasana kerja menjadi fun atau happy. Karyawan yang mengikuti training secara online, mereka harus memberikan bukti keikutsertaannya berupa foto dan video yang dikirim ke tim Organization and Learning Development FiberStar.
FiberStar yang kini telah tersedia di 135 kota di seluruh Indonesia, memiliki 600 karyawan yang telah terbiasa dengan sistem kerja work from anywhere. Ari mencontohkan, karyawan sales di daerah seperti di Yogyakarta bahkan tidak memiliki kantor sama sekali. Namun, FiberStar sudah menyiapkan tools agar mereka bisa berinteraksi dengan headquarter atau region. “Jadi, saat pandemi harus ber-WFH, kita sudah siap dan bisa melewati hal tersebut,” ungkapnya.
Digitalisasi memang menjadi salah satu kultur Fiberstar mulai dari Document Management System (DMS), Teamwork Integrity, Excellence Services, dan Smart Working. Sejak awal, FiberStar sudah menyiapkan sistem yang disesuaikan dengan employee journey, mulai dari proses recruitment, on boarding, dan development. Employee journey yang menyenangkan serta memudahkan proses kerja karyawan. Makanya kami kembangkan tools digital dalam pengelolaan SDM ini melalui Employee Management System (EMS).
Ari menjelaskan, sebelum adanya pandemi Covid-19, FiberStar sudah mengembangkan teknologi absensi dengan menggunakan smartphone (Mobile Attendance). Begitu ada pandemi, pihaknya mengikuti aturan Menteri Kesehatan dengan penambahan fitur untuk memonitor suhu tubuh. “Sebelumnya karyawan FiberStar sudah terbiasa, jadi untuk migrasi begitu mudahnya. Bahkan sampai saat ini, walaupun ada sebagian karyawan sudah work from office, mereka masing-masing menggunakan smartphone-nya sehingga tidak perlu finger print lagi,” terangnya.
Selain Mobile Attendance , FiberStar juga mengembangkan inovasi digital untuk proses rekrutmen. Hal itu karena karyawan FiberStar yang sebagian besar berasal dari Gen Y dan Z yang sudah melek teknologi atau digital savvy dan usianya masih sangat muda yakni di bawah 30 tahun. “Mereka juga bisa submit curriculum vitae (CV) secara online. Begitu juga saat interview secara online. Kita mediasinya bukan dengan Zoom tapi melalui Microsoft Teams untuk berinteraksi di dalam room,” terangnya
Dengan digitalisasi, interviewer hanya melihat CV dan meninjau secara online. Mereka mengisi kuesioner-kuesioner terhadap kandidat. Setelah ditentukannya jadwal interview, kandidat dapat melakukan assessment melalui smartphone atau perangkat lainnya. Pada saat On Boarding akan dijelaskan mengenai Corporate Culture, Jobdesk dari berbagai divisi di FiberStar juga penjelasan mengenai penilaian yang disebut dengan Key performance indicator (KPI) yang dibuat secara online.
“Pada saat pembuatan KPI, karyawan dapat menyepakati KPI dengan Superiornya secara langsung dan kemudian di Submit secara online. Selain itu, kita dapat memperbaharui data atau Profil Karyawan secara mandiri dan online, misalnya ada karyawan yang ganti nomer handphone, alamat atau penambahan data lainnya,” tuturnya.
Untuk Customer Journey kita dapat memberikan layanan Fiber Optic, mulai dari approval, planning, round out, hingga aktivasi. Adapun Project Management System, Enterprise System Planning untuk budgeting, dan juga beragam aplikasi lain menggunakan Mobile Device.
Era Industri 4.0, menurut Ari, membutuhkan Fiber Optic atau connectivity dengan coverage yang luas. Selain itu dibutuhkan traffic, stability, brandwith dan connection terbaik. FiberStar sudah bekerjasama dengan beberapa industri area. Di daerah Cikarang, misalnya, perusahaan-perusahaan dapat menggunakan layanan FiberStar dari tempat mereka ke data center. “Di data center, data diolah sehingga bisa memberikan prediktif, analitik dan dilakukan preventif . Setelah prediktif barulah mengarah ke preventif dan jangan sampai menjadi reaktif,” terangnya.
Selain industri, layanan Fiber Optic FiberStar juga dipakai oleh perusahaan telekomunikasi untuk komunikasi antar BTS. Saat ini ada sebanyak 116 ISP yang telah mengunakan layanan Fiber Optic yang telah dimiliki Fiberstar juga beberapa perbankan di Indonesia. “FibeStar juga mempublikasikan kegiatan terkait digitalisasi di sosial media sehingga mereka merasa ini adalah perusahaan idaman dimana mereka bisa berkarya. Soalnya generasi Gen Y ingin menyalurkan hasrat, mimpi, dan menginginkan suasana kerja yang Fun. Dengan Fun Work mereka bisa lebih mengeluarkan kreativitas dan juga dapat berinovasi,” tuturnya.
Ari mengatakan dalam melakukan inovasi, FiberStar tidak hanya melibatkan high level tapi semua karyawan dalam bisnis proses dan teknologi untuk meningkatkan experience. “Biasanya jargon perusahaan itu customer experience, mereka lupa bahwa costumer experience membutuhkan employee experience. Makanya kita mengutamakan employee experience. Kita lakukan survey karena karyawan juga menjadi customer supaya experience mereka bagus,” terangnya.
Employee experience, lanjutnya, ada tiga yaitu Culture, Workplace dan Technology. Jika culture-nya tepat mereka happy. Kita bisa mengatur agar workplace-nya balance antara kantor dan rumah atau work from anywhere sehingga mereka menjadi happy. Semua didukung teknologi untuk memudahkan pekerjaan. Karyawan bisa berinovasi membuktikan bahwa mereka bisa berkarya. “Jadi kalau employee experience bagus, secara otomatis etos kerja bagus. Karyawan juga bisa mengatasi customer sehingga customer mendapatkan experience yang bagus,” pungkasnya. (red)