Jakarta, Komite.id- Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII), Jamalul Izza meraih anugerah Satya Lencana Wira Karya. Selain Jamal ada 17 orang lain yang dianugerahi Satya Lencana Wira Karya. Serta, enam orang lain diganjar penghargaan Satya Lencana Pembangunan. Penghargaan itu tertuang dalam Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 98/TK/Tahun 2020 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Satya Lencana Wira Karya.
“Bapak (Presiden) Joko Widodo (Jokowi) memberi penghargaan Satya Lencana Wira Karya dan Satya Lencana Pembangunan bagi mereka yang berkontribusi aktif untuk Indonesia,” kata Menteri Kominfo, Johnny G Plate dalam upacara Peringatan Hari Bhakti ke-75 Postel bertajuk ‘Transformasi Digital untuk Indonesia Maju,’ di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Senin, (28/9).
Menteri Johnny menyampaikan apresiasi dan penghargaan bagi ke-24 penerima anugerah tersebut. Dia berharap seluruh penerima penghargaan terus menjadi inspirasi dan teladan bagi masyarakat. “Saya mengucapkan selamat kepada seluruh penerima yang dijadikan teladan dan memberi jasa besar bagi pembangunan negara,” ujarnya.
Menurut Jamal, tanda jasa negara diberikan atas dedikasi yang kami berikan kepada bangsa dan negara yakni kami berperan aktif menginisiasi dan mengimplementasi jaringan fiber to the home/FTTH di seluruh Indonesia dengan penerapan penggunaan teknologi fiber optik oleh penyelenggaran jaringan dengan membangun daerah-daerah yang dibutuhkan oleh penyelenggara jasa internet sehingga masyarakat mendapatkan layanan secara cepat dan meningkatkan jumlah pengguna internet secara signifikan, peningkatan PNBP dan pendapatan UKM.
“Jadi,konsep yang sudah berjalan adalah jaringan netral atau jaringan bersama . Aturannya pun masih menjadi perdebatan dan belum selesai hingga saat ini. Kami dari APJII menginisiasikan bagaimana para pengguna jaringan di tempat atau di daerah yang dibutuhkan oleh penyelenggara jasa. Kalau di APJII ada yang namanya ijin penyelenggara jaringan dan juga ijin penyelenggara jasa. Saat ini dari 500 anggota APJII yang memiliki ijin jaringan dan jasa hanya 25%. Selebihnya hanya penyelenggara jasa saja, sehingga mereka dalam mendistribusikan internet harus sewa jaringan. Terkadang mereka mengalami kesulitan untuk akses ke costumer ,” paparnya kepada Komite.id pada Selasa (29/9).
Karena itu, solusinya di APJII, kata Jamal, kami membuat konsep atau usulan membangun jaringan netral, yakni bagaimana caranya agar jaringan mengikuti kebutuhan jasa dan pemilik jaringan tidak boleh berkompetisi dengan pemberi layanan internet atau Internet Service Provider (ISP) tersebut. “Kalau selama ini yang terjadi dimana sebuah perusahaan yang sudah memiliki ijin jaringan dan ijin ISP. Ketika membangun jaringan, mereka berjualan juga ke costumer sehingga ISP tidak bisa bersaing. Alhamdulilah, kita sudah bekerjama dengan perusahaan jaringan yang membangun di daerah tertentu tanpa harus bersaing dengan ISP lokal dengan jangka waktu 11 tahun,” tambahnya.
Dalam wawancara dengan komite.id, Jamal juga menyebut pentingnya tiga hal dalam melakukan transformasi digital di Indonesia yakni harus ada Device, Network dan Aplikasi (DNA). Kita harus mengenali dulu, kalau DNA-nya sudah ada saya yakini transformasi digital akan berjalan lancar. Begitupun sebaliknya jika DNA berjalan kurang baik atau belum siap maka akan mengalami kegagalan. “Kalau kita lihat sekarang, bicara transformasi menuju era digital atau smartcity selalu bicara pendekatan atas (Top Down)-nya saja sedangkan dari sisi bawah (bottom-up)-nya tidak pernah dipikirkan, sehingga ketika implementasi, bingung karena infrastukturnya tidak ada,”katanya.
Kemudian Jamal juga menyampaikan ‘mimpi’ nya kedepan agar Indonesia menjadi salah satu jalur dari Internasional Hub Internet yang selama ini hanya ada di Singapura dan Hongkong serta Taiwan. Padahal, market di Indonesia cukup bagus dan tidak ada yang namanya blocking aplikasi seperti TikTok, Facebook dan lain sebagainya selama mereka tidak melakukan hal-hal yang negatif di Indonesia. “Mereka beranggapan negara yang paling bagus buat market adalah Indonesia, Mimpi kita adalah pemain OTT belanja traffik di Indonesia sehingga yang akan diuntungkan adalah mereka yang memiliki jaringan dan konten,” pungkasnya.