Jakarta, Komite.id- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menghadirkan inovasi Mobile Laboratory Biosafety Level-2 (Mobile Lab BSL-2) di RS Tingkat II Putri Hijau, Medan, Sumatera Utara (16/10/2020). Mobile Lab BSL-2 ini memiliki kapasitas tes 1.000 spesimen/hari.
Salah satu kunci penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia adalah terus melakukan testing, tracing, dan treating untuk memetakan pola dan sumber penyebaran untuk menekan penyebaran. Kepala BPPT Hammam Riza menggarisbawahi pentingnya Indonesia untuk meningkatkan kapasitas tracing melalui pengujian sampel, terutama menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) atau sering disebut Swab Test. “Swab Test telah menjadi golden standard di dunia, karena tingkat akurasi dan sensitivitasnya yang tinggi. Namun, minimnya fasilitas serta keterbatasan kapasitas pengujian menyebabkan hasil tes membutuhkan waktu yang lama,” terangnya.
Hammam menyebut Mobile Lab BSL-2 yang akan dioperasikan di Kota Medan ini merupakan salah satu solusi teknologi untuk menghadirkan laboratorium dengan standar biorisiko tingkat dua, dan mampu dipindah operasikan dengan mudah ke berbagai daerah yang membutuhkan. “Mobile, aman, dan akurat. Tiga konsep itu merupakan DNA dari lahirnya Mobile Lab BSL-2, dan merupakan hasil desain serta manufaktur para perekayasa BPPT,” imbuhnya.
Mobile Lab BSL-2 telah divalidasi oleh Asosiasi Biorisiko Indonesia, serta memiliki konsep open system, sehingga kompatibel dengan PCR test yang beredar di pasar, sehingga tidak khawatir akan kekurangan stok reagen. Menariknya, lab bergerak ini, mampu melakukan 1.000 tes spesimen per 24 jam. “Mobile Lab BSL-2 ini telah kami tingkatkan kapasitasnya dari semula hanya 300 tes per 24 jam, menjadi 1000 tes,” terangnya.
Penambahan kapasitas yang cukup signifikan ini tidak terlepas dari salah satu produk inovasi Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC-19), yaitu pengembangan next-gen PCR Test Kit m-Biocov19 dengan konsep multiplex, hasil kerja sama BPPT bersama PT Biofarma (Persero).
“Ekosistem inovasi berkonsep pentahelix dalam TFRIC-19 memungkinkan hasil ide dan riset dapat dikomersialisasikan dengan cepat, sehingga manfaatnya segera dirasakan langsung oleh masyarakat. Alhamdulillah, kami mendapatkan kehormatan untuk melayani warga Medan dan sekitarnya,” terangnya.
Lebih lanjut Hammam mengatakan bahwa BPPT saat ini sedang mengembangkan Mobile Lab BSL-2 generasi tiga dengan bentuk bus. Konsep bus sengaja dipilih karena lebih mudah menyusuri akses jalan nasional. “Kita sempurnakan lagi, setelah kapasitasnya dinaikkan. Sekarang kita sesuaikan dengan akses jalan raya Indonesia. Ini untuk mengakomodir kebutuhan di daerah yang paling membutuhkan. Biasanya mereka tidak memiliki fasilitas lab berstandar biosafety level-2, dan jauh menuju kota besar. Kita akan deploy ke daerah-daerah tersebut,” tutupnya.
Dalam kegiatan serah terima Mobile Lab BSL-2 dari Kepala BPPT ke RS Putri Hijau, Panglima Kodam I Bukit Barisan Mayjen TNI Irwansyah menyambut baik kedatangan lab mobile yang mampu menambah kapasitas tracing. Terlebih menurutnya, daerah Medan, Deli Serdang, dan Binjai termasuk dalam zona merah. “Saya mengapresiasi inovasi Mobile Lab BSL-2 BPPT. Semoga pekan depan, kombinasi dari lab mobile dan reagen produksi anak bangsa ini sudah siap beroperasi melayani masyarakat Sumatera Utara,” harapnya.
Kepala RS Putri Hijau Kolonel CKM dr. Irsan Basyroel mengatakan penyerahan Mobile Lab BSL-2 ini merupakan dorongan dan semangat bagi insan kesehatan untuk lebih meningkatkan kemampuan melawan pandemi Covid-19. “Semoga lab bergerak ini dapat memaksimalkan peran testing, tracing, dan treating kepada seluruh anggota TNI dan masyarakat umum,” pungkasnya. (red)