Jakarta, Komite.id- Tak bisa dipungkiri bahwa di era digital saat ini, data memegang peranan vital untuk banyak aktivitas bisnis dan pekerjaan manusia. Dengan adanya ledakan data memunculkan resiko-resko baru dan menakutkan termasuk juga demand yang semakin tinggi terhadap perlindungan privacy. Karenanya, perbankan dituntut lebih menata keamanan teknologi secara berlapis-lapis
Kejahatan siber (cyber crime), kerap menyerang industri perbankan di Indonesia. Pandemi conid-19 berkontribusi pada peningkatan serangan siber, memaksa perusahaan untuk meningkatkan pertahanan karena lebih banyak pelanggan yang menggunakan produk atau layanan online. Apalagi, di era ekonomi digital, masyarakat terbiasa berinteraksi dan menikmati layanan secara online.
Diperlukan kerjasama antar bank untuk melawan kejahatan siber, apalagi di tengah segala keterbatasan yang muncul akibat pandemi Covid-19. Juga akibat pandemi, pertumbuhan transaksi dan penggunaan kanal digital perbankan melonjak signifikan. Hal ini diikuti dengan munculnya resiko-resiko keamanan baru seperti terjadinya kejahatan siber.
Sebagian orang tentu menginginkan koneksi dengan layanan dan transaksi yang dia percayai, sebab digital itu tidak bisa menggantikan tiga hal yakni trust, brand atau memberikan service namun tanpa digital kita tidak bisa mendapatkan ketiganya. Bagi finacial, trust menjadi prioritas.
“Penting bagi kami untuk menghadirkan digital trust ini kepada nasabah karena trust is the heart of customer experience,” kata Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi BRI, Indra Utoyo saat menjadi keynote speech dalam kegiatan e-Summit DataGovAi 2020, yang mengangkat thema “Future of Big Data AI, Cloud, Cyber Technology & Governance” atau Masa Depan Teknologi & Tata Kelola Big Data, AI, Clouds dan Cyber Summit, di Jakarta, (24/11).
Menurut dia, secara umum data merupakan komoditas paling bernilai yang bisa memberikan manfaat luar biasa bagi kemajuan bisnis. Pemanfaatan data yang tepat diharapkan dapat mengoptimalkan potensi digital yang sangat besar. Bagi beberapa sektor industri, peran dari data tentunya berbeda-beda. Misalnya di industri kesehatan sangat defence, bagaimana menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien.
Seangkan di sektor ritel lebih ke opence, bagaimana kita bisa menyerbu dan menangkap costumer baru. “Bagi sektor perbankan, kita berada di tengah-tengah, kita bisa defence bisa opence. Bagimana kita bisa memastikan governance, privacy security itu betul betul bisa kita berikan. Sedangkan dari sisi opence-nya, data itu bisa mencreate nasabah baru yang berkulitas,” tegasnya.
Dikatakan Indra, issu privacy menjadi sangat penting dan menjadi sesuatu yang harus diadaptasi. Edukasi untuk sadar terhadap privacy dan mengkomunikasikan kepada costumernya begitu pentingnya karena era digital perlu kesadaran baru baik di sisi enterprise maupun costumer terkait data ini harus lebih bijak dan hati-hati tidak mudah menyebar kemana-mana. “Dengan kata lain, kita harus punya kesadaran masing-masing bahwa privasi data penting jangan disharing,” tambahnya.
Bagi costumer, lanjut Indra, kita melihat masyarakat semakin terbiasa dengan konsumsi layanan dgital yang meningkat dan kita melihat terjadinya ledakan dari data dan kemudian bagaimana orientasi bisa dipelajari supaya lebih relevan atau lebih tepat memberikan layanan dan inovasi supaya memberikan value bagi costumer dan dari sisi lain ada resiko baru yakni adanya ancaman siber yang makin besar.
“Kehadiran BSSN menjadi sangat penting untuk penanganan setiap insiden siber, terkait dengan cyber forensic dan fraud detection. Disisi lain, BRI sampai saat ini terus aktif memberikan edukasi dan upaya pencegahan ke masyarakat khususnya nasabahnya, soal pentingnya menjaga kerahasiaan data nasabah,” katanya lagi.
Sementara dari sisi teknologi, Indra mengatakan BRI menggunakan tools yang banyak untuk mengontrol risiko siber mulai dari security services operation, perimeter security, network security, endpoint security, application security. Pihaknya pun melakukan security by design, melakukan pengamanan sejak mulai dari perencanaan.(red)