Jakarta, Komite.id – Di era digitalisasi, Bank Central Asia (BCA) selalu memberikan layanan terdepan dan sesuai dengan kebutuhan nasabah yang semakin kompleks. Dalam pemanfaatan teknologi canggih seperti Big Data dan Artificial Intelligent (AI), BCA berfokus pada lima area, yakni Machine Learning, Robotics, Biometric, Komputer Vision dan Natural Language Processing (NLP).
Kemudian, untuk mengurangi terjadinya fraud pada aktivitas perbankan, BCA memanfaatkan big data dan machine learning, dimana dengan platform tersebut, akses data nasabah pun bisa dilindungi dari penyalahgunaan, dengan memperkuat keamanan data. Bank BCA dapat menjalankan sistem deteksi fraud untuk mendeteksi anomali pada pola transaksi.
Seperti diketahui, pembobolan rekening bermodus penyalinan data atau skimming masih marak terjadi di dunia perbankan. BCA berusaha tetap melindungi data nasabah dari penyalahgunaan melalui fraud detection system. Apabila ada indikasi terjadi skimming BCA langsung menjalankan sistem deteksi fraud.
“Percobaan fraud makin banyak terjadi di masyarakat, sebagai contoh misalnya saya belanja di Kemang, Jakarta kemudian dalam satu jam ada transaksi di Surabaya dengan menggunakan kartu kredit saya. Nah, dengan sistem pengendalian ini, kita bisa mendeteksi atas kejadian fraud secara efektif,” kata Gregory Hendra Lembong, Direktur BCA, saat menjadi pembicara (Keynote Speech) pada kegiatan e-Summit DataGovAi 2020, dengan mengangkat topik “Future of Big Data AI, Cloud, Cyber Technology & Governance” atau Masa Depan Teknologi & Tata Kelola Big Data, AI, Clouds dan Cyber Summit, yang dilaksanakan secara Daring Virtual melalui Zoom Meeting, Kamis, (26/11).
Apalagi, BCA yang merupakan transaction bank ini menangani puluhan juta data transaksi setiap hari. Selain itu, lanjutnya, BCA juga secara berkesinambungan memberikan edukasi kepada karyawan dan nasabah untuk meningkatkan awareness dan kepedulian terhadap risiko fraud di operasional perbankan.
Hendra Lembong juga mengulas layanan chatbot banking berteknologi AI yakni VIRA, yang merupakan Virtual Banking Assistant milik Bank BCA, berteknologi AI dan NLP. Yang menjalankan fungsi customer service “VIRA mempermudah nasabah bank BCA untuk mengakses layanan banking mereka. Kemudahan ini hadir dalam bentuk chatbot pintar. Nasabah bank BCA yang ingin mengakses akun banking mereka di BCA cukup mengobrol dengan VIRA,” katanya.
Diketahui, bahwa teknologi NLP memberikan kemampuan chatbot untuk mampu bercakap-cakap dengan bahasa kasual layaknya bercakap-cakap dengan manusia. Kemampuan ini menghilangkan kekakuan sehingga pengguna bisa lebih nyaman dalam berinteraksi dengan chatbot, untuk kemudian mendapatkan informasi atau layanan yang ia cari.
Dijelaskan, AI dan NLP dalam chatbot adalah sebuah kombinasi yang bagus. Ia bisa diprogram agar dapat memberikan apa yang pengguna butuhkan, Misalnya kalau di perbankan banyak sekali peraturan dari OJK dan BI, kalau ada satu hal yang mau kita lakukan atau analisa, AI dan NPL akan mencari artikel yang sesuai dengan topik-atau tema tersebut. AI membantu mencarikan artikel mana saja yang relevan dengan peraturan-peraturan yang ada di BI dan OJK. Jadi, bukan lagi berdasarkan ingetan kita saja,” katanya.
Hebatnya lagi, BCA juga mengadopsi teknologi pemindai suara Voice Biometrics yang pertama di Indonesia. Biometrik suara adalah teknologi berbasis AI yang dapat mendeteksi apakah suara yang masuk benar suara asli seseorang ataukah suara impostor (pemalsu identitas) “Dengan layanan ini bisa mempermudah identifikasi nasabah dalam berinteraksi dengan BCA juga untuk layanan absensi karyawan,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, dijelaskan mengenai teknologi robotics yang diimplementasi di BCA Cash Processing Center atau CPC, dimana proses dan kerja tradisional dalam mengumpulkan serta mendistribusikan uang diubah menjadi otomatisasi. Butuh waktu 4 tahun hingga akhirnya BCA menyelesaikan proyek cash processing center pertama dan terkompleks di dunia ini.
“CPC yang dimiliki BCA adalah yang tercanggih dan terkompleks di dunia. Dengan adanya teknologi CPC, proses perhitungan uang sangat cepat dan tetap menjaga kualitas dari uang tersebut secara baik sehingga dapat diterima secara baik oleh masyarakat melalui kantor cabang maupun ATM. Dengan implementasi CPC, jumlah operator kita turun hingga 50 persen dan diganti dengan staf IT yang kini jumlahnya diatas 1000 orang,” katanya.
Sekilas memgenai Hendra Lembong merupakan mantan bankir Citibank. Berdasarkan sumber profil dari berbagai sumber, Hendra mengawali karier di perbankan sejak 1994 sebagai Management Associate-Financial Institution hingga menjadi Head of EMEA Receivables. Hendra berkarier di bank ini selama 14 tahun
Kemudian Hendra sempat berkarier di Deutsche Bank dengan jabatan terakhir Global Head of Business Development & Sales Development & Sales Cordination. Lalu Hendra pernah bekerja di JP Morgan Chase sebagai Managing Director, Regional Head of Cash Management Asia Pacific. Pada 2016, Hendra kemudian melanjutkan kariernya di PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebagai Chief Technology Officer (CTO).Kemudian pada April 2020, Hendra diangkat menjadi Direktur BCA. (red)