Jakarta, Komite.id- Profesor Craig Warren Smith dari Digital Divide Institute (www.digitaldivide.org), dijadwalkan akan menjadi pembicara pada kegiatan e-Summit DataGovAi 2020, dengan mengangkat topik “Future of Big Data AI, Cloud, Cyber Technology & Governance” atau Masa Depan Teknologi & Tata Kelola Big Data, AI, Clouds dan Cyber Summit, yang dilaksanakan secara Daring Virtual melalui Zoom Meeting, pada 1 Desember 2020.
Dalam sesi tersebut, Profesor Craig Warren Smith mengngatkan, bahwa Indonesia berisiko menghasilkan ““winner takes all” di mana Big Data mengkonsentrasikan kekayaan secara dramatis di 10% teratas ekonomi. Karenanya, Prof Smith menganjurkan aliran Big Data “bottom up”, yang dipimpin oleh sektor pertanian dan pangan di mana komunitas lokal yang terikat dengan “data cooperatives” dan inovasi Fintceh baru akan menentukan bagaimana data dimonetisasi dan didistribusikan untuk mendukung nilai-nilai lokal.
Lebih lanjut dia juga merefleksikan sudut pandang seorang ilmuwan data terkenal, Profesor Alex (“Sandy”) Pentland, yang telah menganjurkan “new deal on data,” (https://wip.mitpress.mit.edu/new-economy). tentang menutup kesenjangan digital.
“Sudut pandang Pentland selaras dengan kerangka kerja Kelompok Kerja Pita Lebar Berarti yang terdiri dari lembaga pemangku kepentingan TIK teratas di Indonesia,” jelas Smith.
Diperkenalkan ke Indonesia 15 tahun yang lalu oleh Profesor Smith dan Ilham A Habibie, putra mantan presiden Indonesia BJ Habibie, Pita Lebar berarti menunjukkan bagaimana ekosistem produk dan layanan dapat muncul untuk membawa manfaat internet secara berkelanjutan kepada sepertiga terbawah bangsa itu. tidak dilayani secara memadai oleh teknologi.
Kemudian Smith mengutif pernyataan BJ Habibie yang mengatakan, secara bertahap, hampir semua institusi publik dan swasta besar di negara ini telah bergabung ke dalam koalisi untuk Meaningful Broadband. Mereka berjanji akan mengubah produk, layanan, dan kebijakannya agar internet bisa melayani yang belum terlayani
Selain itu, Smith juga menambahkan bahwa kondisi di Indonesia, lebih dari negara berkembang lainnya, untuk mengganti aliran data the top-down flow of data with a bottom up flow, yang akan menutup kesenjangan digital dan mengurangi ketimpangan sebagai teknologi yang muncul – AI, Internet of Things, 5G, Robotika – menghasilkan peningkatan eksponensial dalam data yang membanjiri pasar nasional. “Daripada dikendalikan oleh Big Tech dan sekutunya di pemerintahan, Big Data harus dikontrol oleh warga negara yang menentukan sendiri bagaimana mereka ingin datanya dapat mendukung kebutuhan mereka sendiri.
Smith mengindikasikan bahwa rancangan kebijakan Big Data Indonesia yang diusulkan akan muncul dari Webinar mendatang yang disponsori oleh Digital Divide Institute dan Dewan TIK Nasional pemerintah, yang disebut Wantiknas (http://www.wantiknas.go.id/en/berita / bermakna-kelompok-kerja-pita-lebar-membawa-data-besar-dan-agrikultur-ke-dalam-normal-baru) di bulan Januari.
Pernyataan Profesor Smith, dengan pesan video tambahan dari Pentland dan Habibie, akan diposting pada 2 Desember 2020 di www.digitaldivide.org. Selain itu, proposal Prof Smith adalah bagian dari pidato utamanya di acara tersebut, dan dapat ditemukan di sini (https://www.youtube.com/channel/UCyvgil8bYjgyzrOQbIvZHXg).
Silahkan join websummit besok Dec 1, 2020 BAKTI eHall – registrasi dimulai 12:30-13:00 WIB.
Topic: DATA SCIENCE FOR HUMANITY and CONNECTIVITY
Click link: