Jakarta, Komite.id- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menghadirkan Mobile Laboratory Biosafety Level-2 (BSL-2) varian bus di Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk pengujian sampel swab personil bandara. Kegiatan ini dapat mendukung layanan bandara yang memiliki peran strategis dalam menunjang aktivitas ekonomi Indonesia di era pandemi Covid-19.
“Kita bisa menghadirkan mobile lab BSL-2 sebagai bagian dari Bakti Inovasi Teknologi. Ini merupakan kesempatan untuk membuktikan bahwa inovasi Indonesia bisa kita manfaatkan untuk penanganan Covid-19,” kata Kepala BPPT Hammam Riza di SMMILE Center, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Rabu (6/1).
Bakti Inovasi Teknologi ini bertujuan membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 melalui pengkajian dan penerapan teknologi. Sebelumnya, Mobile lab BSL-2 varian bus telah menjalani roadshow untuk pengujian sampel swab di Yogyakarta, Bali, dan Jombang pada 16-29 Desember 2020.
Hammam mengungkapkan salah satu kunci penanganan wabah Covid-19 di Indonesia adalah peningkatan kapasitas tracing melalui peningkatan jumlah pengujian sampel terduga Covid-19. Pengujian sampel dengan metoda Polymerase Chain Reaction (PCR) telah menjadi golden standard di dunia, karena tingkat akurasi dan sensitivitasnya yang tinggi.
World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan telah menetapkan bahwa pengujian sampel terduga Covid-19 dengan metoda PCR harus dilakukan di laboratorium yang memenuhi standar keamanan hayati level-2 atau BSL-2 guna menjamin keamanan personil penguji dan lingkungan sekeliling laboratorium.
Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan kapasitas pengujian di Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 95% dari target yang ditetapkan oleh WHO (1 per 1000 penduduk per pekan). Namun, sebagian besar laboratorium tersebut terpusat di kota besar, dan waktu tunggu hasil pengujian masih memerlukan waktu yang lama.
Untuk meningkatkan kapasitas pengujian Covid-19, terang Hammam, BPPT melalui Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) meluncurkan inovasi mobile lab BSL-2 yang dapat dipindah-operasikan ke berbagai daerah. Mobile lab ini telah beroperasi di beberapa tempat di Indonesia agar lebih menjangkau daerah yang membutuhkan.
“Untuk melawan Covid-19 ini, kita perlu 3T yaitu testing, tracing, dan treatment. Itulah yang menggerakkan seluruh perekayasa dan peneliti di BPPT untuk menghasilkan inovasi agar kita sanggup memenuhi kebutuhan dari seluruh upaya penanganan Covid-19,” terang Hammam.
Mobile Lab BSL-2 varian 1 yang dikembangkan BPPT berupa kontainer yang saat ini dioperasikan di RS Tk II Moh. Ridwan Meuraksa, Jakarta Timur. Varian kedua berupa trailer yang ditempatkan di Plaju Palembang yang digunakan oleh Yayasan BUMN dan di Rumah Sakit Putri Hijau, Medan.
Selanjutnya, BPPT mengembangkan mobile lab BSL-2 varian bus dengan konsep yang sama, yaitu mobile, aman, dan akurat. “Ini adalah varian ketiga yang kami harapkan sudah mengintegrasikan keseluruhan kebutuhan standar biosafety level 2 untuk melaksanakan pengujian spesimen PCR,” lanjutnya.
Menurut Hammam, mobile lab BSL-2 varian bus memiliki beberapa kelebihan dibanding generasi sebelumnya. Mobile lab ini dibangun dengan platform bus untuk memperkuat konsep mobilitas, sehingga dapat mudah dioperasikan di daerah yang membutuhkan. Terdapat penambahan fasilitas untuk ekstraksi RNA, sehingga dapat menggunakan reagen yang lebih bervariasi (metoda magnetic beads) untuk menjaga keberlanjutan pengujian
“Selain itu ada penyempurnaan layout peralatan, untuk meningkatkan akurasi data dan keamanan personil penguji serta penyempurnaan sistem mekanik pintu yang dapat dibuka tutup secara touchless, untuk menghindari kontaminasi,” tutur Hammam.
Mobile Lab ini mampu melayani hingga 940 sample PCR Test dalam waktu 24 jam. Rinciannya, dalam sehari bisa memeriksa 10 batch dengan 1 batch berisi 94 spesimen. Menurut Hammam, yang terpenting waktu tunggu untuk memperoleh hasil PCR Test hanya 8 jam.
Sebagaimana dengan varian sebelumnya, Mobile lab BSL-2 varian bus dibangun bersama dengan mitra industri dengan mengikuti standar WHO dan Kementerian Kesehatan untuk laboratorium pengujian PCR untuk Covid-19 dan telah diverifikasi oleh Asosiasi Biorisiko Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kerangka sinergi multihelix guna mewujudkan ekosistem riset, inovasi dan industrialisasi di Indonesia.
“Diharapkan inovasi ini dapat membantu pemerintah dalam mempercepat penanggulangan Covid-19 di Indonesia selain itu juga menjadi salah satu milestone kebangkitan inovasi Indonesia dalam rangka memperkuat daya saing industri nasional,” tuturnya.
Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin mengatakan kehadiran Mobile Lab BSL-2 ini melengkapi fasilitas yang ada di Bandara Soekarno-Hatta dalam kebutuhan testing, tracing dan treatment penanganan Covid-19. “Setiap hari di Bandara Soekarno-Hatta tidak kurang dari 3.000-5.000 yang datang dengan kebutuhan untuk testing Covid-19,” lanjutnya.
Karena itu, pihaknya akan mempertimbangkan untuk menyediakan fasilitas lab BSL-2 secara permanen di Bandara Soekarno-Hatta. “Kita sedang mempertimbangkan apakah akan menggunakan jenis kontainer, trailer atau bus, tapi kalau kita lihat di sini bisa fix stationery maka lebih baik pakai kontainer,” tandasnya.
Menurut Awalludin, salah satu kriteria penanganan Covid-19 di bandara adalah memiliki satu testing lab facilities seperti yang ada di bandara-bandara besar di dunia. “Testing lab facilities ini sejalan dengan program-program kita sejak akhir tahun kemarin yang membawa konsep biosecurity management system dan biosafety management system untuk bandara,” pungkasnya. (red)