Jakarta, Komite.id- Penyedia solusi TIK terkemuka dunia, Huawei, menegaskan kembali keyakinannya pada keberlangsungan bisnis di tengah berbagai tantangan, khususnya tentang kinerja penjualan smartphone. Demikian diungkapkan oleh pendiri Huawei, Ren Zhengfei, saat menjelaskan strategi global perusahaan, mulai dari aplikasi 5G hingga sikap terbuka terhadap kerja sama dengan banyak pihak, termasuk pemerintahan Presiden AS Joe Biden.
Dalam wawancaranya dengan media pada pembukaan Intelligent Mining Innovation Lab di Taiyuan, Shanxi, Tiongkok, 9 Februari, Ren mengatakan, “Keyakinan saya terhadap kelangsungan bisnis Huawei bahkan makin menguat dibanding sebelumnya. Sebab, kami memiliki lebih banyak cara untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Keyakinan saya juga makin menguat melihat pendapatan dan keuntungan penjualan Huawei pada 2020 yang lebih tinggi dari 2019.”
Pendapatan Huawei pada 2020 tercatat sebesar USD136,7 atau mengalami kenaikan YoY sebesar 11,2 persen. Laba Huawei juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 10,4 persen sehingga laba pada 2020 menjadi USD9,9 miliar. Ren mengatakan, sejumlah besar pelanggan masih terus memberikan kepercayaannya kepada Huawei. “Jika Anda punya waktu, Anda harus mengunjungi Pelabuhan Ningbo, Bandara Shenzhen, Bandara Internasional Dubai, dan pabrik mobil di Jerman yang semuanya menggunakan layanan 5G kami. Anda bisa menyaksikan sendiri bagaimana Huawei membantu mereka untuk maju.”
Menurut Ren, berbeda dengan jaringan komunikasi generasi sebelumnya yang bertujuan menghubungkan banyak rumah dan manusia, tujuan utama dari dibangunnya jaringan komunikasi di era 5G adalah untuk menghubungkan bisnis dari berbagai industri, dari bandara, pelabuhan, pertambangan batu bara, produksi besi dan baja, manufaktur otomotif hingga manufaktur pesawat terbang. “Kami juga telah mulai menjalankan program bernama Nanniwan. Masyarakat di luar Tiongkok mungkin tidak mengenal program tersebut. Namun, pada dasarnya ini terkait dengan konsep kemandirian dalam produksi. Program ini dimaksudkan untuk membantu kami melakukan banyak terobosan di bidang pertambangan batu bara, besi dan baja, musik, serta dalam kategori produk seperti TV, komputer, dan tablet,” lanjut Ren.
Ren juga berbagi pandangannya tentang penurunan di lini smartphone premium Huawei karena kendala pasokan chip. Namun, Huawei memperoleh sinyal positif atas prospeknya dalam kinerja jaringan berkualitas.
“Kami mendukung kemajuan yang dibuat oleh iPhone 12 dari Apple. Kecepatan unduh dari iPhone 12 yang mampu mencapai 1,82 Gbps telah menjadikannya sebagai yang terbaik di dunia. Smartphone tersebut juga banyak digunakan oleh pengguna perangkat kelas atas di Eropa. Bagaimana smartphone tersebut dapat beroperasi secara optimal di jaringan 5G kami di Eropa sebenarnya juga menjadi penegasan atas peran kami di sana serta bukti kualitas jaringan kami. Kami membantu membangun jaringan 5G terbaik di banyak kota di dunia, mulai dari Berlin, Munich, Madrid, Zurich, Jenewa, Amsterdam, Wina, Barcelona, Seoul, Bangkok, Hong Kong, hingga Riyadh. Kinerja jaringan kami di Eropa melampaui standar uji kinerja jaringan global,” kata Ren.
Ren menegaskan Huawei akan mempertahankan bisnis intinya. “Pertama dan terpenting, kami tidak akan memperluas apa yang telah menjadi bisnis inti kami. Platform dasar yang kami sediakan untuk penambangan batu bara sama dengan yang kami sediakan untuk pabrik besi dan baja, pelabuhan, serta bandara.” Menurut Ren, aplikasi 5G akan berbeda untuk masing-masing industri, namun sebagian besar teknologinya tetap sama. “Jadi, tujuan utama kami adalah meningkatkan adopsi elektronik, perangkat lunak, dan sistem komputasi di industri yang beragam.”
Ren menyebut Intelligent Mining Innovation Lab yang diresmikan di Shanxi merupakan komitmen Huawei dalam menghadirkan teknologi 5G guna memberikan layanan yang lebih baik untuk tambang. Didukung oleh pemahaman dan pengetahuan tentang cara kerja tambang batu bara, sistem elektronik dan perangkat lunak Huawei akan mampu menyediakan aplikasi dan layanan yang tepat guna untuk tambang.
Lab tersebut didukung serta dikelola oleh 220 pakar di mana 53 di antaranya berasal dari Huawei. Sebagian besar pakar yang berasal dari Huawei memiliki spesialisasi di bidang teknologi elektronik. Selain itu, terdapat 150 pakar pertambangan batu bara dari Shanxi yang memiliki pengetahuan luas tentang industri ini. “Peran kami adalah membantu industri batu bara dalam efisiensi jumlah staf serta meningkatkan kegiatan operasional tak berawak untuk peningkatan efisiensi dan keamanan kerja. Melalui skenario penambangan yang termekanisasi dan cerdas, kami membantu mereka mengurangi jumlah staf hingga sebesar 60% dan jumlah pekerja yang turun ke lubang penambangan setiap giliran kerja sebesar 10% hingga 20%,” kata Ren.
Ren berharap keberhasilan Huawei membuat terobosan di industri pertambangan di Tiongkok akan menjadi inspirasi bagi tambang lain di banyak negara di dunia. “Seluruh dunia akan memperoleh manfaat jika bisa memanfaatkan sumber daya alam melalui penambangan tak berawak. Mengapa kami memilih untuk memulai di Shanxi? Karena pemerintah daerah Shanxi sangat proaktif dalam hal ini. Jika kami berhasil di Shanxi, pengalaman kami dapat direplikasi di seluruh dunia. Jadi benar apabila kami masih bisa bertahan meski tanpa mengandalkan penjualan ponsel,” tegas Ren.
Menanggapi pertanyaan tentang sikap keras AS terhadap Tiongkok, Ren kembali mengharapkan pendekatan win-win untuk situasi tersebut. “Pertama, mengharapkan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Mengizinkan perusahaan AS untuk memasok barang ke pelanggan China akan berdampak kondusif bagi kinerja keuangan mereka sendiri. Jika kapasitas produksi Huawei meningkat, itu berarti perusahaan AS dapat menjual lebih banyak. Ini adalah situasi win-win yang saya maksudkan. Saya yakin pemerintahan baru akan mempertimbangkan dan menyeimbangkan kepentingan ini pada saat mempertimbangkan kebijakan mereka. Kami masih berharap bisa membeli banyak komponen, sukucadang, dan mesin dari AS sehingga perusahaan AS pun bisa berkembang seiring dengan perekonomian Tiongkok,” kata Ren.
“Sebagai organisasi bisnis, kami tidak memiliki energi untuk terlibat dalam pusaran politik. Kami fokus dalam membuat produk kita sendiri. Berkat tingginya kualitas produk kami, banyak pelanggan di seluruh dunia masih tetap memilih bersama kami. Inilah yang menjadikan kami berhasil melewati tahun 2020 yang sulit ini. Kami akan terus melayani pelanggan dengan baik dengan menciptakan nilai yang lebih bagi mereka. Kami ingin kepercayaan mereka kepada kami langgeng dan berharap mereka tidak akan terpengaruh oleh tekanan politik. Saya berharap pemerintahan AS yang baru akan menghasilkan kebijakan yang lebih terbuka untuk kepentingan perusahaan AS dan ekonomi AS secara keseluruhan,” tambah Ren.
Ren juga mengatakan bahwa Huawei akan tetap terbuka dan transparan dalam masalah transfer teknologi 5G, menepis kekhawatiran beberapa politisi AS atas potensi dampak 5G pada skala global. “Seperti pernah saya janjikan, kami akan mentransfer semua teknologi 5G yang kami kembangkan dan tidak sekadar melisensikan produksi kepada pihak lain. Selama AS memintanya, kami akan mentransfer semua dari program sumber dan kode sumber ke semua rahasia serta pengetahuan terkait desain perangkat keras, dan bahkan desain chip. Saya serius dengan apa yang saya katakan, namun belum ada perusahaan AS yang merespon. Saya harap media dapat membantu kami menyampaikan pesan ini kepada perusahaan-perusahaan AS. Jika mereka ingin berbicara, kami akan dengan senang hati menyambutnya,” kata Ren.
Ren juga menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya mendorong pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara seperti AS dan Tiongkok dalam rangka mengembalikan keseimbangan neraca finansial serta dalam turut bersumbangsih kepada masyarakat. “Ini yang dibutuhkan oleh semua pihak. Kemanusiaan perlu terus dipupuk. Tidak ada perusahaan yang bisa tampil sendirian dalam mengembangkan industri secara global. Semua pihak di seluruh dunia perlu bergandengan tangan bersama-sama,” tutup Ren. (red)