Pemerintah Tingkatkan Identifikasi Genom Virus SARS-CoV-2

0
1266

Jakarta, Komite.id- Saat ini, angka kasus pasien terinfeksi virus SARS-CoV-2 di Indonesia semakin meningkat. Selain itu, ada isu terjadinya mutasi atau perubahan pada materi genetik virus yang berkembang di negara lain. Maka penting untuk dilakukan surveilans (pengumpulan data yang terus menerus dan pemantauan) genom virus SARS-CoV-2 agar dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan meluasnya penyebaran Covid-19 di Indonesia.

“Seperti yang sudah kita ketahui bahwa ada kekhawatiran bahwa varian baru virus SARS-CoV-2 dapat mempengaruhi tingkat penyebaran, tingkat keparahan dan juga efek pada vaksin Covid-19 yang beredar saat ini. Virus mempunyai kemampuan berkembang dan beradaptasi berdasarkan lingkungannya, dengan rentang akumulasinya 1 sampai 2 mutasi per bulannya,” jelas Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro saat menjadi pembicara utama pada Indonesia-GISAID ’Webinar on SARS-CoV-2 Genomic Surveillance, Mutation and Vaccine’, Senin, (15/2).

Saat ini ada beberapa varian baru yang menjadi perhatian utama dari para peneliti Whole Genome Sequencing (WGS) di Indonesia. Varian tersebut adalah varian B 1.1.7 atau VOC202012/01 atau VUI202012/01 dari Inggris; varian B 1.351 atau 501Y.V2 dari Afrika Selatan; dan varian B 1.1.28.1 atau P.1 dari Brazil.

Data sementara di Indonesia belum menunjukkan adanya varian baru tersebut, namun masih diperlukan informasi yang lebih mendalam. Surveilans genom dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari varian baru ini, apakah lebih menular sehingga dapat semakin memperburuk kondisi pandemi di Indonesia. Untuk kelancaran surveilans diperlukan koordinasi di tingkat nasional dan global.

“Setelah kita perhatikan dampaknya cukup serius di tiga negara tersebut. Mengingat luasnya jaringan transpor global dan rentannya negara-negara yang relatif terbuka seperti Indonesia, maka pelacakan perlu diperkuat secara intensif untuk mengidentifikasi tipe mutasi virus yang beredar di Indonesia. Meskipun belum ditemukan, namun varian B 1.1.7 sudah dilaporkan di beberapa negara Asia dan Australia, jadi membutuhkan pengawasan yang lebih terintegrasi dan kuat,” terang Menteri Bambang.

Pada 8 Januari 2021 telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Surveilans Genom Virus SARS-CoV-2 antara Menristek/Kepala BRIN dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, serta penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Plt. Sekretaris Menristek/Sekretaris Utama BRIN Mego Pinandito dengan Kepala Balitbangkes Kemenkes Slamet tentang Riset dan Inovasi Dalam Rangka Surveilans Genom Virus SARS-CoV-2.

Penandatanganan ini adalah sebagai upaya kerjasama riset antara 2 Kementerian yang juga melibatkan lembaga riset nasional (LBM Eijkman, Balitbangkes, LIPI, dan BPPT) serta beberapa perguruan tinggi lainnya (UGM, ITB, ITD-Unair, Unpad, UNS, UIN, Mikrobiogi FKUI, juga RS Universitas Tanjung Pura) yang diharapkan nantinya dapat mendorong terwujudnya percepatan penyelenggaraan surveilans genom virus SARS CoV-2, melalui kemitraan yang sinergis, kolaboratif, suportif, dan berkesinambungan.

Presiden Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) Dr. Peter Bogner, organisasi bank data influenza di dunia yang berinisiatif mengumpulkan semua data genom virus flu termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, menyampaikan tantangan Indonesia dalam melakukan surveilans genom virus SARS CoV-2 adalah pada luasnya wilayah nusantara dan populasi yang tinggi. Hal ini menyebabkan dibutuhkan waktu dan sumber daya yang besar untuk mengumpulkan data WGS yang lebih banyak dan detail, sehingga masih mungkin varian baru tersebut belum terdeteksi.

“Dibutuhkan usaha bersama pihak Pemerintah untuk secara masif mengumpulkan data dengan cakupan yang lebih luas, tidak hanya daerah metropolitan namun keseluruh pelosok untuk mendapatkan data sampel dan gambaran geografi wilayah penyebaran secara baik,” terang Peter Bogner.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan Slamet mengungkapkan perkembangan yang telah disampaikan Indonesia kepada GISAID sampai 14 Februari 2021 adalah berjumlah 416 sekuens virus, 392 di antaranya merupakan WGS lengkap.

“Data tersebut dikumpulkan dari 27 provinsi di Indonesia, melibatkan 14 institusi. Dalam mengumpulkan data kami mempertimbangkan beberapa hal, pertama tingkat mobilitas orang suatu wilayah karena semakin tinggi mobilitas makin tinggi pula kemungkinan variannya. Kedua tingkat kasus Covid-19 di suatu wilayah, secara umum kami melakukan pelacakan dari Aceh sampai Papua,” ungkap Slamet.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menargetkan sampai kuartal ke-4 tahun ini pihaknya akan berupaya melakukan pemetaan 5000 sampel klinis genom SARS CoV-2. Pemetaan ini diperlukan untuk memahami distribusi pola penyebaran virus, memberikan informasi karakteristik isolat virus di tiap daerah, dan mendukung penelitian terkait pengembangan vaksin serta anti virus.

“Dalam mendukung strategi surveilans genom di Indonesia, kami berupaya melakukan pemetaan sebanyak mungkin WGS, melakukan analisa bioinformatika, dan membangun repositori data secara nasional,” papar Kepala LBM Eijkman.