Jakarta, Komite.id- Pemerintah merayu Singapura untuk membangun fasilitas pusat data di Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pusat data Negeri Singa itu akan dibangun di tiga tempat.
“Kami dengan pemerintah Singapura bicara membuat data center di Batam, kemudian Jawa Barat dan satu daerah lain kami akan sediakan,” kata Airlangga dalam acara Indonesia Data and Economic Conference 2021 yang bekerja sama dengan East Ventures, seperti dikutif Katadata, Selasa (23/3).
Di Batam, pusat data tersebut akan memiliki kapasitas setara dengan penggunaan listrik 420 megawatt. Menurutnya, pembangunan pusat data dilakukan karena ada keterbatasan daerah dan listrik di Singapura, sementara kebutuhan pusat data terus berkembang.
Untuk itu, pemerintah mendorong integrasi data dan kestabilan listrik. Hal ini akan disiapkan di pusat data KEK Batam dan wilayah pusat data lain. Pemerintah pun terus mendorong perpindahan awan data (cloud) dari negara tetangga ke Tanah Air. “Kita ketahui dengan cloud, data base di mana saja bisa diakses,” ujar dia.
Selain itu, Airlangga juga menyusun kebijakan satu peta, satu data. Saat ini, pemerintah telah berhasil mengumpulkan data geo spasial yang dinilai cukup lengkap. “Tinggal integrasikan dengan data center di Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional),” katanya.
Di sisi lain, pemerintah juga mendukung pembangunan fasilitas infrastruktur digital lainnya, yaitu pengadaan jaringan 4G dan 5G di 9.113 desa/kelurahan. Untuk itu, pemerintah mendorong optik fiber yang terkoneksi dari barat ke timur.
Kemudian, pemerintah turut mendorong penggunaan satelit multifungsi, yaitu Satelit Satria. Satelit tersebut utamanya untuk mendorong konektivitas di wilayah timur Indonesia. Pemerintah juga menyiapkan prototipe 5G di kawasan tertentu. “Walau kita tahu 5G biaya service-nya lebih tinggi. Tapi tentunya dengan produktivitas otomatisasi, tentu kalangan industri mampu gunakan fasilitas 5G itu,” ujarnya.
Airlangga memastikan penyiapan layanan ekonomi digital ini penting mengingat sektor informasi dan komunikasi memiliki kontribusi terhadap perekonomian Indonesia karena mampu bertahan di tengah kontraksi pada 2020. “Pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi dalam tiga kuartal di tengah pandemi itu, positif terus. Kalau kita lihat, ini punya daya tahan yang tinggi, sehingga ini tentunya bisa menjadi akselerator pengungkit rebound-nya ekonomi Indonesia,” katanya. (red)