Jakarta, Komite.id- Dalam gelaran ABDI- NEC Energy WebSummit 2021 bertena “Digital Transformation to Achieve Efficiency for Energy Sector & Asset Intensive Companies” pada Kamis 29 April 2021, Gilang D. Rizaldy, System Engineer PT NEC Indonesia memaparkan mengenai pemanfaatan teknologi AI dan Early Detection dalam melakukan monitoring aset terutama di sektor energi .
“Di era transformasi telah mengubah cara orang dalam hal pemeliharan aset yang sebelumnya dilakukan dengan mengecek ke lapangan satu per satu yang memakan waktu lama dan tidak efesien, namun dengan adanya digitaliasi, tim monitoring cukup duduk di command center. Di ruang tersebut disediakan data-data yang ada di lapangan yang kemudian di tranfer melalui server-server yang ada di command center,” katanya.
Menurutnya, pemeliharaan Prediktif Berbasis Kondisi (CBPdM) adalah topik hangat saat ini, pendekatannya menggunakan sistem prognostik cerdas, yang memantau kondisi dan kinerja sistem produksi menggunakan sinyal sensor, mendeteksi kesalahan pada tahap yang baru jadi, memprediksi dan memprediksi kondisi masa depan. di depan sistem, sehingga setiap industri dapat membuat strategi yang efektif dan tepat untuk kegiatan pemeliharaannya.
Solusi NEC SIAT (System Invariant Analysis Technology) dilengkapi teknologi AI dan Early Detection yang dapat mendeteksi anomali dalam fasilitas dengan membandingkan sejumlah besar real-time data sensor terhadap data yang berasal dari model keadaan normal. “Jadi solusi NEC SIAT yang akan memonitoring selama 24/7 yang menggunakan data sensor peralatan Anda, menganalisis hubungan antara masing-masing sensor dan membuat model hubungan invarian darinya,” jelas dia.
Solusi ini menganalisis sejumlah besar data sensor (seperti laju aliran, tegangan, tekanan, getaran, dan suhu) yang didistribusikan ke seluruh fasilitas dengan menggunakan Teknologi Analisis Invarian Sistem NEC dan dengan cepat mendeteksi dan melaporkan ketika kondisi abnormal atau tanda kegagalan peralatan muncul, sebelum kegagalan yang sebenarnya.
Dengan kata lain, SIAT adalah sebuah AI alat pemeliharaan prediktif yang dapat menganalisis waktu nyata secara masif sensor-data untuk mendeteksi anomali pada tahap prediktifnya untuk memberikan peringatan dini kegagalan di masa depan. “SIAT dapat mengidentifikasi semua hubungan antar sensor dapat divisualisasikan secara komprehensif, memungkinkan fasilitas dan sistem yang akan dipantau tanpa pengawasan apa pun,” tambahnya.
Talian: Enterprise Asset management
Sementara itu, Seno Hardijanto Purnomo, Presiden Direktur PT Talian Infodinamika, menjelaskan mengenai solusi Enterprise Asset management (EAM). Ditegaskan Seno, EAM itu adalah software yang digunakan untuk mengelola aset. Setiap perusahaan pasti ingin aset yang mereka miliki memiliki umur yang panjang, biaya operasi rendah, compliance terhadap regulasi, serta ramah lingkungan. Untuk mencapai itu, dibutuhkan sistem yang membantu perusahaan merawat aset tersebut.
Saat ini, kebanyakan organisasi yang bergerak di industry ini melakukan perawatan terhadap aset mereka secara reaktif. Artinya ketika ada kerusakan baru akan diperbaiki serta penyediaan komponen dari setiap aset secara asal, karena tidak berdasarkan data histori perawatan yang baik yang berakibat pada tingginya biaya perbaikan dan perawatan yang harus dikeluarkan.
“Talian adalah penyedia solusi industri yang memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah pelanggan khususnya di bidang manajemen aset perusahaan. Kepuasan pelanggan adalah fokus utama kami, untuk memahami apa yang mereka butuhkan dan membantu mereka dalam setiap tahap penyampaian solusi untuk menyelesaikan masalah mereka dan mencapai tujuan,” paparnya.
Dalam konteks EAM, Talian berfungsi sebagai implementer software EAM (dalam hal ini IBM Maximo) serta membuat prosedur kerja. Semua data itu kemudian dapat dianalisa sehingga perusahaan bisa mengetahui secara persis hambatan yang terjadi.
Dikatakan, sebagai Mitra IBM pertama untuk Maximo di Indonesia, Talian saat ini memiliki jumlah terbesar konsultan dan insinyur IBM Maximo Bersertifikat dengan pengalaman implementasi yang luar biasa dari EAM di bidang minyak dan gas, pembangkit listrik, manufaktur, utilitas, penerbangan, logistik , dan transportasi.
Stratus: Zero Touch Edge Computing
Pada kesempatan yang sama, Gery Santoso, Country Manager Sratus menjelaskan Stratus, di era transformasi digital, memberikan pelayanan Zero Touch Edge Computing. Stratus merupakan solusi yang sangat tepat bagi komputasi terdepan dalam konteks transformasi digital yang menjadi peluang pasar yang signifikan dan tetap akan terus tumbuh. Tetapi transformasi ini pada dasarnya didasarkan pada data.
“Saat ini, data dan wawasan yang dicapai melalui analitik adalah aset bisnis yang sangat penting untuk mempertahankan kecepatan dengan perubahan teknologi dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Solusi edge computing memainkan peran penting dalam hal ini, karena data dan analitik memberikan manfaat lebih besar di Edge. Menjaga agar Edge terlindungi dan sederhana merupakan hal yang sangat penting bagi industri,” katanya.
Menurt dia, Edge Computing adalah Kunci Kesuksesan Pelanggan. Edge computing bukanlah sekedar tren, namun merupakan sebuah solusi pemrosesan data yang terbukti membantu perusahaan mengatasi masalah latensi, tuntutan operasional, dan keamanan, terutama di lingkungan seperti saat ini.
Gartner memperkirakan bahwa 75% data perusahaan diharapkan dibuat dan diproses di edge pada tahun 2023 atau naik dari kurang dari 10%. Sementara data IDC menyebut bahwa 50% infrastruktur TI baru akan diterapkan di Edge pada tahun 2023, naik dari kurang dari 10%. Aplikasi di Edge akan meningkat 800%.
Edge computing dapat memaksimalkan pengelolaan data lokal yang dihasilkan dari berbagai perangkat digital dan terhubung. Apalagi, Data merupakan faktor penting kesuksesan sebuah bisnis. Perusahaan sangat bergantung pada data untuk membuat keputusan yang lebih baik, merumuskan keunggulan kompetitif yang dimiliki, dan mendorong pendapatan. (red)