Quo Vadis AI: Startup Berkompetisi dengan Legacy dengan AI (Part: 2)

0
1519

Jakarta, Komite.id- Di Artikel AI Factory pertama, terlihat bagaimana Machine Intelligence (Kecerdasan Mesin) merubah total manusia melihat bisnis proses dan sebuah proses membuat produk, sehingga memdisrupsi beberapa sektor bisnis terutama Fintech, Perbankan, Health, Industry, Telco, SosMed; nantinya juga akan mendisrupsi sektor Pertahanan, CyberSecurity, Transportasi dengan Autonomous Industry dll.

Bayangkan saja, pada akhir tahun lalu 2019, hanya butuh waktu 5 tahun bagi sebuah perusahaan start up Ant Finance Service (AFS) Group yang baru berdiri 5 tahun yang lalu, sudah dapat melewati critical mass dengan jumlah pelanggan yang menggunakan jasanya menembus angka 1 miliar!, hasil spin off (pecah telor) dari induknya Alibaba Group. Dalam hanya kurun waktu 5 tahun sudah berhasil mencapai separuh nilai valuasi dari sebuah perusahaan kakap kelas dunia di sektor finansial, JP Morgan yang sudah exit selama ratusan tahun.

Ant Finance menggunakan platform AI dan big data Alipay, core mobile payment platform Alibaba untuk menjalankan berbagai macam bisnis yang luar biasa untuk meningkatkan competitive advantage dalam bersaing (collision) dengan bisnis yang masih memanfaatkan IT tradisional. AI dimanfaatkan penuh oleh Ant Finance via core mobile payment platform nya untuk menjalankan berbagai unit bisnis seperti consumer lending, money market funds, wealth management, health insurance, credit rating services, bahkan online game mengurangi penggunaan carbon foot print, seperti pengurangan penggunaan kertas, listrik atau perjalanan ke ATM atau cabang bank misalnya.

AFS dapat melayani 10 kali lebih besar pelanggan dibandingkan bank bank terbesar di AS sekalipun, yang umurnya ada yang sudah ratusan tahun. AFS pada putaran terakhir pencarian dana (funding) memperoleh valuation USD 150 miliar (2018) hampir separuh dari nilai valuasi perusahaan finansial services raksasa dunia, JP Morgan Chase. Tidak seperti IT tradisional dari perbankan, asuransi dan investasi, AFS menggunakan digital AI core, dimana penggunaan pekerja manusia di “critical path” atau jalur kritis dari aktivitas operasional sangat minimalis, majoritas digantikan oleh AI, artinya AI runs the Enterprise or AI runs the Show.

Dengan AI, tidak dibutuhkan lagi manajer untuk approval kredit pinjaman, helpdesk, sales dan account officer untuk memberikan advis finansial dan menyetujui biaya pengobatan asuransi pelanggan. Tanpa hambatan operasional yang membatasi IT Tradisional bisnis, maka dengan AI, AFS bisa berkompetisi sebebas dan semaksimal mungkin menghasilkan pertumbuhan yang luar biasa tingginya, mendisrupsi para pemain di industrinya. AFS berpotensi menjadi disruptor dengan AI Factory. Era AI ke depan akan dipimpin oleh perusahaan AI factory seperti AFS dan kumpulan raksasa Google, Facebook, Alibaba, Tencent & perusahaan yang lebih kecil seperti Zebra Medical Visio, Indigo & Ocado. Dengan AI Factory, kita tidak lagi berhubungan dengan proses bisnis yang dikerjakan oleh manusia, pekerja, manajer, teknisi proses, supervisor atau customer services. Jadi jasa dan nilai yang kita terima sebagai pelanggan sudah dilayani oleh ‘algoritma’.

Microsoft CEO Satya Nadella mereferensi AI sebagai “runtime” software dari sebuah perusahaan. Memang betul masih dibutuhkan Data Engineer/Science untuk merancang AI & software yang mendukung algoritma, namun setelah itu system akan memberikan insight dan nilai tambah secara autonomous dan juga dapat memanfaatkan provider lainnya didalam ekosistem perusahaan. Jadi berbagai analogi, misalnya AI akan memberikan jalur perjalanan yang paling efisien dan cepat kepada anda pada aplikasi Waze atau Gojek misalnya. Atau AI akan menentukan harga pada aplikasi Blibli.com; atau merekomendasikan lagu pada Spotify, AI dapat juga menghubungkan pembeli dan pemasok di Bukalapak.com atau AI menyetujui kredit aplikasi anda di BRI atau Ant Financial loan. Inilah contoh pemanfaatan dan AI factory yang ada disekitar kita.

Penghapusan sekat sekat dan batasan ketika sebuah bisnis memanfaatkan AI akan merubah total aturan main dan cara berkompetisi antar perusahaan. Ketika network digital dan algorithma dikemas dengan proses dari sebuah enterprise, maka perubahan yang terjadi tidak akan berbeda pada perusahaan native AI atau AI born (sudah lahir memanfaatkan AI), dengan AI imigran, atau perusahaan tradisional yang terpaksa melakukan transformasi AI karena kompetisi. Contohnya, Wallmart, Fidelity, Honeywell dan Comcast sekarang memanfaatkan data, algoritma dan digital network untuk berkompetisi di era AI ini. Apakah anda pemimpin digital startup atau bekerja mentransformasi digital bisnis tradisional, sangat penting untuk mengerti dampak revolusioner dari AI pada operasional, strategi dan cara atau arena kompetisi. (RR- Disadur dari Harvard Business Review.)