Benchmark Covid 19 vs Spanish Flu 100 tahun lalu, Hilang Setelah 3 Tahun

0
3104

Jakarta, Komite.id- Seratus tahun yang lalu penjajah,  pemerintah Hindia Belanda hanya menggambarkan kondisi pandemic flu spanyol (Spanish flu)hanya  berdasarkan tingkat kematian, bukan jumlah kasus seperti Corona Covid 19 atau SARS Cov2 saat ini.

Ketika itu korbannya di Nusantara, Surabaya dan Madura sangat besar dan yang di perhitungkan hanya yang meninggal pada tahun 1918, padahal Pandemi ini baru benar benar lenyap tanpa bekas, 1921,  3 tahun kemudian atau 100 tahun yang lalu..

Saat itu pemerintah kolonial hanya mendata korban di Pulau Jawa dan Madura. Padahal jumlah korban flu Spanyol di luar Jawa juga banyak, seperti ada usaha menutup nutupin fakta yang ada.

Nah, jika dibandingkan kondisi Surabaya saat Pandemi Corona (Covid 19) ini dengan zaman flu Spanyol dulu. Pada waktu itu, pemimpin Surabaya merasa sangat tertekan karena jumlah korban wabah flu Spanyol ini luar biasa banyak. “Surabaya sama-sama gelap. Jadi Surabaya zaman dulu korbannya memang banyak.dan termasuk yang paling banyak di Nusantara.

Bahkan saat itu ada laporan dari Residen Surabaya, kalau sekarang Wali Kota Surabaya yang mengatakan korban di Surabaya itu sampai 1 juta orang*. Saking stresnya dia baca yang meninggal. Tapi dibantah oleh Kepala Burgerlijk Geneeskundige Dienst (BGD-Kemenkes pada zaman Hindia Belanda bahwa angka kematian tidak seperti itu, cuma puluhan ribu. Dianggap melebih-lebihkan,” tuturnya.

Lebih lanjut Syefri memaparkan kondisi Kota Surabaya saat itu ialah kota industri. Mirip seperti saat ini. “Jumlahnya mungkin jauh lebih besar. Harus dipahami, karena dulu itu Surabaya adalah kota industri. Sama seperti sekarang. Namun korbannya sekarang mungkin nggak sebanyak dulu. Karena sekarang ada akses untuk membaca.

Sebelumnya, Doni Monardo mengingatkan bahwa flu Spanyol 1918 juga banyak merenggut nyawa. Jawa Timur pada saat itu kondisinya mirip seperti ketika dilanda pandemi Corona. “Yang terbanyak pada waktu itu wilayah Nusantara, masih berupa kerajaan dan dikuasai Belanda, tahun 1918 belum jadi republik. Paling banyak korban di Madura. 23 persen populasi warga Madura meninggal dunia. 23 persen itu bukan dari yang terpapar, tapi dari populasi…

Saat itu, menurut Doni, ada 4,5 juta warga Indonesia yang meninggal akibat flu Spanyol. Kasus meninggal terbanyak ada di Jatim. Sebagai pebandingan dengan Perang Vietnam, maka angka kematian akibat Spanish flu 2x lipat. “Madura 23 persen populasi, kemudian Kediri 20 persen populasi, Surabaya 17,54 persen, Pasuruan 14,32 persen, lalu Madiun 7,31. Saat itu yang wafat mencapai 4,5 juta orang,” terang Doni.

*Bandingkan Covid 19 yang meninggal di Indonesia 50,293; yang sembuh 1,65 juta dan yang tertular 1,8 juta Tentu definisi Wilayah NKRI Indonesia yang sekarang jauh beda dengan wilayah jaman penjajahan Hindia Belanda (Indonesia tempo doeloe)

Belajar dari pagebluk 100 tahun lalu,  COVID-19 juga belum tentu ditemukan vaksin dan obatnya yang ampuh.. Apalagi flu Spanyol saat itu hilang begitu saja. “Mencermati kasus 100 tahun lalu, dan hari ini tentang COVID-19 yang kita tidak tahu apakah akan berhasil adanya vaksin dan obat. Karena flu Spanyol setelah terjadi hingga hari ini tidak ditemukan vaksinnya, hilang begitu saja,” jelasnya.

Itulah keagungan Allah YME pencipta Alam Semesta dan isinya, termasuk jutaan virus dan pathogen. Flu Spanyol yang membunuh jutaan manusia dibumi, datang dan juga tiba tiba hilang begitu saja. Sedangkan sekarang, teknologi sudah sangat advanced (maju) dan manusia bisa membuat vaksin dari RNA virus yang ada, belum mampu untuk menciptakan dari nol sebuah vaksin.

100 tahun kemudian manusia baru bisa membuat vaksinnya Covid 19 dalam kurun waktu 1 tahun.  Harapan kita semua semoga gelombang ke dua yang semakin parah ini  bisa lebih cepat berlalu dan lenyap seperti kejadian 100 tahun yang lalu.

Semoga badai Covid 19 ini cepat berlalu, seperti flu Spanyol membutuhkan 3 tahun, sedangkan saat ini baru bejalan 16-18 bulan sejak Covid 19 menyerang manusia dimulai dari kota Wuhan, China.

Oleh ABDI-Komite.id dengan tambahan sumber Berita dari: https://news.detik.com/berita/d-5097800/jatim-juga-pernah-jadi-zona-hitam-pada-zaman-flu-spanyol-benarkah/2