Jakarta, Komite.id- Fortinet, pemimpin global dalam solusi keamanan siber yang luas, terintegrasi, dan terotomatisasi merilis sebuah laporan bisnis bersama Frost & Sullivan yang bertajuk From Survival to Success: Learning, adapting, and growing in the New Normal yang memaparkan penemuan menarik setelah selama setahun semua sektor bisnis menerapkan untuk melakukan transformasi digital karena terdesak pandemi Covid-19.
Laporan ini membahas berhasilnya sektor-sektor yang sebelumnya dianggap tidak unggul dalam hal digitalisasi seperti bisnis ritel dan sektor pendidikan tradisional, kemudian peran sumber daya manusia TI (teknologi informasi) yang berada di garis terdepan perusahaan saat ini setelah sebelumnya kurang ditekankan perannya dalam keberhasilan bisnis, hingga ancaman yang membayangi karena proses transformasi digital berlangsung secara tergesa-gesa – laporan ini juga memperlihatkan bahwa semakin canggih dan banyaknya serangan siber terhadap informasi perusahaan yang dimiliki.
“Di Indonesia, ekonomi digital meningkat hingga 11 persen selama pandemi. Fakta ini mendukung hasil dari laporan From Survival to Success: Learning, adapting, and growing in the New Normal dimana untuk bertahan, semua aspek bisnis dengan cepat berpindah dari fisik ke digital. Kondisi ini tidak ideal karena didesak oleh pandemi bukan karena inisiatif perusahaan yang terencana. Banyak perusahaan memilih strategi “bertindak dulu, aman nanti” dalam hal siber. Akibatnya, penjahat siber dapat dengan mudah menargetkan mereka sebagai korban. Fortinet berharap dari laporan ini para klien, mitra, maupun masyarakat umum sadar bahwa untuk mempertahankan bisnis selama Covid-19 tidak hanya menjadi digital, tetapi juga aman dalam digitalisasi itu sendiri.” Ungkap Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia.
Frost & Sullivan sendiri adalah perusahaan kemitraan yang fokus untuk membantu klien dalam mencapai pertumbuhan transformasional yang dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi dan didominasi oleh perubahan yang semakin cepat, didorong oleh teknologi, megatrend, dan model bisnis baru.
Laporan From Survival to Success: Learning, adapting, and growing in the New Normal menemukan berbagai hal menarik yang terjadi dalam bisnis, salah satunya mengungkap keberhasilan 4 sektor yang sebelumnya diragukan untuk bersaing dalam digitalisasi ketika pandemi yaitu healthcare, e-learning, banking dan hybrid retail. Dibalik kesuksesan transformasi digital yang terdesak pandemi, fenomena ini juga menghadirkan ancaman siber, juga peningkatan serangan yang disebabkan oleh penjahat siber menggunakan informasi palsu terkait COVID-19 seperti informasi palsu tentang pengobatan atau akses ke persediaan medis.
Selain itu, perusahaan juga harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk tenaga TI agar kualitas mereka bisa memadai untuk menghadapi perkembangan dan serangan siber yang terus berkembang, mengingat data sangatlah berharga di era digital ini. Laporan ini bisa memberi wawasan kepada perusahaan agar dapat terus melanjutkan proses digitalisasi mereka sekaligus menghindari serangan siber yang dapat merugikan guna menyongsong ekonomi dan bisnis di tahun mendatang.
Peningkatan digitalisasi saat pandemi juga memiliki dampak yang mengkhawatirkan dimana semakin besarnya permukaan serangan yang terbuka dan juga titik buta keamanan yang terekspos. Salah satu penyebab adalah adanya penyebaran perangkat secara besar-besaran karena karyawan harus bekerja dari rumah, dimana keamanan jaringan tidak seperti bekerja di lingkungan perusahaan. Sehingga tantangan keamanan siber saat ini tidak hanya bagaimana mengamankan firewall perusahaan secara keseluruhan, tetapi juga memperluas batas keamanan di luar firewall perusahaan dimanapun karyawan bekerja.
Agar dapat beradaptasi dengan risiko ancaman siber di masa depan, dan tidak hanya bertahan dengan krisis yang terjadi, bisnis memerlukan strategi keamanan siber yaitu broad; keamanan end-to-end dengan visibilitas satu panel di seluruh lanskap serangan; integrated; menggunakan konfigurasi dan manajemen kebijakan yang konsisten, dengan komunikasi real-time yang mudah di seluruh jaringan dan infrastruktur keamanan, dan automated; respon insiden yang cerdas dan remediasi ancaman, bersama dengan kepatuhan berkelanjutan dan penilaian risiko yang menjadi pendukung.
Tiga dimensi penting untuk bisnis dalam menghadapi ketidakpastian; technology, people dan process juga menjadi salah satu kunci keberlangsungan bisnis. Solusi Fortinet yaitu Security Fabric menggabungkan ketiga dimensi ini menjadi satu kesatuan kerja yang terintegrasi dalam memberikan pertahanan yang dioptimalkan bagi perusahaan klien agar bertahan dan berkembang di era transformasi digital. Dengan menggabungkan solusi keamanan tradisional terisolasi dan terintegrasi seperti Security Fabric, perusahaan dapat melihat jauh ke dalam jaringan untuk mendeteksi ancaman tingkat lanjut dari inti ke cloud. Setiap elemen keamanan dalam Fabric tetap organik dan mudah disinkronkan, membuat proses menjadi efisien dan mudah diterapkan di seluruh organisasi.
Hal ini merupakan salah satu solusi yang menjadikan Fortinet unggul. Frost & Sullivan juga menobatkan Fortinet sebagai pemimpin di pangsa pasar SEAHK termasuk Indonesia pada tahun 2020. Fortinet memimpin pangsa pasar Indonesia di tahun 2020 dengan presentasi 21.62% di atas perusahaan-perusahaan cyber security lainnya. (red)