Hal ini menjadi penting bagi para pelaku industri maupun pemerintah untuk bersama-sama memperkuat infrastruktur keamanan data.
JAKARTA, Komite.id – Pada era digitalisasi, data breach atau pelanggaran data dinilai berisiko karena dapat mengancam keamanan data pribadi maupun perusahaan. Terlebih Asia Tenggara masih menjadi wilayah yang sering diincar oleh para cybercriminal. Kusumo Martanto, CEO Blibli mengatakan, “Indonesia turut menjadi negara dengan jumlah serangan cyber yang tinggi sekali. BSSN mencatat, per September 2021 yang lalu jumlah serangan cyber di Indonesia sepanjang tahun ini telah melampaui lebih dari 500 ribu kasus. Serangan cyber tersebut memiliki banyak varian, namun salah satunya yang sering muncul ialah ransomware atau malware,” katanya dalam Virtual eSummit, yang digelar Asosiasi Big Data & AI (ABDI) Day 2 Implementation, Benefit, Integrity & Risk Management Of AI, Cyber Security & Big Data Toward Economy Recovery mengusung tema Data Science, AI Governance & Regulation pada Selasa (30/12).
Menurut Co–Founder Blibli, serangan cyber tersebut meminta tebusan kepada korban sebagai hasil dari data korban yang bocor. Dalam hal ini, para pelaku industri maupun lembaga pemerintahan punya risiko sama terhadap serangan cyber yang bisa datang darimana saja. Tidak hanya dari dalam negeri, tetapi dari luar negeri yang dapat menyerang kapan saja.
SUDAH SEJAUH MANA KEMATANGAN CYBER SECURITY INDONESIA?
Jika dibandingkan secara global, saat ini National Cyber Security Index menempatkan Indonesia di posisi ke-80 terkait kapabilitas keamanan cyber. “Indonesia sempat berada di posisi 100 besar dari ranking tersebut, sehingga ini menjadi momentum bagi kita semua untuk memperkuat progres yang sedang berlangsung. Karena Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk terus mengembangkan pengamanan data, termasuk dengan mengambil pelajaran dari negara-negara di peringkat atas dari bangsa lain di seluruh dunia dengan terus beradaptasi terhadap apa yang sedang terjadi di dalam negeri,” tambahnya.
Berkaca dari fenomena yang ada, hal ini menjadi penting bagi para pelaku industri maupun pemerintah untuk bersama-sama memperkuat infrastruktur keamanan data. Dengan begitu, ini menjadi signifikan untuk menjaga kepercayaan pelanggan ataupun masyarakat dan semua stakeholder lainnya, serta meminimalisirkan risiko-risiko cybercrime yang dapat menimbulkan dampak material dan immaterial yang sangat luar biasa.
Dia menerangkan, “Blibli merupakan e-commerce Indonesia yang hadir sebagai data controller yang menjalankan Good Data Governance untuk menghadapi risiko cybercrime yang semakin hari semakin kompleks. Peran ini dijalankan dengan terus menghadirkan pelayanan yang memberikan rasa nyaman dan aman bagi pelanggan. Kita perlu memastikan keamanan di setiap customer mulai dari regristasi akun hingga melakukan pembayaran,” imbuhnya.
Selain itu, Blibli berperan penting sebagai data controller bagi keberlangsungan bisnis miliknya. Sebab, dengan adanya rasa aman yang dirasakan pelanggan atas perlindungan, mereka akan timbul rasa tenang dalam menggunakan pelayanan. Tentunya, ini sejalan dengan prinsip utama Blibli yang mengedepankan kepuasan pelanggan. Upaya yang telah dilakukan dari waktu ke waktu juga sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi e-commerse no. 1 dengan pelanggan setia terbanyak di Indonesia. “Karena kami percaya bahwa keamanan belanja online, melakukan transaksi online akan membuat pelanggan memberikan kepercayaan lebih yang akhirnya akan menciptakan loyalitas,” kata CEO Blibli tersebut.
Terlebih, saat ini Blibli terus berkembang dari bisnis B2C, berlanjut B2B, B2B2C, B2G sampai dengan omni channel. Yang tentunya membutuhkan kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ekosistem. Kami juga memahami bahwa semakin banyaknya kolaborasi maka, semakin besar juga risiko kemuculan cybercrime. Menurutnya, ini terus menjadi perhatian besar bagi kami, untuk memenuhi kebutuhan dari setiap stakeholder.
Lebih lanjut CEO Blibli Kusumo Martanto mengatakan, “Kami terus meningkatkan kapabilitas sebagai perusahaan e-commerse terdepan dalam menerapkan perlindungan data dan kami telah memenuhi berbagai sertifikasi dan asesmen,” pungkasnya. Blibli telah menerapkan Good Data Governance untuk mendukung implementasi Information Security Management System (ISMS) dalam mengelola berbagai data yang sifatnya sensitif secara sistematis. Sehingga Blibli dapat meminimalkan risiko terjadinya cybercrime. Pun, Practice Good Data Governance ini dijalankan secara menyeluruh.
Data merupakan aset inti perusahaan yang akan menentukan keberhasilan sebuah bisnis. Transformasi digital ada dalam agenda di mana-mana. Dengan begitu, kita hanya dapat mengeksploitasi aset data dan melakukan transformasi digital yang sukses jika dapat mengatur data pribadi. Hal ini berarti sangat penting untuk menerapkan kerangka kerja tata kelola data yang sesuai dengan organisasi dan tujuan bisnis masa depan serta model bisnis.
Pimpinan Blibli tersebut, memastikan seluruh proses telah ter-integrasi secara penuh, dengan infrastruktur teknologi terdepan yang dibangun secara terus-menerus. Sehingga keamanan data menjadi semakin maksimal dan proses bisnis menjadi efisien. “Upaya Blibli dalam menerapkan Data Governance yang mendukung implementasi ISMS pun telah teruji oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Dimana, Blibli mampu mencatatkan skor tertinggi di indeks Keamanan Informasi (KAMI) dari BSSN dalam memenuhi kriteria terkait tata kelola, pengelolaan risiko, kerangka kerja, pengelolaan aset dan aspek teknologi keamanan informasi,” papar CEO Blibli.
Bahkan, Blibli telah menjadi e-commerce Indonesia pertama yang mendapatkan sertifikasi Computer Security Incident Respons Team (CSIRT) atas kemampuan perusahaan dalam menunjukkan kematangan proses pengamanan informasi. Selain itu, Blibli juga menjadi e-commerse Indonesia pertama yang mendapatkan sertifikasi ISO (IEC 27001) tentang sistem manajemen keamanan informasi, diterbitkan oleh British Standar Institusi. Sertifikat tersebut berhasil Blibli dapat atas kemampuannya dalam menerapkan berbagai strategi keamanan data termasuk dalam hal kematangan arsitektur teknologi FBI.
“Di era pertumbuhan dunia digital ini, tentunya kami semua juga menghadapi pertumbuhan jumlah data yang luar biasa banyak. Dan ini tidak bisa kita mengharapkan melakukan semuanya secara manual. Dengan berbekal infrastruktur teknologi yang terus semakin maju, Blibli akan memaksimalkan setiap inovasi terkini dengan mengembangkan teknologi implementasi seperti artificial intelligence, mesin learning dan Big data,” ujar Kusumo.
Saat ini telah banyak sekali aplikasi potential untuk artificial intelligence di dalam bisnis e-commerce. Bukan hanya untuk mengotomatisasi layanan terhadap pelanggan, tetapi dirinya juga terus memikirkan bagaimana artificial intelligence ini bisa memberikan peran yang sangat penting untuk cybersecurity ke depannya. Dengan harapan, artificial intelligence dan mesin learning bisa terus dikembangkan supaya dapat mengetahui atau membaca rentetan yang ada. “Untuk itu, implementasi AI dari jauh-jauh hari sudah kami terapkan. Hal ini sangat penting karena kami harus terus berinovasi untuk memberikan kepuasan yang lebih terhadap pelanggan kami,” pungkasnya.
CEO Blibli Kusumo Martanto berharap kegiatan ini dapat menghasilkan output yang bisa diaplikasikan bersama-sama dan bermanfaat besar bagi pengembangan cybersecurity Big Data serta artificial intelligence Indonesia di seluruh sektor. (red)