“Hal ini, turut mendorong munculnya gelombang kedua dari Revolutionary in Military Affairs (RMA), yang artinya pesatnya perkembangan teknologi militer tentu telah mendorong perubahan taktik dan strategi dalam perang modern di masa mendatang,”
JAKARTA, Komite.id – Dalam beberapa tahun terakhir, hampir seluruh negara maju telah mengalami transformasi digital serta pengembangan dalam hal teknologi informasi. Hal ini, tentunya memberikan peluang Indonesia untuk berinovasi dan meningkatkan pengembangan pada sejumlah platform digital. Apalagi, Presiden Joko Widodo telah mengingatkan instansi pertahanan negara untuk menggunakan kemajuan teknologi Artificial Intelligence (kepintaran artifisial).
Berbicara hal tersebut, Rektor Universitas Pertahanan, Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T.,M.Sc.,DESD., CIQnR., CIQaR memaparkan bahwa saat ini teknologi yang memanfaatkan Artificial intelligence dan Big Data telah berkembang sangat cepat, sehingga mulai terjadi perubahan yang signifikan atas banyaknya aspek kehidupan di dunia termasuk dunia kemiliteran, dunia fisik dan dunia maya.
“Artificial intelligence telah digunakan pada semua aspek kemiliteran dan mempengaruhi kecenderungan inovasi serta kreativitas teknologi militer baru. Hal ini, turut mendorong munculnya gelombang kedua dari Revolutionary in Military Affairs (RMA), yang artinya pesatnya perkembangan teknologi militer tentu telah mendorong perubahan taktik dan strategi dalam perang modern di masa mendatang,” ungkapnya, saat menjadi keynote speech pada virtual e-Summit DataGovAi 2021, yang mengangkat tema “Implementation, Benefit, Integrity & Risk Management Of AI, Cyber Security & Big Data Toward Economy Recovery” pada (25/11).
Pemanfaatan artificial intelligence untuk teknologi militer, pada prinsipnya terbagi ke dalam teknologi yang bersifat Automatisasi yaitu sistem yang dapat bergerak otomatis sebagai bentuk respon terhadap kondisi dan situasi pada suatu medan pertempuran, sedangkan teknologi yang bersifat Autonomisasi yaitu sistem yang dapat bergerak sendiri sesuai dengan program yang telah ditentukan untuk mencapai sasaran tertentu sesuai klasifikasinya.
Adanya perkembangan teknologi militer saat ini, lanjut Rektor Unhan, sangat maju dibidang peralatan deteksi yakni peralatan yang memanfaatkan berbagai senyawa kimia dan mikroba biologi tertentu. “Peralatan deteksi tersebut, dapat digunakan secara spesifik atau digunakan melengkapi peralatan deteksi lainnya seperti optical, infrared and UV sensor, radar, radio sensor, sound sonar dan motion sensor, serta magnetic detection. Peralatan sensor lainnya sudah memanfaatkan artificial intelligence pada penggunaan particle beam untuk mendeteksi semua jenis dan kategori objek,” tuturnya.
Menurut Laksdya Amarulla Octavian, perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini telah terbukti dengan adanya peralatan komunikasi dan komputer yang juga semakin maju pada hardware dan software komputer. Khususnya pada penggunaan laser, yang semula sebagai sensor atau dekteksi kini juga dimanfaatkan sebagai media komunikasi. Selain itu, pada teknologi platform, permesinan juga proyektil dikenal sangat maju, bahkan terdapat juga robot dan berbagai sistem tanpa awak.
“Kita bisa menyaksikan sendiri bahwa robot sudah dapat diproyeksikan untuk menangani tugas-tugas tertentu yang semula dikerjakan manusia. Sistem tanpa awak saat ini juga dapat dioperasikan di ruang udara, darat, di atas permukaan laut dan di bawah permukaan laut,” jelasnya. Bahkan saat ini, tambahnya, beberapa negara maju pun mengembangkan satu sistem tanpa awak yang memiliki kemampuan multi fungsi mulai dari terbang tinggi hingga menyelam ke dasar laut. Kini, teknologi militer yang cukup maju yakni baterai penyimpanan energi, bahan peledak dan roket.
Lebih jauh Laksdya Amarulla Octavian memaparkan, perkembangan teknologi dan persenjataan saat ini cukup maju, karena dengan memanfaatkan gelombang radio tertentu untuk melakukan serangan secara fisik kemudian juga elektrik gun dan rail gun yang dikembangkan untuk menjadi senjata perorangan prajurit serta pengembangan teknologi militer untuk memanfaatkan nano material yang dapat dikombinasikan dengan teknologi 3D Printing memproduksi komponen peralatan militer yang kritis.
“Perkembangan teknologi militer yang sudah disampaikan sebagian besar memiliki program dasar untuk memanfaatkan berbagai data yang sangat vital, oleh karena itu menjadi kepentingan berikutnya untuk dapat secara efektif melakukan perlindungan data pada semua tingkatan dan kategori,” imbuhnya.
Selain itu, tersedia juga berbagai aplikasi platform perlindungan seluruh data dengan tujuan utama data tidak dapat diakses oleh pihak lain tetapi hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang. Tujuan perlindungan selanjutnya, kata Rektor Unhan, agar data militer terlindungi oleh program aplikasi tertentu sebagai platform utama di dalam teknologi komputer militer. “Selain perlindungan data, maka penting dilakukan perlindungan siber yang tersedia di aplikasi berbagai platform perlindung software computer dan seluruh jaringan agar kegiatan siber tidak dapat diganggu oleh pihak lain,” ucapnya.
Perlindungan siber juga ditujukan untuk mencapai tingkat keamanan yang tinggi dan kelancaran penggunaan untuk kegiatan sendiri pada seluruh jaringan teknologi komputer militer. Menurutnya, data harus aman digunakan untuk berbagai kepentingan sendiri, dengan kriteria data harus jelas dari sumber yang dipercaya, data memuat isi yang lengkap dan data sudah divalidasi. Sedangkan untuk keamanan siber sebagai output perlindungan siber, dilakukan guna menjamin proses kegiatan siber aman diselenggarakan untuk lalu lintas data, transaksi data dan modifikasi data.
“Dengan memahami tujuan perlindungan data dan siber serta berbagai kriteria keluaran keamanan data dan siber, maka strategi yang dapat mengantisipasi berbagai ancaman terhadap perlindungan dan keamanan data dan siber yaitu memanfaatkan Artificial intelligence untuk operasionalisasi satelit mikro atau satelit mini pada Low Earth Orbit (LEO) Region agar mencapai tingkat kecepatan tinggi dan cakupan yang luas pada entitas yang bertugas melakukan perlindungan data dan siber,” pungkasnya.
Untuk mengantisipasi, dikatakan oleh Rektor Unhan bahwa perlu memanfaatkan data science dalam bentuk optimalisasi digital forensik untuk memperoleh, menganalisis dan membuktikan adanya ancaman siber secara faktual dan potensial. Strategi ini berupaya menyiapkan proses penilaian dan manajemen kerawanan terhadap aset yang kritis beserta sumber-sumber datanya.
Tentunya, dibutuhkan strategi antisipasi untuk perlindungan keamanan data dan siber, serta harus waspada terhadap kehadiran generasi Artificial intelligence baru, yang diyakini memiliki kualifikasi tinggi yang dikenal sebagai Strong artificial intelligence. jenis AI ini, berkualitas kuat memiliki karakter kemampuan untuk mengembangkan secara kreatif dan memproduksi perilaku baru tidak dapat dilakukan oleh manusia yang memprogram, merangcang dan bahkan membayangkannya.
“Kita semua patut mencermati arah perkembangan teknologi strong artificial intelligence ini di masa mendatang, agar tidak menjadi bumerang bagi manusia yang menciptakan berbagai teknologi tersebut,” tutupnya. (red)