Era Transformasi Digital, BAKTI Bangun Infrastruktur Guna Pemerataan Akses Internet

0
2311

No one will be left behind. Tidak ada yang tertinggal, tidak ada yang tidak terjangkau dan kami akan mengupayakan menjangkau yang tidak terjangkau,”

JAKARTA, Komite.id – Pada Web Summit DataGovAI 2021 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Big Data & AI (ABDI) Direktur Sumber Daya dan Adminsitrasi BAKTI, Dr. Fadhilah Mathar, menjelaskan bahwa acara yang ini memiliki tema yang sangat penting, yaitu bagaimana kita mentransformasi secara digital masyarakat yang tertinggal, terluar, terdepan dan perbatasan.

Dunia bergerak cepat dengan berbagai perkembangan teknologi baru seperti Big Data Analytic, Artificial Intelligence, Quantum Computing dan Internet of Things. Konektivitas 5G juga termasuk di dalamnya. Adanya momentum ini, harus dimanfaatkan untuk mengoptimalisasi transformasi digital pada sektor-sektor vital, dan mengokohkan daya science serta posisi Indonesia di kancah kompetisi global.

BAKTI melakukan pembangunan infrastruktur dan penyiapan ruang digital untuk rakyat Indonesia. Bahwasanya, pemerataan akses internet merupakan kewajiban besar pemerintah untuk memenuhi kebutuhan warga negara. Dalam hal ini dikatakan oleh Dr. Fadhilah Mathar, pemerataan akses internet ialah pekerjaan yang tidak mudah dan perlu diselesaikan demi memastikan seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan jaringan telekomunikasi yang sama kuatnya, sama lancarnya. “No one will be left behind. Tidak ada yang tertinggal, tidak ada yang tidak terjangkau dan kami akan mengupayakan menjangkau yang tidak terjangkau,” katanya.

Pandemi COVID-19 memberikan dampak perubahan di berbagai aspek kehidupan. Dari segi kesehatan nyatanya pandemi ini menjadi momok yang harus segera dipecahkan, baik dari segi pencegahan, penularan maupun pengobatan. Sementara dari sisi ekonomi, pandemi memberikan dampak negatif seperti banyaknya  PHK atau Layoff para  pekerja hingga ancaman resesi di berbagai Negara.

Meskipun demikian, pandemi menuntut masyarakat untuk mejadi lebih melek digital dan internet. Seluruh aktivitas pertemuan fisik kini beralih ke media virtual termasuk bekerja, sekolah dan kegiatan lainnya. Tranformasi digital saat ini dibutuhkan, mengingat akses internet cepat bukan menjadi hal mewah bagi masyarakat. Kini, internet telah menjelma menjadi kebutuhan dasar. Untuk itu, penyedia internet menjadi hal yang wajib yang harus diupayakan pemerintah secara lebih nyata dan segera.

Melalui infrastruktur digital, BAKTI berharap dapat menyejahterakan kehidupan bangsa melalui ekonomi digital, dengan mewujudkan kesempatan yang setara bagi pelajar, pekerja, mahasiswa, ibu rumah tangga, petani, nelayan, pengusaha dan UMKM di seluruh Indonesia. Dalam pemaparannya, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi, Kementerian Informasi dan Informatika (Bakti Kominfo) diberikan mandat untuk melakukan percepatan, pemerataan pembangunan, pertumbuhan big data yang sangat masif di dunia dan di tanah air, akan didorong oleh pemerataan infrastruktur yang dilakukan BAKTI di berbagai pelosok tanah air.

Lebih lanjut, Fadhilah memaparkan bahwa hal ini juga menuntut kami untuk mereformasi proses bisnis termasuk dalam proses pengadaan yang harusnya lebih tangkas. Membuka ruang interaksi untuk perbaikan disetiap tahapan pengadaannya, sampai tahun 2022 BAKTI setidaknya akan membangun 7904 BTS dan akses internet di daerah-daerah yang sangat terpencil dan jauh. Namun itulah konsekuensi dari negara kepulauan, peran Big Data dalam pengadaan barang dan jasa sangat penting,” ucapnya. Big Data dapat meningkatkan ketertelusuran rantai pasok data yang didapat dari berbagai supplier untuk berbagai produk dan jasa pada setiap tahapan rantai pasok dapat lebih mudah diperoleh. Big Data membantu BAKTI menganalisa pengeluaran, baik secara kualitatif maupun kuantitatif sehingga memudahkan untuk melakukan proses kualifikasi sourcing walaupun dengan data yang beragam.

Dia mengakui, Big Data dalam sistem pengadaan membantu untuk menganalisa risiko, misalnya mengidentifikasi diawal, kekurangan supply atau kemungkinan terjadinya masalah di proses delivery barang termasuk mendeteksi terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan. Saat ini, memang peluang pemanfaatan Big Data dalam pengadaan barang dan jasa masih dalam tahap awal, sehingga memberikan cukup banyak ruang untuk pengembangan.

“Tapi kami yakin, dengan adanya kemitraan yang semakin banyak dan semakin memperhatikan semua proses ini maka target-target dalam efisiensi untuk pengadaan barang dan jasa termasuk produk jasa yang dihasilkannya itu akan mendapat perhatian yang semakin besar,” tutupnya. (red)