“Artinya, jika kita tidak mulai berinfestasi AI dan Data Science pada hari ini kemungkinan besar, pesaing kita yang akan melakukannya, dan semakin lambat adopsi yang dilakukan maka kita akan semakin tertinggal,”
JAKARTA, Komite.id – Potensi digital ekonomi Indonesia saat ini dikatakan sangat besar. Pada dasarnya saat mengalami krisis, tentunya banyak peluang yang bisa membawa Indonesia menata kembali dan mereformasi diri pasca krisis pandemi COVID-19. Ekonomi digital pada dasarnya merupakan aspek ekonomi yang berbasiskan kepada pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi digital.
Ekonomi digital Indonesia terwujud dalam ragam industri, tidak hanya terpaku pada e-commerce, namun ekonomi digital juga telah merambah ke berbagai bidang, seperti transportasi, perbankan, keuangan hingga agriculture dan ke kota-kota. Perkembangan ekonomi digital sendiri, berbanding lurus dengan penggunaan internet di Indonesia. Potensi ekonomi digital Indonesia meroket yang merupakan terdepan di Asia Tenggara, potensi ekonomi yang begitu besar menjadi salah satu terdepan ini adalah menjadi salah satu faktor utama pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan.
Berdasarkan laporan google, ekonomi digital Indonesia bisa diperkirakan mencapai USD 7 milyar pada tahun 2021. Hal ini mengindikasikan prospek yang optimis. “Semua ini didukung oleh gaya hidup digital yang mulai menjadi gaya hidup baru, konsumen digital mengalami pertumbuhan pesat, pemahaman teknologi yang sudah meningkat bagi para pemiik usaha dan berbagai usaha mulai bangkit, terutama di pelopori oleh e-commerce,” ucap Founder Data Academy, Nadia Alatas, saat memaparkan materi pada acara Web Summit DataGovAI 2021, mengusung tema “Data Science & Ai Governance & Regulation”, melalui Zoom Meeting (30/11).
Dia mengatakan bahwa kemampuan industri untuk bersaing dalam ekonomi digital yang sedang berkembang, pasti membutuhkan keputusan yang cepat, tepat dan berwawasan ke depan. Disinilah peran dari data analytics dan AI menjadi faktor utama dalam akselerasi transformasi digital. Penting dalam menghadapi kompetisi di market. AI dan Data Sciece pada dasarnya sudah merambah di berbagai industri, berdasarkan survei jika suatu industri, yang kita lakukan adopsi terhadap AI dan Data Science akan berisiko kehilangan 23% pada tahun 2030 nanti.
“Artinya, jika kita tidak mulai berinfestasi AI dan Data Science pada hari ini kemungkinan besar, pesaing kita yang akan melakukannya, dan semakin lambat adopsi yang dilakukan maka kita akan semakin tertinggal,” terangnya.
Tak bisa dipungkiri, AI dan Data Science juga telah merambah ke UMKM. Dalam hal ini, UMKM juga harus melek terhadap kemampuan Big Data. Banyak manfaat yang bisa didapat oleh UMKM untuk melihat monitoring performa bisnis, mengenal lebih baik konsumen dan berbagai frame prediksi lainnya. Kemudian data science juga diimplementasi untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Lebih lanjut, Nadia menjelaskan bahwa pandemi pada dasarnya mempercepat impelementasi dari smart city dan smart village yang dicanangkan oleh pemerintah. Bahkan, Kominfo juga telah menyusun peta jalan Indonesia digital 2021-2024. Mengenai hal tersebut, peran pengolahan Big Data dalam smart city dan smart village sangat penting, karena dalam rangka untuk memberikan layanan publik yang lebih baik untuk kesejahteraan ekonomi, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan penduduk.
Namun, nyatanya Indonesia masih kekerungan talenta dibidang digital. Menurut survey Bank Dunia bahwa kita kekurangan sampai tahun 2030 sekitar 9 juta atau sekitar 600 ribu setiap tahunnya. GAP ini terbagi menjadi dua yaitu GAP dari tenaga kerja yang ada dan GAP dari kurangnya lulusan yang terlatih dari dunia akademisi untuk bisa masuk ke dalam industri. Kondisi tersebut, membuat Indonesia kekurangan data scientist, kebutuhan Big data meningkat dan sebagainya.
“Presiden juga menyatakan bahwa Jangan sampai potensi ekonomi digital indonesia di ambil negara lain, apakah kita bisa menjadi kaya sebelum kita menjadi tua? Inilah tantangan yang kita hadapi sekarang. Kita harus menyiapkan agar dapat memanfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya,” jelasnya.
Untuk mendorong visi Indonesia 2045, lanjut Founder Data Academy, yaitu dengan Indonesia yang berdaulat, maju adil dan makmur. Pentingnya akselerasi dalam sinergi, karena hal ini merupakan tanggung jawab bersama, diperlukan sinergi yang kuat antara semua stakeholder yang terkait, dari pemerintah sebagai regulator, industri, akademisi, teknologi prinsipal dan subjek mental expert dari professional dan community untuk membangun pengembangan talenta data science dan AI di Indonesia.
“Dengan sinergi ini diharapkan ada kerangka kerja dan kurikulum yang diterapkan di institusi pendidikan yang menyesuaikan dengan kebutuhan industri, Pengembangan Potensi Daerah dan Talenta scara inklusif. Berbagai inisiatif dan kegiatan dari Pemerintah dari sisi infrastruktur dengan Satu Data Indonesia dan Pusat Data Nasional, dan Kominfo juga mengadakan berbagai program pelatihan, dan sasaran target pendidikan kita memupunyai lebih dari 2600 institusi pendidikan tingkat tinggi,” imbuhnya. (red)