Membahas transisi menuju ekonomi hijau, Jokowi menegaskan hal ini merupakan tanggung jawab serta peluang besar bagi Indonesia untuk memaksimalkan potensi di sektor energi terbarukan.
JAKARTA, Komite.id – Dalam memulihkan perekonomian negara, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memandatkan Kementerian Komunikasi dan Informatika memimpin kelompok kerja Digital Economy Working Group (DEWG) yang mana sesuai dengan pembahasan pada forum G20. Berkaitan dengan itu, salah satu fokus dalam Presidensi G20 Indonesia ialah transformasi menuju energi hijau.
Pada pertemuan pendahuluan B20 atau B20 Inception Meeting yang digelar secara virtual, Jokowi secara resmi membuka pertemuan tersebut. Presiden Joko Widodo, mengatakan Indonesia memiliki tiga fokus utama pada Presidensi G20. Di antaranya transisi menuju green economy, tren digital ekonomi dan perbaikan arsitektur kesehatan global. Membahas transisi menuju ekonomi hijau, Jokowi menegaskan hal ini merupakan tanggung jawab serta peluang besar bagi Indonesia untuk memaksimalkan potensi di sektor energi terbarukan.
“Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan sebesar 418 MW yang bersumber dari air, panas bumi, angin maupun matahari. Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya mineral logam yang dibutuhkan untuk mendorong transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan seperti nikel, bauksit, dan tembaga,” tutur Presiden RI, saat membuka secara resmi Pertemuan Pendahuluan B20, secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/01).
Dikatakan Presiden RI, Indonesia juga harus dapat memastikan ketersediaan suplai bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia. Akan tetapi, tidak dalam bentuk bahan mentah melainkan bahan jadi atau pun setengah jadi yang memiliki nilai tambah yang semakin besar, sehingga negara pun akan mendapatkan bermacam keuntungan.
Berdasarkan referensi dari 20Pedia, perhelatan G20 mencakup beberapa pertemuan yang membahas isu-isu khusus, seperti Business 20 (B20), Think 20 (T20), Women 20 (W20), Youth 20 (Y20), Labour 20 (L20), Urban 20 (U20), Civil 20 (C20) dan sebagainya. Oleh karenanya, Jokowi mendorong B20 untuk berperan dalam upaya mempercepat transformasi energi ini. “Kami mengharapkan kontribusi B20 untuk mempercepat transformasi energi yang mulus, tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat kecil,” terangnya.
Sebagai informasi, Business 20 (B20) merupakan forum dialog resmi bagian G20 bersama komunitas bisnis global. Terdapat sekitar 1.000 delegasi dari negara-negara G20, termasuk eksekutif puncak dari perusahaan multinasional terkemuka, B20 mencakup sekitar 2.000 peserta yang mewakili lebih dari 6,5 juta bisnis.
Sementara, pada fokus teknologi digital, Indonesia terus mendorong sektor tersebut, terlebih bagi yang mempunyai kontribusi langsung kepada pemberdayaan UMKM serta pengembangan SDM. Hal ini nantinya akan menarik investasi di sektor teknologi. “Kami ingin mengundang investasi yang memberikan kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari transformasi ekonomi digital ini. Saat ini Indonesia memiliki 1 Decacorn dan 8 Unicorn,” papar Presiden Republik Indonesia.
Selanjutnya, pada sektor teknologi digital pemerintah Indonesia juga terus mendorong dengan cara menyediakan interkonektivitas global. Kini terdapat 3 investasi pembangunan kabel telekomunikasi bawah laut yang sedang berproses menghubungkan Indonesia langsung dengan pantai barat Amerika Serikat tanpa ada perantara negara. Dikatakan oleh Jokowi, adanya pembangunan kabel telekomunikasi bawah laut tersebut akan meningkatkan kapasitas bandwidth Indonesia lebih dari 100%.
“Indonesia juga akan memainkan peran penting dalam ekosistem semikonduktor di tahun ini. Kita akan membangun fasilitas desain dan pabrik polysilicon di Jawa Tengah dengan kapasitas 40.000 ton. Produk ini akan kita fokuskan untuk mensuplai kebutuhan solar cell, Namun dalam beberapa tahun ke depan akan difokuskan untuk semikonduktor,” ujar Jokowi.
Selain itu, Indonesia juga akan menerapkan dekarbonisasi pada sektor transportasi. Dengan melakukan elektrifikasi secara besar-besaran di sektor transportasi dimulai dengan pembangunan mass urban transport yakni Lintas Rel Terpadu (LRT) dan Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta, serta mendorong investasi untuk pabrik mobil listrik. (red)