Teknologi Blockchain, Jadi Solusi Ber-Transaksi

0
1849
Potret para pembicara bersama Ketua Pelaksana Webinar Project Athena Series #2 Universitas Parahyangan, melalui virtual Zoom Meeting, Sabtu (05/02).

Pada intinya teknologi memiliki banyak manfaat, namun semua kembali lagi kepada penggunanya. Maka, maksimalkan lah manfaatnya. Tapi perlu diingat agar selalu hati-hati supaya teknologi ini tidak merugikan kita,”

JAKARTA, Komite.id – Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi digital di semua negara, kini teknologi blockchain dimanfaatkan beberapa perusahaan untuk memudahkan ber-transaksi dan diyakini lebih aman. Terutama dalam transaksi trade finance yang seringkali dianggap masyarakat tidak efisien, lebih rumit dan memakan waktu yang cukup lama. Keadaan ini pun diperparah sejak adanya pandemi COVID-19 yang memberikan dampak pembatasan wilayah dan aktivitas, sehingga menyebabkan proses transaksi terhambat.

Dalam event webinar yang diselenggarakan IKA FE Universitas Parahyangan, mengusung tema “Jump  Into Investor’s Perspective and Blockchain World”, CEO 33 Auction Pte Ltd. Singapore, Ali Kusno Fusin, MBA., menjelaskan bahwa teknologi yang semakin berkembang ini nyatanya sudah tidak bisa diabaikan. “Pembahasan webinar kali ini membuat saya tertarik dengan teknologi blockchain. Saat ini teknologi sudah tidak bisa di ignored, apalagi blockchain ini mirip seperti internet yang kedepannya nanti bisa mendunia,” ungkapnya saat menjadi pembicara pada webinar Project Athena series #2, melalui virtual, Sabtu (05/02).

Perlu diketahui, teknologi blockchain merupakan teknologi yang mengatur dan mengelola data transaksi uang digital atau cryptocurrency, salah satunya Bitcoin. Dalam hal ini, blockchain sebagai teknologi dibalik cryptocurrency yang mana sistem pengelolanya dilakukan oleh para pengguna blockchain sehingga sifatnya terbuka dan bebas tanpa aturan.

Karena sifatnya yang masih tidak beraturan, hal ini membuat perusahaan Bank di bebeberapa negara termasuk Indonesia masih belum memanfaatkan teknologi blockchain untuk kepentingan sehari-hari. “Blockchain memang teknologi yang dapat membantu bisnis kita bisa lebih scale up karena sifatnya sama seperti internet. Bedanya, blockchain lebih kuantitas dan tidak bisa dihapus. Namun, karena sifatnya tidak ada aturan maka pemerintah Indonesia masih mengkhawatirkan penggunaannya,” jelasnya.

Pada dasarnya, penggunaan cryptocurrency sebagai pengganti mata uang tunai diyakini mampu memudahkan masyarakat dalam bertransaksi tanpa adanya kendala sistem. Artinya, segala bentuk transaksi yang berhubungan dengan mata uang digital dan aset-aset lainnya akan terorganisir dengan mudah dan aman. Dalam hal ini mata uang tunai pun akan kehilangan fungsinya dan berubah bentuk menjadi digital.

Jika dikaitkan dengan minimnya literasi digital di Indonesia, maka tentu teknologi ini masih belum tepat diadopsi. Apalagi, penggunaan teknologi blockchain membutuhkan energi dalam jumlah besar, sehingga teknologi ini masih perlu diteliti lebih dalam.

Seperti yang disampaikan Chairman Asosiasi Big Data & AI Indonesia (ABDI), Dr. Rudi Rusdiah, dalam materinya mengenai “The World of Blockchain”, bahwa sistem teknologi blockchain bersifat automatic dan membutuhkan energi yang sangat besar di mana supplynya hanya ada 21 juga bitcoin. “Sistem blockchain ini sifatnya automatic, tidak bisa dihapus dan dihilangkan.  Blockchain cikal bakal Central Bank Digital Currency (CBDC),” jelasnya.

Selanjutnya, pada penggunaan teknologi blockchain yang bebas dikelola membuat seluruh transaksi menjadi lebih aman dari korupsi dan transparan. Bahkan, teknologi ini memiliki kemungkinan kecil untuk diretas karena sistemnya tidak mudah dibobol.

“Pada intinya teknologi memiliki banyak manfaat, namun semua kembali lagi kepada penggunanya. Maka, maksimalkan lah manfaatnya. Namun, perlu diingat untuk selalu hati-hati agar teknologi ini tidak merugikan kita,” tutupnya.