“Kita harus berpikir saat ini telah ada teknologi baru yang bagus dan ada alat-alat yang bagus pula, kalau memang bisa digunakan untuk membantu kita mencapai objek-objek yang lebih baik, why not? Jadi apa salahnya kalau tidak dicoba, sekaligus kita juga bisa belajar karena dunia berkembang sangat cepat,”
JAKARTA, Komite.id – Saat ini perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 semakin berkembang dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Penggunaan teknologi tersebut nyatanya dapat membantu segala aktivitas manusia menjadi lebih efektif, efisien, dan optimal. Artificial Intelligence, blockchain sebagai istilah teknologi yang dimanfaatkan saat ini di era transformasi digital.
Dengan memanfaatkan teknologi AI, tentu dapat menjadi terobosan baru di dunia IT dalam mengembangkan produk serta perangkat lunak yang dapat menjawab segala permasalahan secara lebih cerdas tanpa menunggu instruksi manusia. Pasalnya, saat ini hampir seluruh negara telah bersaing mengembangkan berbagai perangkat (device) dapat terotomasi secara wireless (nirkabel). Dalam hal ini, teknologi AI berperan penting bagi kehidupan manusia, baik dalam bidang profesi, bisnis maupun industri.
Selain AI, Kini teknologi blockchain juga tengah banyak diadopsi oleh beberapa negara, terutama pada bidang perbankan dalam perkembangan mata uang kripto seperti bitcoin, Ethereum dan bentuk aset kripto lainnya. Pada dasarnya, penggunaan teknologi blockchain tidak hanya pada mata kripto, melainkan digunakan untuk berbagai macam hal terkait digitalisasi dan teknologi.
“Teknologi blockchain ada berbagai macam kegunaannya, bukan hanya untuk kripto. Ini bisa digunakan untuk apapun yang ada bentuk catatannya, bisa trading juga,” ucap Wakil Presiden Direktur BCA, Armand Wahyudi Hartono, dalam webinar Kaskus TV, mengusung tema “The Artificial Intelligence (AI) Goes Mainstream”, Selasa (22/02).
Pada pembahasan tema tersebut, Armand Hartono menegaskan bahwa saat ini industri perbankan memprioritaskan bagaimana memberikan financial yang aman dan nyaman. Saat ini memang penggunaan teknologi blockchain masih menjadi tantangan, terutama pada penggunaan energinya yang besar. Namun jika lihat dengan seksama, menurutnya teknologi blockchain menunjukkan kejelasan arah yang mirip seperti internet.
“Jika dlihat ini arahnya akan jelas seperti internet di zaman dulu awal-awalnya pelan, namun ketika di tahun 2000-an menjadi exponential, menurut saya akan sama dengan blockchain yang awalnya masih ada tantangan-tantangan, dengan berjalannya waktu akan exponential satu titik. Di mana akan memproses transaksi lebih banyak dan memakan energi lebih sedikit dan menjadi lebih aman, sehingga ini akan sangat menarik bagi industri perbankan dan yang lainnya,” pungkasnya.
Selain itu, menurutnya teknologi blockchain sangat berpotensi di era transformasi digital saat ini. Di mana, sebagai industri perbankan adanya teknologi baru yang bermanfaat ini perlu dicoba. “Kita harus berpikir saat ini telah ada teknologi baru yang bagus, dan ada alat-alat yang bagus pula, kalau memang bisa digunakan untuk membantu kita mencapai objek-objek yang lebih baik, why not? Jadi apa salahnya kalau tidak dicoba, sekaligus kita juga bisa belajar karena dunia berkembang sangat cepat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Armand Hartono menjelaskan bahwa suatu saat nanti teknologi tersebut akan menjadi teknologi umum. Secara tidak sadar, kini penggunaan teknologi AI juga telah dikonsumsi masyarakat sehari-hari. Sehingga, hal ini menjadi umum diperbincangkan di kehidupan serba digitalisasi saat ini.
“Saat ini bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di US dan beberapa negara lainnya yang masih bingung pada digital automation dan digital transformation, di mana digital automation umumnya sebagai evolusi, sedangkan kalau transformation itu revolusi. Kebanyakan orang mengaku telah bertransformasi padahal yang dilakukan ialah automatisasi,” kata CEO & of GDP Labs, On Lee.
Oleh karenanya, pada penggunaan teknologi baru tersebut perlu dibarengi dengan pemahaman yang mendalam terlebih dahulu, karena pada dasarnya teknologi yang bersifat aman pun akan menjadi tidak aman kalau penggunanya tidak mampu mengadopsi dengan baik.