“Indonesia sebagai salah satu negara yang terus menyuarakan pemerataan vaksin, termasuk dengan transfer teknologi terutama untuk negara – negara berkembang. Isu kesehatan ini merupakan salah satu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia,”
JAKARTA, Komite.id – Sebagai langkah awal yang sejalan dengan program transfer of technology, Induk Holding BUMN Farmasi, Bio fama akan membuat vaksin terbaru dengan platform teknologi mRNA. Dalam hal ini, Bio Farma berkenan untuk menerima dan belajar menguasai transfer teknologi pembuatan vaksin dengan platform teknologi berbasis messenger RNA (mRNA). Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengungkapkan bahwa Bio Farma akan belajar mengenai pembuatan vaksin COVID-19 dengan teknologi mRNA.
Perlu diketahui, pusat transfer teknologi mRNA global didirikan tahun 2021 bertujuan untuk mengakomodasi produsen di beberapa negara berpengetahuan rendah dan menengah untuk memproduksi vaksin buatan pribadi, memastikan negara tersebut memiliki semua aturan operasi serta yang dibutuhkan untuk memproduksi vaksin mRNA dalam skala dan menurut standar internasional.
“Namun intinya adalah kami akan belajar menguasai platform teknologi mRNA ini, untuk jenis vaksin selain COVID-19, dan untuk persiapan manakala terjadi pandemi karena mRNA merupakan teknologi rapid response yakni teknologi cepat dalam pengembangan dan produksi vaksin (plug and play). Selain untuk pembuatan vaksin, teknologi mRNA ini bisa juga digunakan untuk pembuatan produk terapeutik seperti obat kanker dan lainnya,” ungkap Honesti dalam keterangan resminya, Khamis (24/02).
Selanjutnya, Direktur Utama Bio Farma tersebut menyampaikan bahwa Bio Farma sendiri sudah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengembangan teknologi mRNA ini, seperti pembangunan fasilitas produksi, untuk pembuatan mRNA skala Pilot dan skala komersial terbatas (gedung 34) dan terutama Human Resources.
“Tentu kami menyambut baik, ditunjuknya Bio Farma sebagai satu-satunya perusahaan vaksin di Indonesia yang akan menerima transfer teknologi mRNA. Insya Allah kepercayaan ini, akan kami manfaatkan untuk mendukung kemandirian bangsa dalam membuat vaksin dengan teknologi terbaru secara mandiri” tutur Honesti.
Pada Konferensi Pers yang digelar rutin terkait pandemi COVID-19 yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno L.P. Marsudi, dirinya mengatakan kemampuan Indonesia untuk memanfaatkan teknologi mRNA mampu melayani wilayah regional untuk pembuatan vaksin berbasis teknologi mRNA.
“Indonesia sebagai salah satu negara yang terus menyuarakan pemerataan vaksin, termasuk dengan transfer teknologi terutama untuk negara – negara berkembang. Isu kesehatan ini merupakan salah satu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia,” ucap Retno Marsudi.
Dikatakan oleh Menteri Retno, pihaknya merasa senang bahwa Indonesia dengan Bio Farma menjadi salah satu negara yang akan menerima transfer teknologi mRNA, yang mana Bio Farma dikenal sebagai manufaktur vaksin terbesar di Asia Tenggara. Setiap tahunnya kapasitas produksi Bio Farma mencapai 3,2 miliar. Bio Farma menyediakan sekitar 14 jenis vaksin yang sudah diekspor ke lebih dari 150 negara.
Pasalnya, Alih teknologi ini dapat berkontribusi untuk memastikan akses setara terhadap obat-obatan agar kita bisa pulih bersama dan pulih menjadi lebih kuat, sesuai dengan tema besar presidensi G20 recover together recover stronger.
Bio Farma sendiri sudah lebih awal mencari partner untuk pengembambangan melalui peninjauan kerjasama dengan University of Manchester untuk kapasitas seed mRNA sehingga Bio Farma telah memiliki dasar teknologi mRNA ini.
Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, menuturkan Bio Farma dipastikan akan mampu membuat vaksin terbaru dengan platform teknologi mRNA, setelah Indonesia ditunjuk oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai negara yang akan membangun pusat produksi vaksin COVID-19 berbasis mRNA di kawasan Asia Tenggara.