“Transformasi digital menjadi kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan inovasi serta mendorong terciptanya lapangan kerja dan akses ke layanan sosial,”
Jakarta, Komite.id – Seperti yang diketahui, kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan teknologi digital merupakan suatu kunci atasi tantangan digital. Hal ini menandakan bahwa di era transformasi digital, setiap industri dituntut harus melakukan transformasi. Semakin terlibatnya data dan teknologi dalam suatu perusahaan maka akan dinilai lebih efisien bagi pelanggan. Untuk itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memastikan karyawan dan para pemangku kepentingan terbiasa dengan digital curture, digital technology dan digital solution.
Terkait hal itu, pemerintah terus berupaya melibatkan para pemangku kepentingan dalam negeri untuk mengembangkan teknologi digital terutama dalam pemulihan Pascapandemi COVID-19. Kondisi ini menjadi momentum tepat dalam hal akselerasi transformasi digital. Di mana keterlibatan pemangku kepentingan dalam negeri menjadi sangat penting, seiring dengan dukungan pemerintah dalam pengembangan teknologi digital termasuk kecerdasan buatan dan keberadaan Internet of Things (IoT) agar masyarakat dapat dengan mudah mengakselerasi transformasi digital di Indonesia.
Menjadi Keynote Speaker dalam kegiatan Websummit DataSecurAI 2022 yang diselenggarakan Asosiasi Big Data & AI (ABDI), Lead Co-Chairman Think-20 (T20) G20, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, SE., MUP., PhD., menyatakan bahwa pandemi telah membawa perubahan yang signifikan, bagi aspek kehidupan masyarakat seperti bidang kesehatan, sosial dan kesetaraan ekonomi.
Sebagai informasi, di negara berkembang jaminan sosial belum dikembangkan dengan baik. Sehingga masa pandemi sangat dirasakan oleh kelompok dengan penghasilan ekonomi terendah. World Bank memperkirakan bahwa pandemi telah mendorong setidaknya 100 juta orang dalam kemiskinan ekstrem. Dengan meningkatnya jumlah kemiskinan dari 655 juta di tahun 2019 menjadi 711 juta di tahun 2021.
“Transformasi digital menjadi kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan inovasi serta mendorong terciptanya lapangan kerja dan akses ke layanan sosial,” ungkap Lead Co-Chairman Think-20 (T20) G20, Bambang dalam sambutannya pada kegiatan Websummit DataSecurAI 2022, Rabu (30/03/22).
Berdasarkan study World Bank, menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dan ketersediaan internet dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik bagi orang berpenghasilan rendah dan ber-keterampian rendah. Oleh karena itu hal ini dapat mengurangi kemiskinan.
Meski begitu, tentunya dibutuhkan banyak syarat agar bisa mencapai terwujudnya transformasi digital. Salah satu syarat tersebut ialah ketersediaan infrastruktur. Sehingga, saat ini perlu ditekankan pembangunan berbagai infrastruktur mulai dari infrastruktur telekomunikasi, listrik, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya pendanaan digital melalui startup Fintech, nyatanya dapat membantu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi mudah mendapatkan akses pendanaan yang lebih baik dalam mengembangkan produk dan usaha miliknya. Dikatakan oleh Lead Co-Chairman T20 G20, digitalisasi pemasaran dapat membuka akses pasar lebih besar bagi produk UMKM. Melalui aplikasi Fintech, distribusi bantuan sosial juga dapat membantu pemerataan bantuan kepada kelompok kurang mampu. Karena menurut Bambang Brodjonegoro distribusi melalui aplikasi dapat menjangkau mereka yang tidak Bankable (Nasabah yang memenuhi persyaratan Bank).
Mengutip Antaranews, pelaku usaha dinyatakan “bankable” apabila memenuhi persyaratan bank untuk mendapatkan kredit usaha. Sedangkan, jika tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, maka UMKM tersebut termasuk dalam nasabah “unbankable“. Sehingga bankable dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kecakapan dan literasi keuangan atau pun orang-orang yang mendapatkan akses pinjaman atau bantuan dari industri perbankan.
di Indonesia masih terdapat sekitar 75% yang belum memiliki akses terhadap perbankan. Maka, tantangan yang harus dihadapi di era transformasi digital ialah jangkauan jaringan yang belum merata terutama di negara berkembang dan kepulauan seperti Indonesia serta ketersediaan gadget yang terjangkau. Karena itu pemerintah Indonesia terus berupaya memperluas jangkauan jaringan melalui pembangunan Palapa-Ring dan masyarakat juga perlu saling membantu untuk menyediakan gadget bagi kelompok-kelompok 3T (Terluar, Terdepan dan Tertinggal).
Seperti yang pernah dilakukan oleh Jurnalis media ternama Indonesia, menginisiasi Gerakan ponsel pintar untuk pelajar. Hal tersebut dilakukan mendorong masyarakat untuk mendonasikan ponsel bekas bagi pelajar agar dapat mengikuti pembelajaran daring dengan lancar. Untuk itu, Lead Co-Chairman T20 G20, Bambang mengimbau agar jajaran Kementerian, Kabinet dan Komunitas teknologi harus dapat menginspirasi berbagai interfensi untuk mewujudkan inklusivitas demi menjembatani jurang kemiskinan yang semakin lebar.