Pemulihan Pasca Pandemi, Ini Strategi BRI Akselerasi Inklusi Keuangan

0
1265
Potret Director of Digital & Information Technology BRI, Arga M. Nugraha, MSc., saat menjadi keynote speaker Websummit DataSecurAI 2022, (30/03)

Kita tahu betul bahwa data ini jika tidak digunakan secara hati-hati akan menyebabkan banyak risiko yang terjadi,”

Jakarta, Komite.id – Indonesia sebagai negara yang mengalami kenaikan pendapatan di masa pandemi COVID-19. Di mana hal ini menjadi potensi besar khususnya dalam bidang perekonomian digital. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bahwasanya nilai ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai 124 miliar USD atau setara dengan Rp.1,775 triliun di tahun 2025.

Director of Digital & Information Technology BRI, Arga M. Nugraha, MSc., mengatakan bahwa situasi pandemi belakangan ini sangat berpengaruh dan mempercepat terjadinya transformasi digital. Mulai dari digital platforms, Financial Services dan Business Operations.

“Kita lihat bahwa pandemi membawa begitu banyak perubahan dibidang yang satu ini, di mana e-commerce mengalami kenaikan angka transaksi yang luar biasa, sebesar 54% pendapatan YoY didukung oleh e-commerce dan online retail,” kata Director of Digital & Information Technology BRI, Arga saat menjadi keynote speaker dalam websummit DataSecurAI 2022 mengusung tema ‘Building Secure & Trusted Intelligent World’, Rabu (30/03/22).

Dalam pemaparannya, Arga menjelaskan bahwa tema yang disampaikan kepada peserta Websummit sangat relevan dengan tema besar yang dibahas dalam forum G20 2022 Indonesia, ‘Recover Together, Recover Stronger’. Sesuai dengan pembahasan fokus agenda presidensi G20 Indonesia yang kedua, yaitu optimalisasi teknologi digital, maka hal ini menjadi sangat penting ketika kita membicarakan data.  Pada era transformasi digital, data menjadi krusial di mana era digital membuat data pribadi teredarkan sehingga kita membutuhkan tiga pilar utama yaitu sustainability, compliance & governance.

Sustainability penting karena kita ingin semua bisnis dan kerja sama ini serta pemanfaatannya dapat bergerak secara berkelanjutan, tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga untuk jangka panjang. Compliance berperan penting karena akan mengelola bagaimana kita bekerja sama antara satu institusi bisnis dan lainnya, begitu juga governance. Ketiga ini akan menjadi pegangan baik itu regulator, investor, nasabah maupun para pekerja,” ungkapnya.

Pada strategi bisnis BRI, dikatakan oleh Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga, bahwa kedepannya kami akan mengkombinasikan ranah digital dengan ranah physical, yakni bisnis phygital. Dalam hal ini, BRI akan terus mengedepankan aspek teknologi dan aspek dari kehadiran kami secara fisik di dalam unit-unit kerja yang terdapat di reward area.

Selain itu, Arga juga menekankan bahwa terjadinya lonjakan data di era digitalisasi ini menjadi penting untuk diperhatikan. Di mana data menjadi suatu komponen penting dari bisnis. Yang sebelumnya hanya ada people, process & technology kini peran data menjadi perekat dari ketiga komponen tersebut.

“Yang terpenting adalah bagaimana kita membangun awareness yang lebih baik dan cara mengolah data yang lebih baik melalui transformasi digital dan transformasi budaya. Kita tahu betul bahwa data ini jika tidak digunakan secara hati-hati akan menyebabkan banyak risiko yang terjadi,” imbuhya.

Seperti yang diketahui, di era digitalisasi ini munculnya model baru dalam industri perbankan yakni open banking. Sebagai informasi, open banking merupakan sistem yang menggunakan jaringan data lembaga keuangan untuk pengguna melalui antarmuka pemograman aplikasi atau yang biasa disebut Application Programming Interface (API). Penerapan open banking diyakini dapat memudahkan nasabah untuk melakukan proses transaksi yang mana terhubung langsung dengan bank seperti kebutuhan finansial maupun non-finansial.

“Hal ini dapat membuat era open banking akan benar-benar terjadi, di mana kita akan saling memanfaatkan data satu sama lain, memanfaatkan transaksionalnya sehingga semua mengizinkan bahwa masyarakat bisa memanfaatkan akses-akses model baru terhadap data mereka dan transaksi perbankan dan finansial,” lanjut Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI tersebut.

Di tahun 2018, BRI telah memulai terlebih dahulu mengembangkan inisiatif solusi open banking melalui BRIAPI dengan use case yang beragam. Selain Direct Debit, BRIAPI juga dapat diintegrasikan ke berbagai lini bisnis, seperti BRIVA (Virtual Account), Fund Transfer, isi ulang kartu BRIZZI, tarik tunai tanpa kartu, serta API informasional yang dapat mendukung tata kelola keuangan bisnis.

Berkaitan dengan itu, Arga menerangkan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi fokus area dalam kapasitas data privacy, pertama bagaimana kita bertukar data nasabah antara institusi-institusi lainnya, kedua security & transparency yang mana kita menyerahkan data tersebut kepada pihak lainnya dan ketiga yang sangat penting untuk diperhatikan ialah value sebagai nilai yang akan kita dapatkan dalam kerja sama itu.

“Tanpa kombinasi dari ketiga hal tersebut, maka yang kita dapat adalah suatu ekosistem yang tidak seimbang. Sehingga ketiganya sangat dibutuhkan untuk berkolaborasi dan mendukung untuk menciptakan ekosistem yang terpercaya,” terangnya.

Pada dasarnya, hal tersebut telah menyadarkan kita untuk dapat mengelola data dengan baik sehingga dapat memegang teguh data governance, data privacy & security, data strategy, data quality, data talents dan data architecture & infrastructure.

“Semuanya ini tidak akan berjalan dengan baik apabila kita tidak menyadari bahwa data harus berkualitas dari awal. Selama masih ada manusia yang memasukkan data kepada sistem (data entry) yang dilakukan dengan kualitas kurang baik, maka yang terjadi semua tidak akan ada gunanya karena garbage in akan membawa garbage out. Sehingga, data culture, data awareness, kepedulian terhadap kualitas data dari titik awal ini akan menjadi penting sekali bagi seluruh sistem tersebut,” tutupnya.