Saat ini fokus pada keamanan di berbagai industri telah meningkat, namun masih terlihat bahwa kesalahpahaman tentang keamanan siber terlalu sering terjadi dan menghalangi pendekatan yang tepat untuk mengurangi risiko keamanan siber.
Jakarta, Komite.id – Gelaran event DataSecurAI 2022 Websummit merupakan acara besar tahunan yang diselenggarakan ABDI membahas tentang isu Keamanan Data di era transformasi digital. Dengan mengusung tema besar ‘Buiding Secure & Trusted Intelligent World’, tema ini diharapkan menjadi wadah bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk bertukar pandangan dan mencari solusi untuk membangun keamanan negara yang aman dan terpercaya.
Berkaitan dengan tema besar tersebut, ABDI mengundang Chief Commercial Officer (CCO) Telkom International, Kharisma, MMSI sebagai keynote speaker untuk menyampaikan pandangannya tentang keamanan data yang telah diterapkan Telkom Internasional dalam menjaga keamanan data para pelanggannya.
Berdiri tahun 2007, Telin merupakan anak perusahaan PT. Telkom Indonesia terbuka (Telkom) yang berperan sebagai The International Arm. Telin menawarkan rangkaian layanan mulai dari voice international, data conectivity dan solusi bisnis yang ditujukan untuk kebutuhan pelanggan cousil, enterprise, technology digital company, dan retail diseluruh dunia. Telin berurusan dengan lebih dari 300 pelanggan grosir dan perusahaan global di seluruh penjuru dunia.
Dalam pemaparannya, Chief Commercial Officer (CCO) Telkom International Kharisma menjelaskan tentang kesalahpahaman umum tentang keamanan cyber. Seperti yang diketahui, kesiapan keamanan siber telah menjadi sangat penting untuk memastikan tidak adanya gangguan pada layanan teknologi dan operasi bisnis di era digitalisasi.
Meskipun saat ini fokus pada keamanan telah meningkat, tentu masih terlihat bahwa kesalahpahaman tentang keamanan siber terlalu sering terjadi dan menghalangi pendekatan yang tepat serta pengurangan risiko seputar keamanan siber. Berkaitan dengan hal tersebut, Kharisma menjelaskan terdapat tiga kesalahpahaman tentang keamanan siber, pertama ‘kami memiliki Anti-Virus dan Firewall’ dalam hal ini ketika anti-virus dengan firewall software digunakan untuk membantu mengontrol laju menuju ke jaringan privasi, tentu dapat mencegah akses yang tidak sah pada hal yang sama, namun hal ini menjadi penghalang antara jaringan tepercaya dan jaringan di luar organisasi seperti jaringan bisnis lainnya. Oleh karenanya, itu saja tidak cukup untuk melindungi jaringan dari segala bentuk intrusi.
Hal ini dikarenakan sebagian besar serangan dikirim melalui email dan web. Keduanya diperbolehkan melalui firewall dan firewall tidak mengontrol pencurian data outbond. Namun yang perlu digarisbawahi, firewall sederhana tidak dibangun untuk mengidentifikasi, menjaga dan menghilangkan ancaman.
Sehingga, setiap bisnis harus mempertimbangkan perbaikan dari firewall sistem yang sederhana dan memberikan solusi yang menguntungkan kerentanan dari virus, malware, pencurian identitas dan lain sebagainya. “Jadi antivirus dan sistem firewall sederhana saja, itu tidak cukup,” tutur Kharisma, pada event DataSecurAI 2022, Kamis (31/03/22).
Selanjutnya pembahasan yang kedua ialah ‘Hanya perusahaan besar yang menjadi target kejahatan siber’. Pernyataan tersebut tidak benar. Berdasarkan data research dari Accenture, jelas Kharisma, bahwa terdapat 43% kejahatan siber ditujukan untuk bisnis kecil, dan hanya 14% mereka mempersiapkan pertahanan untuk diri sendiri. Sehingga penyerangan siber tidak mencari hal yang spesifik dalam menyerang suatu bisnis. Sehingga kita harus selalu waspada dan setidaknya mengurangi serangan siber terjadi.
Ketiga, ‘Ketika system dikompromikan, kami akan memperhatikan pelanggaran secara langsung’. Hal ini tidak benar karena mayoritas kompromi terjadi karena masalah yang tidak kunjung hilang. Ini krusial untuk mengetahui di mana semua asset itu, apakah sudah diamankan atau belum. Pada puncaknya, serangan siber bisa mengambil sekitar 11 Gbps bandwidth. Sehingga Telin membantu aplikasi keamanan melalui aplikasi web firewall secara pararel menganalisis pola serangan dan memberikan rekomendasi respon seperti apa dan apa yang harus dilakukan.
Selain Kharisma, di hari ketiga event DataSecurAI 2022 juga terdapat beberapa pembicara dari sisi pemerintahan, akademi dan sejumlah stakeholder di antaranya, Minister of Communication and Information Technology (Kementerian Kominfo) Johnny G. Plate yang diwakili oleh Director general of Postal & Informatics equipment Resources (SDPPI) Dr. Ir. Ismail MT; Governor of National Resilience Institute of RI (Lemhannas RI) Andi Widjajanto, S.Sos, M.Sc; Chancellor of Defense University Republic of Indonesia (UNHAN RI) Vice Admiral Prof. Dr. Amarulla Octavian, S.T, M.Sc; Head of Operation Technology & Regulatory Reporting Perbanas Dr. Indra Utoyo, M.Sc.
Selanjutnya, pada speaker forum turut hadir Director of Cyber Security Operations of the National Cyber & Crypto Agency (BSSN) Brigadir Jenderal TNI Ferdinand Mahulette; Cyber Security & Privacy Protection Officer (CSPO) Huawei Indonesia Syarbeni; Commission 1 of House Representatives (DPR RI), Dave A. Fikarno, ME; Scientist for Government of India, Ministry of Electronics and Information Technology Office of CCA New Delhi, India Dr. K K Soundra Pandian, PhD, PostDoc; Senior Lecturer and Academic Director Swinburne University, Victoria, Australia Prof. Dr. Adi Prananto